"Kok warungnya tutup, Mbak?"
"Iya, soalnya modal sudah terpakai untuk kebutuhan sehari-hari, belum lagi uang kontrakan ruko mesti dibayar. Mana sebentar lagi bulan Ramadan, harga sembako pasti makin melejit!"
Sedikit pembicaraan ketika ngobrol dengan penjual ayam penyet langganan, saat berpapasan di jalan. Memang, sudah lebih dari seminggu Saya melihat warung ayam penyet itu tutup, Saya pikir si penjual mungkin sedang sakit, tapi setelah pertemuan yang tak disengaja itu Saya jadi tahu alasan warungnya ditutup.
Tidak bisa dipungkiri, selama pandemi ini banyak ruko maupun toko tutup, beberapa usaha pun gulung tikar.
Dari kejadian itu, Saya belajar tentang bagaimana cara menambah skill supaya bisa bertahan hidup. Ya, ber ... tahan ... hidup!
Sejak pandemi terjadi, bukan satu dua orang saja yang merasakan dampaknya, Saya bahkan suami yang bekerja hanya sebagai freelancer pun ikut merasakan dampaknya. Dimana biasanya (sebelum pandemi) lumayan banyak pemasukan yang bisa kami dapatkan dari kegiatan mengikuti event-event, endorse beragam produk, namun berbanding terbalik setelah pandemi terjadi. DM ajakan kerjasama pun mulai sepi .
Saatnya Menambah Skill Selama Ramadan
"Bukankah usaha tak pernah menghianati hasil?"
Kalimat yang kerap Saya lontarkan ketika sedang bercermin, untuk menyemangati diri sendiri.
Tidak hanya ketika Ramadan, namun sebelum Ramadan pun Saya mulai mengikuti kegiatan webinar via online. Dari yang membahas tentang bagaimana cara membuat barang bekas di rumah menjadi pundi rupiah (Membuat DIY), , tentang bagaimana cara mengelola keuangan selama pandemi, hingga kegiatan-kegiatan positif lainnya yang bisa bermanfaat dan menghasilkan cuan.
Karena basic Saya di dunia kepenulisan, tentunya ada beberapa hal yang ingin Saya pelajari untuk menambah skill Saya tersebut, diantaranya:
- Belajar Mengenai Digital Marketing