Sebuah penindasan sedang terjadi
Dimana darah telah menutupi jalan
Gas air mata menyatu dengan udara
Kami muak dengan keserahanmu
Ku mohon, turunbdan lihatlah
Ketika emosi menguasai akal,
Hati, pikiran ikut tak punya daya
Tangan kaki ikut berbicara
Tentang sebuah emosi yang tak punya untung.
Banyak yang tak bersalah jadi saksi atas penguasaan emosi
Dengan seragam dan moncong senapan
Membuat senyum jadi seringai, Membuat tawa jadi histeri
Pada kota yang penuh debu batu
Infrastruktur dan lahan tambang semakin diperbanyak
Namun kami disini penuh dengan kesengsaraan
Rumah, lahan pencaharian kami hancur
Padahal kami hidup bergantung dengan tanah itu
Bagaimana bisa tempat kami berteduh sejak adanya nenek moyangku akan di gusur?
Bagaimana bisa lahan matapencaharian kami dijadikan tambang?
Lantas bagaimana kehidupan kami?
Yang kau sebut aparat itu.
Mereka telah menyiksa dan menganiaya kami
Mereka tidak lagi bertugas melindungi masyarakat
Namun mereka melakukan yang sebaliknya
Masihkah kau mengingat janjimu?
Katamu dulu hidup kami akan sejahtera
Namun kami tidak mendapatkan itu
Ternyata itu hanyalah opini tanpa implementasi belaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H