Mohon tunggu...
Elvin Miradi
Elvin Miradi Mohon Tunggu... -

Seorang blogger, suami untuk seorang bidadari dan bapak untuk tiga laki-laki. Simak tulisan lainnya di www.ElvinMiradi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makassar Tidak Kasar

16 November 2011   16:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:35 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baiklah, kita mulai dialog satu arah ini dengan sebuah pertanyaan: apa kira-kira sebabnya orang Makassar dianggap kasar?

Hampir semua jiwa dalam kota Makassar sepakat bahwa media massa sangat 'berjasa' dalam menciptakan dan menumbuhkembangkan imej kasar kota ini. Pendapat ini berangkat dari fakta bahwa beberapa tahun belakangan ini berita-berita negatif di Makassar mendominasi program acara berita di televisi. Paling sering adalah tentang demo mahasiswa yang berakhir ricuh. Belum lagi berita kriminal yang kebanyakan dari Makassar. Seolah-olah kota ini seperti Texas di abad 19 dimana hukum rimba berlaku. Atau seperti Vietnam di awal 80-an dimana hukum Rambo berlaku.

Kita tidak bisa menyalahkan pers dalam hal ini, karena prinsip 'bad news is a good news' sudah mengalir dalam darah hampir semua insan pers di dunia. Hari gini siapa sih yang mau nonton berita tentang keberhasilan petani kita menanam padi sampai berhasil panen tanpa serangan hama wereng coklat? Coba tanyakan pada diri Anda sendiri, mana yang lebih menarik untuk Anda tonton: keberhasilan Nganjuk meraih piala Adipura 2011 atau tentang kisruh rumah tangga Peggy Melati Sukma?

Kita juga tidak bisa menyalahkan mahasiswa yang anarkis saat demonstrasi. Memang benar otak adalah pemberian Tuhan, tapi jangan lupa bahwa para mahasiswa anarkis itu juga punyak hak untuk tidak menggunakannya! Bahkan banyak diantara mereka yang kelihatannya benar-benar butuh bantuan donor otak!

Kita juga tidak bisa menyalahkan polisi yang berkelahi melawan mahasiswa karena polisi bukan malaikat yang punya kesabaran tiada batas. Mereka saban hari dilatih fisik. Dilatih berkelahi. Jadi pas berhadapan dengan mahasiswa kurus dekil yang banyak omong dan menjengkelkan, wajar dong kalo gemes!

Jadi begitulah... Terus terang saya selalu gagal dalam permainan salah-menyalahkan. Selain menghabiskan energi, juga tidak ada gunanya. Anda juga harusnya begitu, berhentilah menyalahkan. Contohlah PLN yang secara rutin berhenti menyalahkan lampu-lampu rumah kita.

Walaupun sebenarnya pasti ada elemen yang salah dalam mekanisme gembar-gembor imej kasar melalui media massa ini tapi saya tidak tertarik untuk mengkritik elemen tersebut. Saya yakin artikel-artikel lain dalam lomba nge-blog ini bakal beramai-ramai membahas masalah blow up media massa tersebut, mengkritik habis-habisan setiap elemen di dalamnya sampai harus menggunakan bahasa super intelek yang akhirnya sulit dimengerti pembaca blognya sendiri, tapi saya tidak pernah tertarik untuk menjadi 'sama'.

Menurut saya pribadi, salah satu faktor mendasar yang menyebabkan Makassar dicap kasar oleh banyak orang adalah faktor linguistik dari nama kota Makassar itu sendiri. Di sana ada dua suku kata kas- dan sar- yang secara tidak disadari akan merangsang alam bawah sadar kita untuk mengingat kata 'kasar' dalam bahasa Indonesia. Coba saja Anda bayangkan bagaimana seandainya kota ini bernama Mahalus, tentunya tidak akan pernah dibutuhkan sebuah jargon berbunyi "Mahalus Tidak Kasar", kan?

Kadang hal ini tidak dianggap penting, padahal apa yang berada di alam bawah sadar kita telah terbukti secara medis memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dalam mengendalikan pikiran kita dibanding alam sadar kita. Saya tidak sedang mengusulkan untuk mengganti nama kota ini dengan Mahalus, Malembut, Masopan atau bahkan Maasikasikajatuh. Saya cuma menganalisa dari sudut pandang saya sendiri. Mohon maaf bila sudut pandang saya dianggap sempit, karena memang mata saya agak sipit.

Terbukti ketika sejak tahun 1971 kota ini diberi nama Ujung Pandang, tidak ada opini yang mengatakan orang-orang di Ujung Pandang kasar-kasar. Suku Makassar pun dikenal sebagai suku yang keras dan punya adat istiadat yang kental. Setelah berganti nama kembali menjadi Makassar pada tahun 1999 dan nama kota Makassar digunakan secara resmi di mana-mana, barulah saudara-saudara kita di luar Makassar terstimulasi secara negatif akibat akibat penggalan kata 'kassar' tadi.

Jadi saya rasa saya perlu sedikit menjelaskan kepada Anda sesuatu yang sangat dibutuhkan banyak orang di luar sana, yaitu apa sebenarnya arti dari nama kota Makassar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun