Mohon tunggu...
ELVI HIDA
ELVI HIDA Mohon Tunggu... Freelancer - Dewa Hades

Do what you expect to do

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Bumi Pertiwiku

18 Februari 2018   06:25 Diperbarui: 18 Februari 2018   07:12 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang benar, ketika sang guru menginginkan anak didiknya sukses dan kaya itu perlu, tapi jangan mendoktrin, hingga ketika sekarang, saat negara agraris ini impor beras mereka hanya bisa mencela, tak sadar diri jika mereka pun ikut andil di dalamnya.

Disinilah guru bk ikut andil, mereka bukan hanya berfungsi untuk megontrol psikologi anak, namun juga penting untuk mengontrol psikologi dan pola pikir guru. Menurut saya guru bk juga harus ambil bagian dalam memajukan kecerdasan anak dan kemajuan sekolah, karena daripada orag lain, guru bk yang paling mengerti minat dan bakat para murid, dan guru bk seharusnya tau bagaimana cara mengembangkannya. Mengasah kreativitas anak sedini mungkin sangat diperlukan. Bukan berarti kalau nilai matematika mereka bagus semua beres.

Bagaimana lahan sawah akan berfungsi selayaknya jika yang merawatnya saja tak ada. Mengembangkan potensi anak pada bidang pertanian sangat perlu, karena menilik latar belakang negara kita yang sangat membutuhkannya. Tak perlu menuntut anak untuk bisa menciptakan alat canggih seperti dijepang,asal pengerjaannya tepat dan mempunyai etos kerja yang tinggi , masalah impor beras dan kenaikan harga pangan pasti akan segera teratasi. 

Dan pada masalah perairan sepertinya telah teratasi oleh menteri kelautan kita saat ini, namun alangkah baiknya jika guru ikut andil dalam memberi ilmunya tentang kelautan. Selain guru yang mendidik, masyarakat juga dapat bagian dalam menjaga kebersihan lingkungan, setiap jengkal lingkunagn. Pemerintah pun harus bertanggungjawab dalam mengontrol harga, dan mempublish hasil produk dalam negeri.

Menghargai sesama, dan memberi arti kebersaman , semboyan sama rasa sama tara harus tetap digaungkan agar setidaknya ketika mereka bersaing, mereka masih mempunyai hati untuk tetap bersaing dengan cara sehat, untuk tidak sok kuasa, dan merasa semua adalah miliknya. Agar tak ada lagi jiwa-jiwa yang tamak dan pengecut, tak ada lagi pemonopoli harga, tak ada lagi lintah darat hasil dari pendidikan yang serba darurat.

Dengan adanya hal ini semoga saja tak ada lagi hijau daun yang hampir habis dimakan ulat keserakahan para koruptor. Tak ada lagi biru laut yang ternyata birunya air mata rakyat kesusahan akibat ulahnya sendiri , yang kaya tambah kaya yang miskin tambah menderita. Namun, bukan berarti semua kaya, karena itu menentang hukum alam. Benar, memang akan tetap ada yang diatas juga akan tetap ada yang dibawah namun setidaknya negeri ini tak lagi hancur karena perbuatan warga negaranya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun