Mohon tunggu...
Elvina Rachel Putri Islami
Elvina Rachel Putri Islami Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa Jurusan Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pahami Anak: Mengapa Anak Menjadi Pemalu? Bagaimana Cara Mengatasinya?

11 Juni 2023   23:07 Diperbarui: 11 Juni 2023   23:11 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

b) Mereka bersikap segan, ragu-ragu, dan enggan terlibat dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

c) Anak pemalu enggan mengambil risiko, cenderung takut dan ragu-ragu.

d) Mereka cenderung diam dan saat berbicara suaranya terdengar pelan.

e) Anak tersebut memiliki rasa percaya diri yang kurang.

f) Mereka tidak menyukai permainan yang melibatkan kerjasama.

g) Mereka enggan mengambil keputusan atau membuat pilihan bagi diri mereka sendiri.

C. Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak

Pengaruh kecemasan terhadap perkembangan anak meliputi:

  • Anak yang cenderung pemalu sering mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial karena lebih suka menyendiri. Jika kondisi ini terus berlanjut, perkembangan emosional dan sosial anak dapat terhambat. Seperti yang disebutkan oleh Oktariana (2022), sikap pemalu dapat memiliki dampak negatif terhadap perkembangan anak secara optimal, termasuk aspek sosial-emosional, moral, bahasa, dan motorik.
  • Anak pemalu seringkali tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik dengan orang lain. Mereka juga kesulitan mengekspresikan diri dengan jujur dan terbuka. Hal ini disebabkan oleh rasa ketidaknyamanan yang terus-menerus dirasakan oleh anak tersebut, sehingga mereka sulit untuk bersikap santai.

D. Menangani Anak Pemalu

Dalam Khadijah & Armanila (2017) beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru atau orang tua dalam menangani anak yang pemalu:

  • Bangkitkan rasa bahwa ia mampu. Membangkitkan rasa percaya diri dengan menerima dan memuji segala usaha dan hasil karya anak. Misalnya, mengapresiasi gambar anak walaupun hanya berupa coretan sederhana, dengan memberikan pujian dan dorongan agar anak terus mengembangkan kemampuannya. Katakanlah kepada anak "Wah….gambarnya bagus sekali anak sholeh”, “ayoo, gambar terus pasti akan lebih bagus lagi…kamu pasti bisa!” Tujuannya adalah untuk memotivasi anak dan menghargai karya yang telah mereka hasilkan. Selain itu, berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka.
  • Tidak memaksa anak untuk tampil jika mereka tidak ingin melakukannya. Namun, penting bagi guru atau orang tua untuk memberikan dorongan positif seperti mengatakan, "Anak baik, kamu pasti bisa."
  • Beri latihan kerja kelompok dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua orang. Hal ini akan memfasilitasi komunikasi dan kerjasama di antara mereka. Jika latihan dilakukan dalam kelompok yang lebih besar, anak pemalu mungkin akan merasa malu dan cenderung mengisolasi diri.
  • Hindari anak bermain sendirian terlalu lama. Berikan peran kecil dalam kegiatan kelompok, meskipun hanya sebagai pendengar atau peserta. Ini akan membantu anak pemalu terlibat dalam interaksi sosial.
  • Ciptakan suasana yang akrab setiap hari dengan anak pemalu melalui kontak mata dan senyuman.
  • Ketika anak pemalu enggan berbicara, dekati mereka untuk membantu dalam mengerjakan tugas.
  • Mulailah sesi pembelajaran dengan lagu atau permainan yang melibatkan setiap anak dalam kelas dengan menggunakan namanya. Ini akan membantu anak merasa lebih termasuk dan meningkatkan rasa percaya diri.

Hakikatnya pendidikan sangatlah penting untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan manusia, terutama pada anak usia dini. Pendidikan karakter pada usia dini memiliki kepentingan besar dalam membentuk perilaku yang baik pada anak. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pendidikan karakter sejak dini karena pada masa tersebut anak dapat mengembangkan semua aspek perkembangannya (Aisyah, 2020). Rasa malu pada anak merupakan salah satu emosi negatif yang perlu diatasi sejak dini, karena dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan anak. Oleh karena itu, peran guru dan orangtua sangat penting dalam memotivasi keberanian dan meningkatkan rasa percaya diri anak. Hal ini akan membantu anak agar tidak kehilangan pengalaman dalam membangun pengetahuannya melalui proses belajar dan bermain bersama.

REFERENSI:

Aida, N., & Rini, R. A. P. (2015). Penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada pendidikan anak usia dini. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 4(1), 87-99.Aisyah. (2020). Pendidikan Karakter Untuk Perkembangan Moral Anak Usia Dini

Akbar, E. (2020). Metode belajar anak usia dini. Prenada Media.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun