“Ah, saya tidak takut! Kegagalan itu biasa! Yang penting action dulu!”
“Kalau barangnya tidak laku gimana?”
“Itu urusan belakangan! Yang penting toko jalan dulu!”
“Gimana kalo toko lain jualnya lebih murah?”
“Peduli setan sama toko lain! Saya maju terus!!!”
“Gimana kalo kita didatangi debt collector yang marah karena kita nunggak utang di bank?”
“Saya tidak takut! Mau berkelahi juga saya tidak takut!!! Mati pun saya tidak takut! Saya rela mati demi mempertahankan hidup saya!!!”
“Hah? Maksud lo???”
Anda lihat? Menepis rasa takut tidak membawa solusi apa-apa selain semangat tinggi tanpa antisipasi. Anda akan maju kencang dan bertenaga seperti Titanic yang megah tapi tidak mau takut akan banyaknya gunung es di Samudera Atlantik. Hingga akhirnya Anda akan terbentur masalah dan tidak bisa mengatasi masalah tersebut karena Anda tidak pernah mau memikirkan solusinya sejak awal.
Memiliki dan memutuskan untuk mendengarkan rasa takut bukanlah sifat pengecut. Jangan samakan saya dengan para pecundang di luar sana yang juga punya rasa takut tapi tidak digunakan sebagai detektor masalah. Para pecundang di luar sana punya ciri-ciri berbeda: mereka menggunakan rasa takut sebagai ALASAN untuk tidak melakukan sesuatu.
Jadi mulai sekarang, dengarkan rasa takut Anda. Rasa takut bertugas membimbing Anda kepada kendala-kendala yang Anda hadapi. Kadang kendala-kendala yang ada tidak bisa kita lihat dengan jelas, jadi biarkan rasa takut berbicara untuk mengurai apa saja kendala itu dengan lebih detail.