Mohon tunggu...
Eltuin
Eltuin Mohon Tunggu... Apoteker - Bakti bagi Allah dan bagi Indonesia

Berdarah asli Toraja, kini bermukim di Makassar. Aktif dalam pergerakan pemuda gereja. Sangat pluralis, menghargai segala perbedaan; terus berjuang menyuarakan bagaimana mencintai Allah, mengasihi sesama dan merawat Indonesia dengan segenap jiwa raga. Tetap berupaya menjadi seorang yang idealis realistik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Semua Perempuan Indonesia adalah Kartini Masa Kini

21 April 2022   16:04 Diperbarui: 21 April 2022   18:46 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi R. A. Kartini, oleh Torto.id/Fuad

(Sebuah refleksi peringatan Hari Kartini)

Media sosial Indonesia hari ini dipenuhi dengan gambar wajah seorang perempuan ningrat asal Jepara bernama R. A. Kartini. Ya, hari ini (21 April) hari yang ditetapkan pemerintah sebagai hari Kartini, wujud penghormatan atas jasa-jasanya bagi Indonesia. 

Hal ini ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964, sekaligus penobatan R. A. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan.

Hampir seluruh flyer yang beredar menulisan "Habis Gelap, Terbitlah Terang". Jargon ini dilekatkan pada sosok Kartini. Padahal, itu adalah sebuah judul buku terjemahan dari kumpulan surat-surat Kartini yang awalnya diterbitkan dalam bahasa Belanda dengan judul Door Duisternis tot Licht atau yang jika diindonesiakan berarti Dari Kegelapan Menuju Cahaya. Buku ini diterbitkan 1911, tujuh tahun setelah Kartini meninggal.

Sebelas tahun kemudian  (1922) buku ini digarap ulang lewat penerjemahan ke dalam bahasa Melayu oleh Armin Pane, seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Tidak berhenti di situ, tahun 1938 Armin menuliskan ulang surat-surat Kartini dalam bentuk buku dengan sajian yang berbeda.

Itu hanya sebagai gambaran singkat. Banyak orang telah mengenal Kartini lewat judul buku di atas---meskipun banyak yang tidak pernah membaca bukunya---minimal tahu bahwa yang dimaksud dengan Habis Gelap Terbitlah Terang adalah sosok R.A. Kartini.

Beberapa buku lain yang terkenal berkisah atau menyajikan sosok Kartini di antaranya:

  • "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya" (1979) dan  "Kartini, Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya" (1989) karya Sulastin Sutrisno, 
  • "Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904" (1992) dan "Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903" (2005) karya Joost Cot.
  • "Panggil Aku Kartini Saja" (1962) oleh Pramoedya Ananta Toer.

Apakah semua perempuan Indonesia adalah "Kartini"?

Merujuk pada perjuangan Kartini, menurut saya tidak semua perempuan Indonesia adalah Kartini. Mungkin saja ada yang tidak setuju dengan pandangan saya, seakan menurunkan harga diri perempuan dan Kartini. 

Sebaliknya, apakah ada pria yang bisa juga merupakan "Kartini"? Menurut saya, iya. Sepanjang ia juga turut mewarisi nilai-nilai perjuangan Kartini seperti kesetaraan dan kebebasan.

Seorang perempuan harusnya tidak menjuluki dirinya sendiri sebagai Kartini. Itu bisa saja masuk kategori narsistik. Biarkan orang lain yang menjulukimu Kartini sebagai penghargaan atas perjuangan dan peranmu. 

Apakah harus berjuang sama persis dengan Kartini untuk dapat julukan itu? Jelas tidak harus, karena masalah yang dihadapi berbeda-beda, dunia telah berubah banyak.

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perempuan pejuang masa setelah Kartini yang mungkin berjuang seperti Kartini. Kemajuan pemikirin dan nasib perempuan saat ini jelas tidak bisa juga dilepaskan dari perjuangan awal Kartini, sebagai awal kebangkitan perempuan. Termasuk yang dapat kita baca, bahwa munculnya organisasi perempuan pertama merupakan percikan perjuangan Kartini lewat surat-suratnya yang menginspirasi perempuan lain untuk bangkit.

 

Apakah julukan kepada seorang perempuan sebagai Kartini selalu tepat?

Menyandang sebutan "Kartini masa kini" tidak semudah yang dipikirkan atau tampilkan visual semata---berjenis kelamin perempuan dan berkebaya. Mungkin saja kita masih ingat, salah satu kejadian heboh tahun 2018. Saat Ibu Ratna Sarumpaet dikabarkan bonyok karena dikeroyok, tapi ternyata berita palsu. Bukan bonyok karena digebukin melainkan efek dari operasi wajah.

Hanum Rais, anak Pak Amin Rais, dengan menahan tangis tampil di media  memberi suara keprihatinan akan kejadian ini sambil memberi julukan "Kartini dan Cut Nyak Dien masa kini" kepada Ratna Sarumpaet dan Neno Warisman. Tidak hanya itu, ia bahkan berharap ada ribuan "Ratna Sarumpaet dan Neno Warisman" lain yang muncul. Celakanya belakangan kemudian kita semua tahu akhir ceritanya, itu hanya sinetron belaka.  

 

Lalu, siapa perempuan masa kini jika dihubungkan dengan Kartini?

Menurut saya, kondisi mayoritas perempuan saat ini mungkin memang adalah buah dari perjuangan awal Kartini. Buah dalam artian efek dari rentetan panjang perjuangan perempuan yang bermula dari pemikirian Kartini. Namun, bukan sebagai Kartininya.

Di balik hasil perjuangan perempuan, sangat ironis perempuan hari ini masih banyak yang mungkin berada dalam "gelap" yang harus terus diperjuangkan agar bisa menuju "terang". Banyak yang tertindas oleh laki-laki maupun oleh sesamanya perempuan, belum merdeka atas dirinya sendiri, terpenjara dalam tradisi atas nama adat, terseret ke dalam jurang yang dalam atas nama pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan masih banyak lagi.  

 

Apakah salah jika seorang perempuan menyebut dirinya "Kartini masa kini"?

Tentu tidak ada yang salah. Namun kembali ke pemaknaan dasar. Jangan sampai nilai juang Kartini justru terdegradasi oleh pengakuan yang tidak sepadan dengan apa yang kita lakukan. 

Penyematan "Kartini" pada seorang perempuan perlu dimaknai secara dalam. Dengan demikian, kita perlu mendorong agar semakin banyak tokoh perempuan yang diinspirasi oleh nilai juang R. A. Kartini untuk berjuang dan berkarya pada ladang masing-masing agar layak menyandang "Kartini Masa Kini".

Selamat memperingati Hari Kartini

Makassar, 21 April 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun