Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Hanya Saat Maulid Nabi SAW

17 September 2024   12:46 Diperbarui: 17 September 2024   14:22 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan dan dalam keadaan apa saja shalawat boleh dibaca? Kapan saja dan dalam keadaan apa saja, kecuali saat-saat yang dilarang mengucapkan kalimah thayibah (yang baik), seperti saat "berhajat" di kamar kecil. Dan tentu tidak tepat jika ada pemahaman yang menyebutkan bahwa hendaknya memperbanyak shalawat terutama pada saat maulid Nabi Saw.

 Banyak orang untuk mewujudkan cintanya pada Rasul, kemudian menggubah syair-syair shalawat. Penyair Ahmad Syauqi menggambarkan kelahirannya dalam syair yang indah: "Telah dilahirkan seorang Nabi, alampun bercahaya, sang waktupun tersenyum dan memuji."

ilustrasi peringatan Maulid Nabi saw, banyak kelompok pengajian menjadi jauh lebih ramai dibanding biasanya. Dokpri.
ilustrasi peringatan Maulid Nabi saw, banyak kelompok pengajian menjadi jauh lebih ramai dibanding biasanya. Dokpri.

Ada satu kisah yang membuat saya merinding dan merenung. Kisah ini sesungguhnya ditulis oleh seorang kyai dari Madura, K.H. D. Zawawi Imron dalam bukunya berjudul Sate Rohani dari Madura.  Begini kisahnya:

Dahulu, disebuah kota di Madura, ada seorang nenek renta penjual bunga cempaka. Sebelum pagi, si nenek telah berjalan jauh untuk mengambil bunga cempaka itu, kemudian berjalan lagi menuju ke pasar untuk menjualnya.

 Usai berjualan, si nenek bergegas menuju masjid, berwudhu dan melaksanakan sholat duhur, kadang berjamaah, kadang ia laksanakan secara munfarid (sendiri, tidak berjamaah) kemudian wiridan ala kadarnya. Kemudian berdiri dan berjalan membungkuk-bungkuk di halaman masjid mengambil dedaunan satu persatu. Tidak ada satu daunpun yang terlewati, sampai di sudut-sudut halaman sekalipun. Memungut dengan cara begitu tentu membutuhkan waktu yang lama, keringatnya bercucuran diterpa udara Madura yang  panas terik, maklum...daerah pesisir.

Banyak orang iba menyaksikan aktifitas nenek ini. Pengurus masjid akhirnya memutuskan untuk membersihkannya sebelum orang tua itu membersihkan.

Siang  itu seperti biasa sang nenek tiba di masjid. Saat ingin melakukan pekerjaan rutinnya, betapa terkejutnya ia, tidak satu daunpun ada di halaman masjid. Ia-pun kembali ke masjid, menangis keras. Seorang ta'mir masjid dan beberapa orang lagi menghampiri. Si nenek mempertanyakan, "Mengapa daun-daun itu dibersihkan?"  Ta'mir masjid menjawab bahwa mereka kasihan. "Jika kalian kasihan kepadaku, berilah aku kesempatan untuk memungut daun-daun itu selama aku mampu".

Suatu ketika kiai yang berpengaruh diminta untuk bertanya kepada nenek tentang aktifitasnya itu. Si nenek mau menjawab pertanyaan Kiai dengan dua syarat, pertama; hanya Kiai yang mendengar alasan rahasianya, kedua; rahasia itu tidak boleh disebar atau diberitahukan kepada orang lain selama ia masih hidup. Sekarang nenek itu telah tiada, andapun boleh mendengar rahasia itu.

Kata si nenek, "Pak Kiai, saya ini orang bodoh. Saya sangat tahu amal-amal saya sangat kecil, itupun mungkin tidak benar. Saya tidak mungkin bisa selamat pada saat hari kiamat dan di akhirat kelak tanpa syafaat dari kanjeng nabi Muhammad saw. Setiap saya mengambil satu daun, saya mengucapkan satu shalawat kepada Kanjeng Rasulullah Saw. Kelak jika saya mati, saya berharap Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu  bersaksi bahwa saya membacakan shalawat untuknya.

Kisah ini menyadarkan saya,  seringkali kita merasa tanpa beban dan merasa cukup dengan amal-amal kita. Perempuan tua dari kampung ini, bukan saja menunjukkan bentuk cinta yang demikian tulus kepada Rasul Saw, tapi juga wujud kerendahan hati, kehinaan diri dan keterbatasan amal di hadapan Allah Swt, aplikasi dari kesadaran spiritual yang luhur. Ia tidak bisa mengandalkan amalnya, menghadapi pengadilan Allah, semua bergantung kepada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat seluruh alam kecuali Rasulullah Saw. Maka... perbanyaklah bershalawat, bukan hanya saat memperingatai maulid Nabi Saw. saja. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun