Kepekaan musisi dalam menangkap sebuah fenomena terlihat jelas pada penggarapan lirik. Kepiawaiaan musisi dalam menuangkan amanat menentukan sebuah lagu mempunyai roh atau tidak. Menentukan thema tidak harus hal njlimet. Walau terkesan sederhana Iwan Fals berhasil bercerita tentang kesahajaan Proklamator Hatta atauGuru Umar Bakri. Seorang Ebiet G.Ade mampu bertutur tentang fenomena pengamen kecapi buta melalui lagu Nyanyian Siang dan Malam, cerita sederhana namun mempunyai makna social yang cukup tinggi.
Beberapa pencipta lagu focus menulis lirik lagu mengkritisi suatu keadaan, akhirnya lagu-lagunya menjadi sangat identik dengan namanya. Seperti Bob Dilon, perawan maskulin Tracy Chapman, U2,lirik-lirik mereka identik dengan kritik social. Kita juga punya Ully Sigar Rusady, yang kental bercerita tentang lingkungan hidup. Atau Iwan Fals yang acap memprotes ketimpangan sosial. Pehaman tentang lingkungan, karakter, kejiwaan tentang thema yang diceritakan menjadi penentu kualitas lirik lagu. Artinya seorang pencipta lagu anak akan terdengar aneh jika tidak mengerti secara benar tentang dunia anak-anak.
Didalam penggarapan lagu, musisi menjalani beberapa pilihan proses kreatif. Menggarap solmisasi, baru menyusul lirik. Atau menulis lirik kemudian dilagukan, atau bahkan secara bersama atau spontan. Terlepas dari proses kreatif itu, lagu akan tampak manis apabila diantara lirik dan solmisasi berkohesi, berkesan tidak menempel. Proses menciptakan lagu memerlukan waktu yang tidak sama antar sesame musisi. Ada yang melalui proses pemikiran panjang, atau sebaliknya relative pendek. Lirik lagu biasanya berisi potret suatu peristiwa pada suatu kejadian tertentu, atau bisa jadi merupakan suatu peristiwa yang berdasarkan kenyataan yang dialami oleh musisi, atau bahkan merupakan hasil dari sebuah pergumulan sebuah intuisi. Semakin produktif seorang musisi didalam menggagas lagu, seharusnya tidak akan mengurangi kualitas karya-2 yang terbaru.
Banyak fakta yang juga diabadikan kedalam lirik lagu oleh musisi. Pengalaman perjalanan kehidupan mereka diaktualisasikan lewat lirik. Ian Gillan vokalis Deep Purple menulis Lagu Smoke on The Water diatas kertas Tissue Hotel saat terjadi kebakaran pada live-concert mereka pada 4 Desember 1971. Seorang penonton tiba-tiba menembakkan pistol, mengakibatkan panggung yang saat itu diisi oleh Frank Zappa terbakar, menghanguskan atap Montreaux Casino yang terbuat dari bamboo diSwiss. Hampir serupa Titik Puspa mendapat ilham menulis lirik lagu ketika berada di atas pesawat. Karena mendengar khabar tentang kematian Bing Slamet. Secara spontan ditulisnya lirik diatas kertas muntahan pesawat. Sambil sesenggukan Titik Puspa spontan menyanyikannya didekat telinga Emillia Contessa. Dan jadilah lagu Bing yang legendaries itu.
Di negara kita kebanyakan penikmat mengingkan bentuk lirik yang bersifat eufemisme-konotatif, sebaliknya lirik yang bersifat sarkasme-denotatif cukup sering menuai protes. Ingat pada tahun 1978 ketika Ian Antono menciptakan lagu “Pelacur Tua” yang dinyanyikan oleh Duo Kribo, maka TVRI langsung mencekalnya.
Lirik lagu juga manisfestasi bentuk suatu “mode” pada jamannya. Pernah terjadi begitu lagu bermodekan nama orang melejit dipasaran, maka bak jamur di musim hujan, bermunculan lagu-lagu serupa. Sebenarnya keepigonan mereka masih bisa ditoleran, hanya bentuk mode pada jamannya dan akan surut sejalan dengan hal baru yang bakal menggantikannya. Ingat ketika dunia musik kita dihinggapi trend lagu dengan lirik yang berjudul nama orang ? Banyak sekali penggarapan lirik-lirik lagu baru beramai-ramai memberi judul nama orang.
Penggarapan lirik lagu yang berthema atau beramanat sering berkesan menggurui dan membosankan. Adalah seorang Ebiet G.Ade yang patut dipuji dalam penggarapan lirik lagu. Selain lirik lagunya cukup puitis, thema/tokoh/amanat yang diaktualisasikan melalui lirik lagu, kesannya jauh dari menggurui. Seperti cerita tobat seorang narapidana yang diceritakannya pada lagu Balada Orang-orang terkucil senantiasa mengajak kita berpikir dan merenung. Perhatikan lagu : Untuk Kita Renungkan, yang serasa mengajak kita untuk selalu instropeksi diri.
Untuk Kita Renungkan
Lagu & Lirik oleh Ebiet G.Ade-1982
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tegaklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat 2x
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya 2x
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista... oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... oh
Berubahlah agar Dia tersenyum
Tetapi, penggambaran tentang hasrat sex juga sering dilakukan didalam penggarapan lirik lagu : Rod Steward pernah ber-Da Ya Think Im Sexy atau George Michael dengan I Want your Sex. Di Negara kita kenakalan lirik-lirik yang beraroma sex juga ada, sebut saja Farid Bani Adam dengan Sesuatu, Dewa dengan Sedang Ingin Bercinta, atau Jamrud dengan : Surti-Tejo, dan Telat 3 Bulan.
Malam sabtu kujemput
Rok minimu menyambut
Kuajak kau ke laut
Lihat pemandangan bagus
Namanya laut