Dengan susah payah, Nina berusaha keluar dari reruntuhan pesawat. Ia merangkak di antara puing-puing, mencari jalan keluar. Di kejauhan, ia mendengar suara ombak menghantam sisa-sisa pesawat.
Nina berteriak memanggil rekan-rekannya, namun yang ia dengar hanya gema suaranya sendiri. Rasa putus asa mulai menyelimuti, namun ia tidak menyerah. Ia harus bertahan.
Dalam gelap, Nina melihat bayangan bergerak. Ia mendekat dengan hati-hati, berharap menemukan seseorang yang masih hidup. Namun, yang ia temui hanyalah tubuh tak bernyawa rekan-rekannya.
Tangis pilu mengiringi setiap langkah Nina. Ia merasa sendirian di tengah lautan yang luas. Namun, ia tidak berhenti. Ia terus mencari jalan keluar, meski tubuhnya semakin lemah.
Nina akhirnya menemukan sekoci yang masih utuh. Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia menarik sekoci ke air dan masuk ke dalamnya. Ia mendayung menjauh dari reruntuhan, berharap menemukan bantuan.
Waktu berlalu begitu lambat. Setiap detik terasa seperti siksaan. Namun, Nina tetap bertahan. Ia yakin bahwa Tuhan masih memiliki rencana untuknya.
Saat fajar menyingsing, Nina melihat bayangan kapal di kejauhan. Dengan penuh harapan, ia melambaikan tangan dan berteriak sekuat tenaga. Kapal itu mendekat, dan akhirnya ia diselamatkan.
Nina selamat dari tragedi yang mengerikan itu. Namun, kenangan akan hari itu selalu menghantuinya. Ia tahu bahwa hidupnya telah berubah selamanya, dan ia akan selalu mengingat setiap detik dari penerbangan terakhir itu.