Makassar berasal dari kata sifat Mangkasara' yang berarti memiliki sifat yang mulia dan mencintai kejujuran. Seperti contohnya dalam ungkapan Akkana Mangkasara' (berkata-kata dengan sifat mangkasara') yang dimaknai sebagai tutur kata yang jujur. Nah, kalau saat ini Anda berkata dalam hati "Oooh.. gitu ya.." artinya kemungkinan besar Anda selama ini sangat mendewakan makna 'kasar' di balik nama kota ini.
Saya harus akkana mangkasara' bahwa memang karakter asli suku Bugis-Makassar adalah keras. Saya pernah menghabiskan waktu berjam-jam di warung kopi bersama seorang teman yang (sok) budayawan (tapi cukup mantap juga referensinya), dimana akhirnya saya mendapat kesimpulan bahwa karakter kami di sini banyak dipengaruhi oleh kondisi alam dan profesi nenek moyang kami. Nenek moyang kami kebanyakan adalah pelaut handal yang mau tidak mau harus bermental baja dan berkarakter keras kalau tidak mau masuk dalam menu makan malam ikan hiu. Tapi sekali lagi, keras tidaklah berarti kasar. Karakter kami bisa diibaratkan seperti emas: keras, kokoh, tapi halus dan bernilai tinggi.
Berhubung prosedur untuk mengubah nama sebuah kota tidaklah semudah membalik telapak gajah, maka tentu saja opsi untuk mengganti nama kota tidak perlu kita pikirkan. Lagian kami di sini sangat bangga menggunakan nama Makassar untuk kota kami karena kami paham betul akan arti namanya. Yang penting untuk dilakukan adalah bagaimana saudara-saudara kita se-Indonesia paham akan makna nama Makassar. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, maknanya justru sangat bertentangan dengan imej yang terbangun baik secara linguistik maupun lewat pencitraan negatif di media massa.
Ayolah kita berhenti menyimpulkan karakter sebuah kota hanya dari membaca namanya, terlebih lagi bila kita sama sekali tidak punya referensi tentang arti nama kota itu. Tidak perlu kita merepotkan saudara-saudara kita di kota-kota lain untuk membuat gerakan serupa misalnya "Malang Tidak Malang" atau "Bau-Bau Tidak Bau!"
Tentunya kami juga di sini wajib untuk bahu membahu membuktikan bahwa imej kasar yang terlanjur melekat itu salah. Contohnya gerakan Makassar Tidak Kasar yang sedang digalakkan sekarang ini, patut diberi acungan jempol. Kewajiban kita untuk mendukung penuh gerakan ini hingga tetes keringat terkecut!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H