Mohon tunggu...
ELTOFULBERTUS GAE GARE
ELTOFULBERTUS GAE GARE Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPK Rosa Mistika Waerana - Kabupaten Manggarai Timur - NTT

Saya adalah Seorang Guru IPA di Smpk Rosa Mistika Wearana - Hobbi : Menulis dan Bermain Musik

Selanjutnya

Tutup

Horor

Penerbangan 715: Antara Maut dan Keselamatan

10 Juni 2024   07:07 Diperbarui: 10 Juni 2024   07:17 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, langit cerah membentang di atas Bandara Soekarno-Hatta. Dengan senyuman yang tak pernah pudar, Nina, seorang pramugari berpengalaman, bersiap menjalani penerbangan yang ke sekian ribu kalinya. Namun, ada sesuatu yang berbeda hari itu; firasat aneh yang menyelimuti hatinya.

Saat melangkah ke dalam pesawat, Nina merasakan getaran halus yang merambat di tulang belakangnya. Ia mencoba mengabaikannya dan tetap tersenyum kepada penumpang yang naik satu per satu. "Selamat datang di penerbangan 715," ucapnya dengan ramah.

Seiring dengan persiapan lepas landas, Nina bertukar pandang dengan kru lainnya. Semua tampak biasa, namun mata mereka seakan menyimpan kekhawatiran yang sama. Firasat itu semakin menguat ketika pesawat mulai bergerak di landasan pacu.

Cuaca di luar mulai berubah drastis. Awan-awan hitam pekat menutupi langit biru, dan hujan deras tiba-tiba mengguyur dengan deras. Guntur menggelegar, membuat beberapa penumpang memegang erat kursi mereka.

Nina menenangkan penumpang dengan senyuman lembutnya. "Semua akan baik-baik saja, tetap tenang," katanya sambil memegang tangan seorang anak kecil yang tampak ketakutan. Namun, di dalam hatinya, firasat itu semakin kuat.

Ketika pesawat mencapai ketinggian jelajah, cuaca semakin memburuk. Goncangan demi goncangan mengguncang pesawat, membuat semua orang di dalamnya cemas. Pilot mengumumkan agar penumpang tetap duduk dan memakai sabuk pengaman.

Nina merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia memejamkan mata dan berdoa dalam hati. "Ya Tuhan, lindungi kami," bisiknya. Meski rasa takut menyelimuti, ia berusaha tetap tegar di hadapan penumpang.

Tiba-tiba, pesawat mengalami turbulensi hebat. Seluruh penumpang terlempar dari kursinya. Suara teriakan dan tangisan memenuhi kabin. Nina berpegangan erat pada kursi, berusaha tetap berdiri meski tubuhnya diguncang keras.

Pilot berjuang mati-matian untuk mengendalikan pesawat. "Kita mengalami masalah mesin," suara pilot terdengar di interkom. Hati Nina semakin ciut mendengar berita buruk itu.

Dalam kepanikan, Nina mencoba menenangkan penumpang. "Tetap tenang, kita akan baik-baik saja," katanya sambil menahan rasa takut yang begitu besar. Ia merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Goncangan semakin kuat, membuat pesawat seperti mainan di tangan angin. Mesin pesawat tiba-tiba mati, dan suasana berubah menjadi lebih mencekam. Pesawat kehilangan daya angkat dan mulai jatuh bebas.

Nina menutup matanya, mencoba mengendalikan ketakutan yang melumpuhkan. Ia berdoa dalam hati, berharap mukjizat terjadi. Namun, pesawat terus menukik tajam menuju lautan yang luas dan gelap.

Selama 30 menit yang terasa seperti keabadian, pesawat diguncang oleh kekuatan alam yang tak terelakkan. Penumpang berteriak dan berpegangan erat pada apapun yang bisa mereka raih.

Nina merasakan perutnya melilit setiap kali pesawat berguncang. Ia berusaha memegang erat kursinya, tapi kekuatan angin terlalu besar untuk dilawan. Pesawat terombang-ambing tanpa kendali.

Dalam kekacauan itu, Nina melihat rekan-rekannya saling berpegangan, mencoba memberikan semangat satu sama lain. Mereka tahu bahwa nasib mereka ada di tangan Tuhan, dan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan mereka.

Tiba-tiba, pesawat menukik tajam. Semua benda terlempar ke segala arah. Nina terpental dari tempatnya dan terhempas ke dinding pesawat. Rasa sakit yang luar biasa menyergapnya.

Dalam kegelapan, Nina melihat kilatan cahaya dari luar jendela. Petir menyambar di tengah badai yang menggila. Hatinya bergetar ketakutan, namun ia tetap berdoa agar semuanya selamat.

Pilot terus berusaha mengendalikan pesawat, namun kekuatan angin dan hujan terlalu besar. Pesawat semakin mendekati permukaan laut dengan kecepatan yang mengerikan.

Nina merasakan detik-detik terakhirnya. Ia memikirkan keluarganya, orang-orang yang ia cintai. "Maafkan aku," bisiknya dengan air mata yang mengalir di pipi.

Saat pesawat menyentuh permukaan laut, terjadi benturan yang dahsyat. Suara retakan dan gemuruh memenuhi udara. Semua penumpang terlempar dari kursi mereka. Pesawat terpecah menjadi beberapa bagian.

Lautan yang tadinya tenang berubah menjadi tempat yang mengerikan. Gelombang besar menggulung sisa-sisa pesawat, menghancurkan segala yang ada di jalannya. Hening seketika menyelimuti setelah benturan itu.

Nina terbangun dalam kegelapan. Ia merasakan air dingin menggenangi tubuhnya. Kepalanya berdenyut nyeri, dan tubuhnya penuh luka. Namun, ia masih hidup.

Dengan susah payah, Nina berusaha keluar dari reruntuhan pesawat. Ia merangkak di antara puing-puing, mencari jalan keluar. Di kejauhan, ia mendengar suara ombak menghantam sisa-sisa pesawat.

Nina berteriak memanggil rekan-rekannya, namun yang ia dengar hanya gema suaranya sendiri. Rasa putus asa mulai menyelimuti, namun ia tidak menyerah. Ia harus bertahan.

Dalam gelap, Nina melihat bayangan bergerak. Ia mendekat dengan hati-hati, berharap menemukan seseorang yang masih hidup. Namun, yang ia temui hanyalah tubuh tak bernyawa rekan-rekannya.

Tangis pilu mengiringi setiap langkah Nina. Ia merasa sendirian di tengah lautan yang luas. Namun, ia tidak berhenti. Ia terus mencari jalan keluar, meski tubuhnya semakin lemah.

Nina akhirnya menemukan sekoci yang masih utuh. Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia menarik sekoci ke air dan masuk ke dalamnya. Ia mendayung menjauh dari reruntuhan, berharap menemukan bantuan.

Waktu berlalu begitu lambat. Setiap detik terasa seperti siksaan. Namun, Nina tetap bertahan. Ia yakin bahwa Tuhan masih memiliki rencana untuknya.

Saat fajar menyingsing, Nina melihat bayangan kapal di kejauhan. Dengan penuh harapan, ia melambaikan tangan dan berteriak sekuat tenaga. Kapal itu mendekat, dan akhirnya ia diselamatkan.

Nina selamat dari tragedi yang mengerikan itu. Namun, kenangan akan hari itu selalu menghantuinya. Ia tahu bahwa hidupnya telah berubah selamanya, dan ia akan selalu mengingat setiap detik dari penerbangan terakhir itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun