Mohon tunggu...
Elvina Rachel Putri Islami
Elvina Rachel Putri Islami Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa Jurusan Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pahami Anak: Mengapa Anak Menjadi Pemalu? Bagaimana Cara Mengatasinya?

11 Juni 2023   23:07 Diperbarui: 11 Juni 2023   23:11 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak memiliki makna sebagai karunia yang luar biasa. Jika kita tidak mendidiknya dengan baik, kita tidak menjaga anugerah yang Tuhan berikan. Anak usia dini merujuk kepada anak-anak yang berusia 0 hingga 6 tahun. Pada periode ini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat (Akbar, 2020).

Pada usia dini, sangat penting bagi anak-anak untuk mendapatkan pembelajaran yang dapat membantu mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan membangun hubungan yang baik dengan teman-teman dan sahabat. Pada masa ini, anak sebaiknya dipersiapkan agar dapat berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih luas (Aida dan Rini, 2005).

Pemalu adalah sifat yang alami pada anak, terutama ketika mereka dihadapkan pada situasi atau lingkungan yang baru. Mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut. Namun, yang perlu diperhatikan adalah jika sifat pemalu tersebut berlebihan dan menghambat kehidupan sosial anak. Namun, perlu diingat bahwa anak-anak pemalu sebenarnya memiliki kelebihan seperti empati, kebijaksanaan, dan kemandirian (Rifa dan Suryana, 2022).

Pemalu adalah sikap individu yang tidak memiliki keterampilan sosial untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, seharusnya anak sudah bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar, misalnya dengan memberikan senyuman atau menyapa orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan membantu mereka dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Namun, ada beberapa anak yang membutuhkan waktu yang lebih lama dalam hal ini.

Anak yang pemalu umumnya memiliki rasa percaya diri dan penghargaan diri yang rendah. Mereka tidak berani mengekspresikan diri seperti teman-teman mereka dan cenderung menjauh dari interaksi sosial. Jika perasaan seperti itu terus berlanjut, anak dapat menjadi introver dan sulit bergaul dengan orang lain (Suyanto, 2005).

A. Penyebab Pemalu

Dalam Khadijah & Armanila (2017) beberapa penyebab anak menjadi pemalu, yaitu:

  • Anak merasa tidak aman dan tidak memiliki keberanian untuk mengekspresikan diri karena pengalaman yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, saat anak menggambar di dinding rumah dan menunjukkan hasilnya kepada orang tua, orang tua merespon dengan cemoohan dan ejekan, mengatakan bahwa gambarnya jelek dan melarang anak untuk menggambar di dinding lagi. Hal ini dapat mengurangi rasa percaya diri anak dalam menggambar dan menghambat kreativitas seninya. Sebagai gantinya, orang tua sebaiknya memberikan saran yang bijak, misalnya mengatakan bahwa lebih baik anak menggambar di atas kertas agar hasilnya lebih bagus, sambil memberikan kertas untuk digunakan anak.
  • Sikap terlalu protektif dari orang tua dapat membuat anak cenderung menjadi pasif dan bergantung pada orang lain. Akibatnya, anak kurang memiliki kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya dan kepercayaan pada kemampuannya tidak berkembang.
  • Kurangnya perhatian dari orang tua membuat anak merasa tidak dihargai dan kurang berarti. Anak sering kali dikritik dengan cara yang membuatnya merasa tidak pasti dan ragu-ragu. Jika kritik tersebut dilakukan di depan umum, anak dapat mengembangkan perasaan yang tidak menentu. Kritik yang wajar merupakan bagian dari pengajaran disiplin, namun jika berlebihan, anak akan menjadi takut salah, penuh keraguan, dan menjadi sangat pemalu.
  • Terlalu banyaknya hukuman yang diberikan oleh orang tua atau pendidik kepada anak dapat membuat anak selalu merasa takut dan ragu-ragu. Akibatnya, anak cenderung menarik diri dari lingkungan dan selalu curiga ketika berinteraksi dengan orang lain.
  • Perlakuan yang salah atau pola asuh yang tidak tepat dapat membuat anak merasa rendah diri dan pemalu sejak usia dini. Selain itu, kecacatan fisik juga dapat menjadi faktor penyebab anak menjadi pemalu. Kecacatan tersebut membuat anak menjadi sensitif dan cenderung menghindari interaksi dengan orang lain.

Yuk, refleksi dulu!

Ketika diminta untuk maju ke depan kelas, Ucel tampak ragu-ragu dan terlihat malu-malu. Mungkin ia merasa tidak nyaman dengan perhatian yang diberikan padanya atau takut membuat kesalahan di depan teman-temannya. Dengan perlahan-lahan berjalan ke depan kelas, ia mungkin menghindari kontak mata dengan teman-temannya dan tampak canggung dalam gerakan. Mungkin terdapat ketegangan yang terlihat pada postur tubuhnya, seperti merapatkan bahu atau menundukkan kepala. Selama berada di depan kelas, anak tersebut mungkin hanya memberikan respons yang singkat atau berbicara dengan suara yang pelan. Ia cenderung menghindari perhatian yang berlebihan dan mencoba untuk segera kembali ke tempat duduknya.

Meskipun dalam situasi tersebut anak tersebut merasa malu-malu dan cenderung menghindari sorotan, tetap terlihat adanya keinginan untuk memenuhi tuntutan tugas. Anak mungkin berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas tersebut, meskipun terlihat sedikit tertekan oleh kecemasan yang dirasakannya.

