Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding Tidur (Cerpen Memikat Karya Pemenang Nobel Sastra)

7 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 7 Juni 2024   20:05 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fotokopi, potongan cerpen, 1988. Dokpri

"Seorang pemuda sinting telah membunuh perempuan malang itu. Tuhan akan membalasnya..."

Wajahnya tegang, ngeri dan terkejut. Dan ia bergumam, "Terbunuh... tak percaya aku, di mana perempuan itu sekarang?"

Orang membawanya ke Rumah Sakit, tapi dia meninggal dalam perjalanan."

"Mati!"

"Anda tidak melihat kejadian ngeri di depan mata anda itu?" Setelah sia-sia menunggu jawaban pelayan itu berkata lagi, "Mana mungkin Anda tak melihatnya. Saya sedang sibuk bekerja di dalam, terdengar suara perempuan itu menjerit, dan saya keluar. Pembunuh itu mengejarnya, menikamnya,  di situ, tepat di tempat pegawai Kejaksaan itu berdiri..."

"Dan pembunuhnya?"

"Melarikan diri, tapi untuk sementara. Seorang anak muda. Kepala stasiun melihatnya melompati pagar tembok itu dan melarikan diri dengan sepeda motor. Namun pastilah ia dapat juga ditangkap kelak..."

Wajahnya berkerut seperti menahan sakit, dan badannya terperosokmdi kursi ketika pelayan itu pergi sambil berkata, "Mana mungkin anda tidak melihat kejadian itu yang berlangsung di depan hidung sendiri."

Seorang anggota polisi datang memanggilnya dan membawanya ke depan pejabat Kejaksaan. la memutuskan untuk mengumpulkan pikiran yang berserak-serak agar menjadi utuh kembali. Jam tangannya memberitahu bahwa ia telah tertidur paling tidak selama satu jam. Dengan langkah berat diikutinya polisi itu. Pemeriksaan dimulai dengan pertanyaan baku: nama, umur, pekerjaan.

"Bila anda memasuki kedai itu?"

"Kira-kira jam tujuh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun