Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyesalan Kedua (Kisah Hikmah)

25 Mei 2023   08:48 Diperbarui: 25 Mei 2023   08:52 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba saja ia mundur bebera langkah, kembali duduk seperti semula tidak terlalu  jauh di samping kiriku. Ia tampak murung dan berubah serius, mengusap rambut dengan tangan kirinya dan menarik nafas dalam.

 Tanpa memandang ke arahku, dia berkata seakan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya. Keningku mengernyit, penasaran. 

Dia bertutur setengah bergumam bahwa kakak Bobsy, Ameer namanya, meninggal setahun yang lalu tepat di depan rumah mereka akibat suatu kecelakaan tak terduga. Beberapa menit dan detik sebelum kecelakaan itu terjadi, berulang kali Ameer memanggilnya untuk memperlihatkan kelihaiannya bermain sepeda. Berulang kali juga dia mengabaikannya, dan justru sibuk menanggapi kolega bisnis di gawainya.

Aku tercekat. "Ooh, so sory".

Lelaki ini menatap Bobsy, kosong. Mungkin dejavu,  tergambar kenangan masa silam yang dramatis dan pilu. Ia melanjutkan kisahnya, meski lebih tepat disebut berkisah pada diri sendiri.  Tatapan matanya masih kosong, sesekali menunduk dan mengusap sudut matanya. 

Aku terhanyut mencerna tutur kisah dengan bahasa Inggrisnya. Jelas sekali beban penyesalan yang luar biasa. Dia menyesal, nyaris  tidak pernah memberi cukup waktu untuk membersamai Ameer. Kadang Ameer menangis, berteriak kesal, hanya sekedar ingin dilihat atau dikomentari mainannya  oleh ayahnya. Sampai Ameer tak pernah merengek lagi. Tepat saat kejadian naas yang merenggut nyawa puteranya terjadi.

Sekarang hanya ada Bobsy. Dia ingin selalu ada buat Bobsy. Seperti yang diminta Bobsy kali ini, lima menit lagi. Bobsy pasti mengira bahwa tambahan waktu ekstra lima menit itu untuk perpanjangan waktu dirinya. Bobsy mengira lima menit lagi untuknya bermain bersama burung-burung dara yang belum pernah dirasakannya selama di Amerika. Lima menit lagi untuk memberinya makanan. Lima menit lagi untuk menerima kejutan dari burung-burung itu.  Padahal sesungguhnya lima menit itu adalah waktu "milik" ayahnya.

"Realy, the five minutes 're for me." Ayahnya merasa memperoleh tambahan waktu menemaninya, tambahan waktu memandangi gerak-geriknya, tawa dan rengekannya, tambahan waktu mengabadikan puteranya dalam foto dan video di ponselnya, yang nyaris tidak pernah dia lakukan untuk Ameer, kakak Bobsy.  

Dia ingin menebus kesalahannya. Dan tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.  

Sesaat Bobsy mengampiri ayahnya mengajaknya kembali ke hotel. Ayah Bobsy memamitiku, "Thank you, see you Mom"....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun