Pemilu merupakan salah satu momen penting dalam demokrasi di mana warga negara secara langsung atau tidak langsung memilih wakil-wakil mereka dalam pemerintahan.Â
Namun, proses pemilu tidak selalu berjalan mulus, ketegangan bahkan kerusuhan sering kali mengiringi pemilu di berbagai negara.
Pemilu yang damai adalah fondasi utama bagi stabilitas politik dan perkembangan demokrasi dalam suatu negara.Â
Ketika pemilu berjalan damai, itu mencerminkan partisipasi yang bebas, adil, dan terbuka dari warga negara, serta meningkatkan kepercayaan terhadap institusi-institusi yang demokratis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilu berjalan damai sifatnya tentu sangat kompleks dan dapat melibatkan banyak aspek, Â seperti aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan keamanan dan institusional.Â
Faktor ini seharusnya secara sungguh-sungguh didalami dan diwujudkan oleh semua elemen; penyelenggara, peserta pemilu yang terlibat kontestasi, masyarakat pemilih termasuk semua aparatur negara (ASN, TNI, POLRI dan perangkat desa), tokoh masyarakat dan tokoh agama yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dengan Pemilu jauh sebelum, saat berlangsung, dan setelah  berlangsungnya Pemilu.
Beberapa referensi dari para ahli memberikan arahan terkait faktor apa saja yang dapat mempengaruhi berlangsungnya pemilu yang damai, Â di antaranya: Kepemimpinan politik yang stabil, Partisipasi politik yang inklusif, Pendidikan politik yang baik dan kesadaran publik, Sistem elektoral yang adil dan transparan dan Media yang independen dan bertanggung jawab dan Penegakan hukum yang kuat.
1. Kepemimpinan Politik yang Stabil:Â Kepemimpinan politik yang stabil dan efektif dapat memainkan peran kunci dalam mempromosikan kedamaian dalam proses pemilihan.Â
Kepemimpinan yang mampu menangani konflik dan memfasilitasi dialog antar pihak dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemilu yang damai.
2. Partisipasi Politik yang Inklusif : Partisipasi politik yang inklusif Memastikan partisipasi politik yang inklusif bagi semua kelompok dalam masyarakat, termasuk minoritas dan kelompok yang terpinggirkan, dapat mengurangi potensi konflik selama pemilu.