Dalam konteks ini, penting bagi guru atau pendidik untuk memberikan dukungan dan pemahaman kepada anak tersebut. Mendorong anak untuk melangkah keluar dari zona nyaman mereka secara bertahap dan memberikan penguatan positif dapat membantu mereka mengatasi rasa malu dan membangun kepercayaan diri.

B. Tanda Anak Pemalu

Dalam Khadijah & Armanila (2017) tanda-tanda yang muncul pada anak yang pemalu meliputi:

a) Anak cenderung menghindari interaksi sosial dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

b) Mereka bersikap segan, ragu-ragu, dan enggan terlibat dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

c) Anak pemalu enggan mengambil risiko, cenderung takut dan ragu-ragu.

d) Mereka cenderung diam dan saat berbicara suaranya terdengar pelan.

e) Anak tersebut memiliki rasa percaya diri yang kurang.

f) Mereka tidak menyukai permainan yang melibatkan kerjasama.

g) Mereka enggan mengambil keputusan atau membuat pilihan bagi diri mereka sendiri.

C. Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak

Pengaruh kecemasan terhadap perkembangan anak meliputi:

  • Anak yang cenderung pemalu sering mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial karena lebih suka menyendiri. Jika kondisi ini terus berlanjut, perkembangan emosional dan sosial anak dapat terhambat. Seperti yang disebutkan oleh Oktariana (2022), sikap pemalu dapat memiliki dampak negatif terhadap perkembangan anak secara optimal, termasuk aspek sosial-emosional, moral, bahasa, dan motorik.
  • Anak pemalu seringkali tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik dengan orang lain. Mereka juga kesulitan mengekspresikan diri dengan jujur dan terbuka. Hal ini disebabkan oleh rasa ketidaknyamanan yang terus-menerus dirasakan oleh anak tersebut, sehingga mereka sulit untuk bersikap santai.

D. Menangani Anak Pemalu

Dalam Khadijah & Armanila (2017) beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru atau orang tua dalam menangani anak yang pemalu:

  • Bangkitkan rasa bahwa ia mampu. Membangkitkan rasa percaya diri dengan menerima dan memuji segala usaha dan hasil karya anak. Misalnya, mengapresiasi gambar anak walaupun hanya berupa coretan sederhana, dengan memberikan pujian dan dorongan agar anak terus mengembangkan kemampuannya. Katakanlah kepada anak "Wah….gambarnya bagus sekali anak sholeh”, “ayoo, gambar terus pasti akan lebih bagus lagi…kamu pasti bisa!” Tujuannya adalah untuk memotivasi anak dan menghargai karya yang telah mereka hasilkan. Selain itu, berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka.
  • Tidak memaksa anak untuk tampil jika mereka tidak ingin melakukannya. Namun, penting bagi guru atau orang tua untuk memberikan dorongan positif seperti mengatakan, "Anak baik, kamu pasti bisa."
  • Beri latihan kerja kelompok dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua orang. Hal ini akan memfasilitasi komunikasi dan kerjasama di antara mereka. Jika latihan dilakukan dalam kelompok yang lebih besar, anak pemalu mungkin akan merasa malu dan cenderung mengisolasi diri.
  • Hindari anak bermain sendirian terlalu lama. Berikan peran kecil dalam kegiatan kelompok, meskipun hanya sebagai pendengar atau peserta. Ini akan membantu anak pemalu terlibat dalam interaksi sosial.
  • Ciptakan suasana yang akrab setiap hari dengan anak pemalu melalui kontak mata dan senyuman.
  • Ketika anak pemalu enggan berbicara, dekati mereka untuk membantu dalam mengerjakan tugas.
  • Mulailah sesi pembelajaran dengan lagu atau permainan yang melibatkan setiap anak dalam kelas dengan menggunakan namanya. Ini akan membantu anak merasa lebih termasuk dan meningkatkan rasa percaya diri.

Hakikatnya pendidikan sangatlah penting untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan manusia, terutama pada anak usia dini. Pendidikan karakter pada usia dini memiliki kepentingan besar dalam membentuk perilaku yang baik pada anak. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pendidikan karakter sejak dini karena pada masa tersebut anak dapat mengembangkan semua aspek perkembangannya (Aisyah, 2020). Rasa malu pada anak merupakan salah satu emosi negatif yang perlu diatasi sejak dini, karena dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan anak. Oleh karena itu, peran guru dan orangtua sangat penting dalam memotivasi keberanian dan meningkatkan rasa percaya diri anak. Hal ini akan membantu anak agar tidak kehilangan pengalaman dalam membangun pengetahuannya melalui proses belajar dan bermain bersama.

REFERENSI:

Aida, N., & Rini, R. A. P. (2015). Penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada pendidikan anak usia dini. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 4(1), 87-99.Aisyah. (2020). Pendidikan Karakter Untuk Perkembangan Moral Anak Usia Dini

Akbar, E. (2020). Metode belajar anak usia dini. Prenada Media.   

Khadijah, K., & Armanila, A. (2017). Permasalahan Anak Usia Dini.

Oktariana, R. (2022). ANALISIS PERMASALAHAN ANAK PEMALU PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK FKIP UNSYIAH BANDA ACEH. JURNAL HURRIAH: Jurnal Evaluasi Pendidikan dan Penelitian, 3(1), 67-82.

Rifa, N., & Suryana, D. (2022). Peranan Guru dalam Mengatasi Sifat Pemalu Anak dengan Bermain Sosial (Studi Kasus Pada Anak di PAUD Ummul Qur’an Tembilahan). Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 12533-12543.

Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar pendidikan anak usia dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun