Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negaraku Surga Rokok

31 Mei 2021   22:43 Diperbarui: 31 Mei 2021   23:57 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini, tentang siksaan

Namun ini bukan mereka sang penguasa

Tapi pelakunya dari berbagai kalangan

Negaraku bagikan surga rokok

Saat aku di sekolah

Guru adalah actor utama

Saat aku naik kendaraan umum

Sang supir menjadi penyiksa

 

Saat aku sedang berada di rumah

Sang pemimpin yang menggantikan peran

Aku sesak ....

Bahkan tak tau berlindung kemana

Jujur saja, terkadang aku tak tau harus kemana

Semua telah berbaur dengan asap rokok

Seakan udara berteman baik dengan asap

Hingga enggan untuk berpisah

Terkadang aku bingung

Apa yang ada di benak mereka

Mereka mengundang mautnya sendiri

Mereka senang menghampiri kematian

Sensasi dalam pikir membuatnya menarik

Rokok membunuh natural, perlahan, murah

Sayang mereka sudah dibutakan

Bahkan mereka sangat nikmat

Apa paru-paru hitam serta berlubang itu keren?

Apa tenggorokan bengkak itu keren?

Atau gigi yang kuning itu keren?

Jika engkau jawab "Iya" sungguh dirimu perlu dipertanyakan!

Mari berpikir!

Berpikir bukan hanya dirimu yang dirugikan

Istri, anak dan orang yang berada didekatmu

akan merasakan tersiksa bahkan sakit

Rokok telah menjadi pencipta, berhala, Tuhan baru

Yang jika rokok tidak ada, engkau seperti cacing kepanasan

Rokok bagaikan harta yang paling berharga, engkau bawa kemana-mana

Apakah engkau menyadari bahwa si rokok diam-diam menguasaimu?

Wahai pencipta Bumi!

Berikan kami kekuatan

Hidup diantara penjahat

Penyembah Rokok ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun