Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlalu Sulitkah Menghargai "Pembantu" Rumah Tangga Kita?

5 September 2024   15:04 Diperbarui: 5 September 2024   16:46 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Kelelahan, pekerjaan bertubi-tubi. Sumber: Inilahkoran.

1. Pendahuluan

Ketika kita berbicara tentang pekerjaan yang sering dianggap sepele, boleh jadi pembantu rumah tangga berada di urutan teratas.

Mereka adalah orang-orang yang memastikan rumah kita tetap bersih, makanan tersaji dengan baik, dan semua kebutuhan harian kita terpenuhi dengan cermat. Namun, ironisnya, dalam kehidupan sehari-hari, penghargaan yang kita berikan kepada mereka sering kali tidak sebanding dengan jasa yang mereka lakukan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah begitu sulit bagi kita untuk menghargai mereka dengan layak? Artikel ini mengajak kita untuk merenungkan kembali bagaimana kita memperlakukan para pekerja yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita, namun sering kali terlupakan.

Apa sih istilah yang tepat, Pembantu Rumah Tangga (PRT) kah?  Pekerja Rumah Tangga  (PRT) ? ataukah Asisten Rumah Tangga (ART) ? Tapi konon secara umum, biasanya PRT merujuk pada pekerja yang tinggal di rumah majikan, sementara Asisten Rumah Tangga (ART) merupakan pekerja yang tidak tinggal di rumah majikan, mereka datang pagi dan pulang siang atau sore hari. Sedang Pembantu Rumah Tangga (PRT) sering digunakan sebagai istilah umum untuk kedua jenis tadi (asisten dan pekerja rumah tangga). Namun tampaknya yang sering kita temui banyak orang tidak membedakan istilah ini dikarenakan pekerja ini tinggal atau pulang pergi. Hanya lazimnya disebut pembantu rumah tangga yang kemudian bergeser lebih halus dengan istilah ART atau Asisten Rumah Tangga.

2. Bersikap Manusiawi

Kembali ke "Terlalu Sulitkah Menghargai "Pembantu" Rumah Tangga  Kita? Sepertinya kita musti sepaham dulu apa maksud dari "menghargai".  Sayangnya, saya tidak hendak mendefinikannya, namun lebih pada mengilustrasikan contoh perbuatan nyata sebagai manivestasi dari kata "menghargai" PRT.

Misalnya: sekedar mengucapkan terima kasih atas jasa mereka. Saat PRT kita mengambilkan kunci kendaraan, saat kita minta mereka menyalakan lampu, menutup gerbang pagar, dan seterusnya. Sesekali memberikan pujian atas pekerjaan yang mereka lakukan dengan baik. Pengakuan ini dapat memotivasi mereka untuk terus bekerja dengan baik. Jangan sampai kita menganggap pekerjaan pembantu rumah tangga sebagai kewajiban rutin semata, dan merasa tidak perlu, terlebih tidak pernah mengucapkan terima kasih atas pekerjaan mereka.

Bentuk lain manivestasi "menghargai": kita juga dapat memberikan perintah dengan sopan atau wajar, tidak dengan nada suara kasar atau tidak sopan tanpa memperhatikan perasaan mereka. Mereka manusia seperti kita juga lho. Dengan gaji yang mungkin tak seberapa dengan pekerjaan rupa-rupa, kemudian diterpa perintah dengan kasar akan memperberat beban mereka.

Para ART itu juga bukan robot, mereka juga memerlukan istirahat yang cukup. Tidak bersikap terus-menerus meminta mereka untuk mengerjakan ini dan itu tanpa memperhatikan kebutuhan mereka untuk beristirahat atau memiliki waktu pribadi juga merupakan bentuk penghargaan pada mereka.

Ada kalanya karena berbagai pekerjaan rumah tangga, apalagi yang disertai mengasuh anak kecil atau bayi berdampak terbengkalainya pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Perhatian kecil kita, dengan sekedar bertanya sudah makan apa belum, atau menganjurkan sering-sering minum air putih dan makan sesuai waktunya, tidur yang cukup, ini semua juga bentuk penghargaan, terlebih jika kita juga memperhatikan lingkungan kerjanya aman, serta memberikan waktu libur sesuai dengan kesepakatan, dan menghargai hari-hari penting bagi mereka, seperti hari raya atau acara keluarga yang penting: ada pernikahan keluarga dekat, kematian keluarga dan sejenisnya.

Memberikan dukungan emosional jika mereka sedang menghadapi masalah pribadi, meski sekadar menjadi pendengar yang baik. Itu semua juga merupakan wujud penghargaan bahwa kita memanusiakan mereka.

Peran ART dalam sebuah keluarga acapkali justru vital. Terutama bagi mereka para suami-isteri yang keduanya bekerja, dan sekaligus memiliki tanggung jawab untuk mengurus anak-anak mereka. Perlunya kehadiran ART menjadi seperti mutlak. Namun acapkali, kita yang disebut sebagai majikan bersikap memperlakukan mereka seakan tidak penting. Kita mengabaikan keberadaan mereka dalam percakapan atau hal-hal lainnya, seolah-olah mereka tidak perlu berkata apapun kecuali mengiyakan tugas-tugas yang diistruksikan. Kita merasa pendapat dan perkataan mereka sama sekali tidak bernilai, dan mengekspresikan dengan sikap abai. Maka bersikap yang menunjukkan bahwa mereka juga penting, bahwa mereka juga perlu didengar, merupakan penghargaan yang bernilai bagi mereka.

Sikap menghargai lainnya misalnya dengan tidak merendahkan, tidak menggunakan panggilan yang buruk dan tidak menghina saat berbicara dengan atau tentang mereka.

Begitu juga perhatian atau kepedulian terhadap kesehatan mereka dengan tidak memaksakan mereka bekerja meski sedang sakit atau merasa tidak enak badan.

Atau, menghormati privasi mereka, misalnya menyediakan tempat istirahat yang aman dan cukup nyaman, tidak semena-mena memasuki kamar atau melihat atau menggunakan barang-barang pribadi mereka tanpa izin. Itu semua merupakan bentuk penghargaan kepada manusia yang kebetulan ditakdirkan bekerja sebagai pembantu atau ART.

Terkait gaji. Memang tidak ada standar yang baku terkait gaji PRT. Maka memberi upah secara adil, setidaknya saling ridho bisa menjadi salah satu bentuk penghargaan. Pastikan mereka dibayar dengan layak sesuai dengan tugas yang mereka lakukan, bahkan lebih baik jika diberikan bonus saat mereka bekerja dengan baik.

Para ART adalah manusia yang tidak memiliki pilihan, segala dayanya sangat terbatas. Finansialnya, pendidikannya, keterampilannya, keahliannya, mungkin juga inteletualitasnya, dan terpenting kesempatannya... serba terbatas.

Ilustrasi lelah fisik dan mental. Sumber: Radar Bogor
Ilustrasi lelah fisik dan mental. Sumber: Radar Bogor

3. Mengapa Sulit Menghargai ART?

Kita melihat beberapa faktor umum di masyarakat, setidaknya begitu pendapat saya, yang menyebabkan lebih banyak  orang mengalami kesulitan menghargai "pembantu" rumah tangganya atau bahkan  tidak menghargai sama sekali secara berlebihan.

Dalam banyak budaya, PRT dianggap berada di lapisan sosial yang lebih rendah. Hierarki sosial ini menyebabkan adanya jarak sosial antara majikan dan pekerja, yang membuat penghargaan terhadap pekerjaan mereka menjadi kurang. Hubungan atas bawah meciptakan kesenjangan tersendiri.

Beberapa orang yang mempekerjakan ART, yang biasa disebut majikan, mungkin kurang bisa memahami atau merasakan kesulitan dan beban kerja yang dialami oleh PRT. Tidak ada empati. Pelimpahan pekerjaan rumah yang kadang tidak terbatas, ada saja yang musti diselesaikan, bahkan tidak mengenal Batasan waktu, berdampak pada mudahnya seorang majikan "menerbitkan" instruksi. Sehingga perintah-perintah itu terkesan menjadi lumrah, wajar dan biasa-biasa saja. Hal ini bisa juga disebabkan oleh perbedaan latar belakang atau kurangnya komunikasi yang efektif.

Terlebih budaya patriarki dalam masyarakat yang masih kuat, berimplikasi pada anggapan bahwa pekerjaan rumah tangga merupakan tugas yang "wajar" diemban oleh perempuan atau ART/PRT, sehingga sering diabaikan nilai dan pentingnya pekerjaan tersebut.

Ada juga faktor stereotip negatif yang mengaitkan pekerjaan PRT dengan kemalasan atau ketidakmampuan, yang membuat banyak orang kurang menghargai kontribusi mereka. ART dituntut sempurna. Sempurna itu sama dengan sesuai keinginan, kemauan dan selera majikan dalam melakukan segala pekerjaan rumah tangga dan lebih luas lagi segala perintah. Mengapa, karena sering juga apara ART dierkerjakan bukan sebatas urusanrumah tangga tapi juga hal-hal lainnya. Kesalahan kecil atau kelalaian sedikit saja, berpotensi terus dibahas dan dicitrakan buruk.

Ilustrasi. Kelelahan, pekerjaan bertubi-tubi. Sumber: Inilahkoran.
Ilustrasi. Kelelahan, pekerjaan bertubi-tubi. Sumber: Inilahkoran.

Dari sisi PRT itu sendiri, ketidakberdayaan ekonomi yang menyebabkan ketergantungan, banyak PRT yang mungkin tidak merasa memiliki suara atau kekuatan untuk menuntut penghargaan yang layak, yang kemudian membuat majikan merasa tidak perlu memberikan penghargaan yang semestinya. Keterjepitan para PRT membuat mereka pasrah, menerima, sedang para majikan makin berkuasa dan merasa sangat dibutuhkan.

Dari sisi majikan, ada juga yang mengindikasikan eksistensi para majikan yang minim akan pendidikan terkait hak pekerja baik dari sisi hukum maupun agama. Banyak majikan mungkin tidak menyadari atau tidak melihat hak-hak PRT sebagai pekerja yang memiliki hak yang sama seperti pekerja lain, termasuk hak atas penghargaan dan perlakuan yang layak.

Itulah beberapa situasi dan keadaan yang menjadikan ART kurang bahkan tidak dihargai, bik dari sisi ARTnya maupun dari sisi si majikan.

4.Penutup

Menghargai PRT seharusnya menjadi bagian dari etika dan keadilan dalam memperlakukan sesama manusia, terlepas dari posisi atau pekerjaan mereka. Dengan memperlakukan PRT dengan baik dan manusiawi, Anda tidak hanya akan membuat mereka merasa dihargai, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis bahkan keberkahan dari Allah swt, sehingga kita tidak perlu menjawab pertanyaan: Terlalu sulitkah menghargai "pembantu" rumah tangga kita? Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun