"Mbak.. kucingnya nggak ikut?" tanya kasir di supermarket.Â
"Sedang tidur nyenyak dia, nggak tega bawa dia," jawab saya.Â
Lain waktu, saat saya datang lagi ke supermarket, sekuriti supermarket yang kebetulan perempuan menghampiri saya, "Mbak, boleh gendong kucingnya sebentar?" Saya mengiyakan tanda setuju.Â
Sayangnya, kucing saya yang langsung menggeram marah tanda tidak mau. Dia lebih betah di dalam troli belanjaan saya. Sesekali, dia turun menyusuri setiap rak yang ada di supermarket.Â
Kucing yang saya adopsi sejak tahun 2015 itu saya beri nama Klempus, panggilannya tetap saja Mpus. Saya menemukannya di dalam got dekat rumah saya.Â
Tubuh kecilnya penuh dengan lumpur, kedua kaki belakangnya terikat tali yang sangat halus. Tali itu mengikat kencang kedua kakinya, saya harus menggunakan cutter untuk memutus tali dari kakinya. Ikatan tali yang kencang itu membuat ia pincang.Â
Awalnya saya tidak berniat mengadopsi. Setelah saya mandikan dan diberi makan, saya biarkan dia di luar kamar. Hingga 2 hari dia tidak beranjak dari teras rumah saya. Saya jadi iba dan memutuskan untuk merawatnya.Â
Belum seminggu saya adopsi, kucing kecil ini sakit dan tidak mau makan. Saya membawanya ke klinik hewan. Ketika dokter mengisi formulir dan menanyakan namanya saya tergagap.Â