2. Upgrade Pengetahuan Para Khatib
Tentu saja bukan ilmu agama para khatib yang saya usulkan untuk di-upgrade, tapi upgrade pengetahuan mereka tentang fenomena budaya, sosial dan teknologi yang sedang terjadi di masyarakat. Para khatib harus sering nonton televisi dan melihat bagaimana acara-acara reality show yang pukul-pukulan setiap sore ditonton anak-anak di bawah umur. Para khatib harus sering jalan ke warnet melihat anak-anak remaja yang menonton aurat perempuan lewat situs porno. Para khatib harus mengamati pola kehidupan masyarakat sekarang yang suka dugem dan minum minuman keras. Kemudian para khatib itu MEMBERIKAN SOLUSI kepada ummat bagaimana mengatasi semua godaan-godaan itu beserta apa saja hukuman yang bakal ditanggung di akhirat kelak.
Apabila khatib tidak meng-upgrade pengetahuan mereka tentang fenomena-fenomena terkini, maka jangan heran bila anak muda sekarang tidak merasa memiliki agamanya karena mereka tidak mendapat solusi dari masalah-masalah mereka melalui ceramah agama.
Hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum tentang video porno, situs porno atau fenomena dugem memang tidak tertera secara persis dan eksplisit dalam Al Quran dan Hadist. Tugas para ulama untuk menjembatani antara kondisi yang ada dengan hukum-hukum dasar Islam yang fleksibel untuk segala zaman.
3. Perkenalkan para calon ulama dengan kehidupan yang kacau sekarang ini
Santri-santri di pesantren itu kan calon-calon ulama di masa depan. Tapi kata sepupu saya yang dulu sempat mengeyam pendidikan di pesantren (ini beneran lho ya, bukan tokoh fiktif. Nama sepupu saya itu si Ical), dia pernah cerita tentang kegiatan dia di pesantren dan menurut saya kegiatan mereka sehari-hari juga kurang diperkenalkan dengan dunia yang bakal mereka hadapi nanti.
Sebagai contoh, menurut sepupu saya tadi, Si Ical, mereka diperbolehkan menonton televisi hanya pada saat tertentu itupun cuma boleh acara berita. Bagaimana kita bisa berharap ulama kita di masa depan mau memberantas tontonan-tontonan televisi yang tidak bermoral kalo mereka nda pernah diperlihatkan dan disadarkan dengan tontonan yang 'aje gile'?
Santri-santri itu juga kurang diperkenalkan langsung dengan potensi buruk internet. Kurang diperlihatkan semudah apa seseorang bisa mengakses informasi apapun termasuk aurat wanita. Mengapa santri-santri kita tidak diajari teknologi terbaru berupa aplikasi dan software untuk memblokir situs porno di jaringan internet rumahan? Kan canggih tuh. Dan saya rasa banyak kok orang-orang jago IT di Indonesia selain Roy Suryo (melulu) yang bisa ngajar teknik-teknik blokir situs porno.
Mungkin saat ini saya belum bisa memberi segudang solusi, tapi masih lebih baik daripada tidak ada solusi sama sekali. Saya sih cuma bisa berharap tulisan ini bisa sampai kepada pihak-pihak yang terkait yang kemudian akan mempertimbangkan esensi dari tulisan saya ini tanpa disertai pikiran negatif.
Kita tidak pantas berharap kejayaan Islam berikutnya akan segera datang menghampiri kita selama fenomena jemaah yang tidur waktu khotbah kita diamkan dan kita anggap hal yang biasa saja.
Saya adalah satu dari jutaan ummat Islam. Dan inilah saya bersuara.