Mohon tunggu...
Eltuin
Eltuin Mohon Tunggu... Apoteker - Bakti bagi Allah dan bagi Indonesia

Berdarah asli Toraja, kini bermukim di Makassar. Aktif dalam pergerakan pemuda gereja. Sangat pluralis, menghargai segala perbedaan; terus berjuang menyuarakan bagaimana mencintai Allah, mengasihi sesama dan merawat Indonesia dengan segenap jiwa raga. Tetap berupaya menjadi seorang yang idealis realistik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kawan Kecilku, Abraham Belksma

25 Maret 2022   14:34 Diperbarui: 27 Maret 2022   22:35 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makassar, 25 Maret 2022

Hari ini Gereja Toraja, gereja yang kini telah tumbuh menjadi pohon dari benih yang ditabur para Zendeling berumur 75 tahun. Timeline halaman media sosial penuh dengan ucapan selamat. 

Aku kemudian mengambil buku yang diwariskan kakek sebelum ia meninggal sepuluh tahun yang lalu. Isinya perjalanan hidupnya, termasuk perjumpaannya dengan keluarga Johanes Belksma.

Selasa kemarin ketika sedang mencari arsip untuk penulisan sebuah cerita di perpustakaan kampus, aku mendapatkan buku "De Sieraden van Lai Kaloea" yang ditulis oleh Anneke van der Stoel, menantu Hanna Belksma, adik Abraham Belksma.

Toraja, 20 Juni 1936

Dalam perjumpaan siang itu dengan Abraham, ia bercerita cukup banyak kepadaku. Sudah cukup lama aku tidak berkunjung ke tempatnya, padahal waktu kecil kami sering bermain bersama. 

Salah satunya tentang dua orang adiknya yang meninggal dalam waktu yang cukup berdekatan. Cornelia dan Lieuwe, masing-masing meninggal 26 April dan 01 Mei 1918. 

Mereka merupakan korban dari keganasan Flu Spanyol yang menginvasi Toraja saat itu. Belakangan, orang Toraja menyebutnya "ra'ba biang".

Gejala yang dialami Cornelia dan Lieuwe sama. Sakit kepala, batuk kering, dan  gangguan pernapasan.

"Dua hari sebelum Cornelia meninggal, ia mulai merasakan gejala. Padahal sore itu kami masih bermain di halaman rumah bersama dia, Saakje dan Lieuwe." Abraham sekejap memejamkan mata. Ia mencoba mengingat salah satu kisah yang tidak akan pernah ia lupakan. Di wajahnya masih nampak kesedihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun