Minyak jelantah secangkir, 5 bonggol daun bawang, cangkang kerang, cangkang telor, styrofoam bekas makanan, gelas dan botol plastik bekas kemasan makanan dan minuman, belum lagi kemasan plastik isi ulang sabun mandi, sabun cuci piring, dan pencuci lantai.Â
Ini baru secuil dari sampah yang diabsen dari dapur, limbah yang seringkali membuat saya merasa bersalah jika hanya berakhir di tempat sampah tanpa ada upaya tanggung jawab sedikitpun.Â
Demi mengurangi rasa bersalah atas limbah-limbah yang saya hasilkan, saya menahan diri untuk tidak segera membuang sampah tersebut langsung ke tempat sampah, sebagian besar saya manfaatkan kembali menjadi sesuatu yang berguna.Â
Minyak Goreng Bekas/Minyak Jelantah
Sejak tahu minyak goreng bisa jadi bahan bakar, saya tidak lagi buru-buru membuang sisa minyak goreng. Saat bertugas ke hutan, saya membawa minyak jelantah untuk bahan bakar lilin.Â
Selain mudah dan hemat karena tidak perlu membeli lilin, lilin dengan bahan bakar minyak jelantah lebih awet.Â
Dengan peralatan sederhana seperti cutter, gunting, obeng, kain bekas untuk sumbu, lilin dengan bahan bakar minyak jelantah ini saya buat dari kaleng bekas minuman. Dengan menambah beberapa lubang untuk sumbu, kaleng bekas minuman dan minyak jelantah bahkan bisa berfungsi sebagai kompor darurat.Â
Dengan 50 ml minyak jelantah, lilin tersebut bisa menyala selama kurang lebih 8 - 10 jam.Â
Seorang teman melihat lilin dari kaleng bekas dan minyak jelantah yang saya buat lalu menawarkan saya untuk membuat lilin-lilin dari kaleng bekas minuman ini lebih banyak untuk disumbangkan ke tempat-tempat yang listriknya masih terbatas dan masih mengandalkan lilin untuk penerangan di malam hari.Â