Pandemi Covid-19 telah merontokkan perekonomian global. Namun di saat yang sama melahirkan kreativitas baru. Salah satunya kerajinan dan kuliner Gonau, usaha kecil di Kota Jambi.
Di tengah pandemi, Gonau membangkitkan semangat para perajin resam yang sempat terpuruk, usaha kerajinan rakyat yang dikelola menghasilkan beragam produk unik.
Kerajinan resam diolah dengan memanfaatkan tanaman resam sebagai bahan baku. Resam tumbuh sebagai tanaman perintis yang menjaga kelestarian hutan-hutan tropis di Sumatera. Tumbuhnya resam menjadi indikator yang menandakan hamparan lahan subur. Menjadi jalan bagi tumbuhnya tanaman lainnya.
Batangnya yang kurus sekilas tampak rapuh. Ternyata batang resam dapat dimanfaatkan untuk melengkapi ragam kebutuhan kita. Mulai dari wadah penyimpan, pot dan vas bunga, kotak tisu, tas, topi, tirai, taplak, hingga pajangan pemanis ruangan dan beragam aksesoris.
Selain tahan air dan antirayap, batang resam semakin lama akan bertambah gelap, sehingga memancarkan aura eksotis. Bernilai estetis serta lekat dengan nuansa alam.
Selain kerajinan, lahir pula usaha madu hutan. Ada lagi pengolahan kopi liberika, arabika, dan robusta. Serta pengolahan gula aren bubuk. Gula aren bubuk Gonau sering saya gunakan untuk taburan makanan seperti pisang goreng, atau pemanis kopi pengganti gula pasir.
Menurut Irma, perintis usaha dengan label Gonau ini, Gonau lahir di tengah pandemi. Di masa lalu, nama itu banyak digunakan untuk bayi di Eropa. Memiliki artinya peduli. Gonau juga diambil dari kata Gano yang berarti rimba belukar.