Ideology, the environment and one worldview:
A discourse analysis of Noranda's environmental and sustainable development reports
Ideologi, lingkungan, dan pandangan dunia:
Analisis wacana mengenai laporan lingkungan dan pembangunan noranda.
Penjelasan jurnal terlebih dahulu menyampaikan pandangan yang diungkapkan oleh Edder pada tahun 1996, bahwa nilai alam dan juga ekologi sekarang ini sudah menajdi perhatian yang tidak begitu kontroversial , dan sebagai dari hasil environmentalisme tersebut sudah menjadi ideologi yang dominan ditemukan diberbagai lapisan masyarakat. Pada jurnal ini juga diungkapkan, jika saja setiap perusahaan di planet / bumi mau mengadopsi praktik lingkungan dan sosial perusahaan terbaik maka dunia masih akan bergerak pada degradasi lingkungan dan kolaps.
Dalam paper tersebut dilakukan analisis wacana mengenai laporan lingkungan dan pembangunan dari noranda, yang merupakan sebuah perusahaan tambang. Analisis wacana tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana kontribusi laporan perusahaan, dan sebaliknya hasil yang lebih luas dari wacana mengenai enviromenalism dari waktu ke waktu.
Kotler (2008) mengungkapkan bahwa environmentalisme merupakan suatu gerakan yang teroganisasi tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga dengan badan pemerintah yang peduli terhadap perlindungan dan perbikan lingkungan hidup masyarakat.
Pada paper ini dilihat bagaimana Noranda membangun hubungannya dengan alam dan uga masyarakat. Laporan dari Noranda bersifat sukarela, dan tidak hanya satu tetapi melakukan analisis wacana dengan tiga laporan awal Noranda di tahun 1990, dan laporan pembangunan berkelanjutan yang berakhir pada tahun 2004.
Referensi utama dari paper ini merupakan Eder, Eder (1996) nerfokus pada konstruksi sosial alam. Selama ini definisi lingkungan yang dipahami meliputi manusia dan manusia, serta hubungan organisasi-masyarakat, tetapi hal yang didiskusikan dalam paper ini tidak sesempit itu.
THE DISCOURSE OF ENVIRONMENTALISM
Transformasi dari enviromentalism dalam beberapa dekade diungkapkan oleh Elkington (1997,2004) dan oleh Ede (1996) yang dibagi kedalam tiga tahap. Elkington merupakan seorang konsultan dan Eder seorang akademisi. Eder membagi kedalam tiga fase. Fase pertama digambarkan sebagai fase yang mana ketidakcocokan ekologi dan ekonomi yang mengkarakterkan masalah lingkungan.fase kedua, dimana pendekatan melalui aturan  aturan mendominasi tindakan dan wacana. Fase ketiga, Fase ketiga, yang muncul pada pertengahan tahun 1990an,  adalah "normalisasi budaya keprihatinan lingkungan dan integrasi mereka dengan pola pikir ideologis yang mapan."
Eder berpendapat bahwa environmentalisme di tahun 1980an adalah wacana protes yang menempatkan lingkungan dalam agenda Namun, selama waktu itu, dan sejak saat itu, telah terjadi a Banyaknya komunikasi lingkungan yang dihasilkan oleh berbagai kelompok kepentingan dengan beragam sudut pandang. Menggunakan wacana ini dan menghasilkan lingkungan sendiri Komunikasi, lawan gerakan protes juga sudah bisa sesuai isu. Hal ini mengakibatkan wacana environmentalisme berubah menjadi politik ideologi. Komunikasi ekologis kemudian menjadi "media konflik politik dan debat publik yang mengubah budaya politik masyarakat modern "(hal 165).
Di dalam paper tersebut dibuat sketsa mengenai filosofi lingkungan sebagai sarana untuk memahami spektrum filosofi yang mendasarai wacana lingkungan. Elkington dan Burke mengungkapkan, masalah akan menjadi seperti apa kapitalisme. Terdapat filosofi tradisopnal yang terbagi antara teori konsekuensial atau teologis seperti teori utilitarianisme dan juga non-konsekuensial atau deontologis berbasis pada hak filsafat. Sementara filosofi lingkungan mengadopsi dua pendekatan dasar ini, namun juga memiliki cabang non-tradisional atau holistik besar yang ditandai oleh ekologi dan ekofeminisme yang dalam (Warren, 1998a, hal. 270).
Dalam filsafat lingkungan, terbagi dalam dua pendekatan yaitu filsafat tradisional dan non-tradisional/holistik (ekologi dan ecofeminsim). Dalam filsafat tradisional dibagi antdara teori konsekuensial (atau teleologis) seperti utilitarianisme dan teori non-konsekuensial. Sesuai dengan itu, filosofi lingkungan terbagi antara antroposentrik (berfokus pada manusia) dan eksosentrik (berfokus pada bumi):
(1) kapitalis murni - pandangan dominan dalam akuntansi dan keuangan di mana satu-satunya
tanggung jawab perusahaan adalah menghasilkan uang bagi pemegang saham;
(2) alat bantu - mereka yang memiliki pandangan jangka panjang yang menyadari bahwa kesejahteraan ekonomi dan
stabilitas hanya dapat dicapai dengan penerimaan tanggung jawab sosial tertentu;
(3) pendukung kontrak sosial - sikap bahwa perusahaan dan organisasi lain ada
pada kehendak masyarakat dan oleh karena itu bertanggung jawab untuk menghormati dan merespons masyarakat tersebut;
(4) ekologi sosial - mereka yang peduli terhadap lingkungan sosial dan merasakannya
karena organisasi besar telah berpengaruh dalam menciptakan lingkungan sosial dan lingkungan
masalah yang mereka juga harus berpengaruh dalam membantu memberantas masalah ini;
(5) sosialis - yang merasa harus ada penyesuaian yang signifikan dalam kepemilikan
dan penataan masyarakat;
(6) feminis radikal - mereka yang merasa ada sesuatu yang salah dengan yang sebenarnya
konstruksi maskulin agresif yang membimbing sistem sosial kita dan bahwa ada kebutuhan untuk
nilai lebih feminin seperti cinta, kasih sayang dan kerja sama; dan
(7) ahli ekologi dalam - yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki hak eksistensi yang lebih besar daripada apapun
bentuk kehidupan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H