27 Januari 2023
Hatiku masih diliputi kesedihan karena menghilangnya Oki.
Oki adalah seekor kucing usia sekitar tiga bulan. Setelah dibuang ke dalam rumahku akhir Desember 2022, aku merawatnya dan menjadikannya sebagai bagian dari keluargaku.
Sejak pagi kemarin, Oki keluar rumah dan belum pulang sampai sekarang. Sebelum meninggalkan rumah, Oki muntah dan tubuhnya agak panas. Aku berharap Oki pulang agar aku bisa merawatnya.
Tetapi, Oki tidak kunjung pulang dan semalam turun hujan deras sampai jelang subuh. Tentu, kesehatan Oki semakin menurun karena hipotermia yang ditimbulkan pengaruh suhu dingin.
Aku mencemaskan Oki sepanjang hari kemarin. Aku memikirkannya sepanjang waktu. Hingga subuh ini, Oki tidak kunjung pulang.
Tidak biasanya Oki begitu. Ia tidak pernah meninggalkan rumah lebih dari 24 jam. Bila ia bermain di luar rumah, ia selalu pulang dan tidur di rumah di malam hari.
Kini, aku pun sadar bahwa aku harus merelakan Oki. Aku harus mengingatkan diriku bahwa aku sudah merawat dan mengasuh Oki dengan baik selama satu bulan terakhir.
Oki yang semulanya tidak memiliki rumah, kelaparan, terbuang, dan tidak diinginkan. Tetapi, bersamaku, Oki sudah mendapatkan hampir semua yang dimimpikan kucing-kucing terlantar. Memiliki rumah, keluarga, makan yang tidak pernah kurang, orangtua, dan kasih yang tidak pernah mengering. Bila Oki menghembuskan nafas terakhir, ia tentu membawa banyak kenangan baik ke alam keabadian.
Aku sadar bahwa aku harus menerima kehilangan Oki. Aku harus merelakan ketiadaan wujud fisik Oki. Oki sudah bertransformasi ke dalam wujud spiritual yang akan terus menjaga dan melindungiku sepanjang masa.
Aku pun harus bersyukur dengan kehadiran Oki selama satu bulan terakhir dalam kehidupanku. Hari-hari yang tidak mudah untuk aku lalui. Di mana aku harus memulai hidup dari titik minus. Di mana aku harus menerima kenyataan 6 kucing rescue yang sudah aku rawat selama lebih dari 9 tahun; 6 dihilangkan, 2 ekor diracun, dan 1 ekor dibunuh karena berbulu hitam.
Lalu, Oki datang dalam kehidupanku. Membangunkan kesadaranku. Bahwa masa di mana diriku merawat sembilan ekor kucing-kucing rescue yang tidak lagi bersamaku dalam wujud fisik, telah berakhir. Ada kehidupan lain yang menanti untuk aku rawat dan aku kasihi.
Kini, Oki menggenapkan 10 ekor kucing rescue yang telah berlalu dalam kehidupanku dalam rentang waktu singkat.
Aku harus menerima dengan lapang dada. Aku tidak boleh menyalahkan diriku karena kemampuanku untuk membantu kucing terlantar masih terbatas. Dan, aku tidak bisa selalu mendorong diriku untuk terus berusaha sampai garis patah.
Sekarang ini, masih ada kehidupan lain yang menunggu untuk aku rawat dan membutuhkan kasih sayangku. Ada Sophia yang sangat dikasihi Oki. Ada Mama, Bang Belang, Kiara, dan kucing-kucing terantar lainnya yang berkeliaran di lingkungan rumah Oki.
Tentunya, ada Marianne yang baru dibuang seminggu yang lalu dan telah menjadi bagian dari keluarga Oki. Tidak mustahil pula, akan ada kucing terlantar atau dibuang lagi yang ditakdirkan menjadi bagian dari keluargaku.
Aku akan terus berusaha membantu kucing-kucing terlantar. Tetapi, aku juga harus terus mengingatkan diriku untuk tidak terus memaksakan diri, sampai garis patah, dalam upaya membantu kucing terlantar.
Bila sewaktu-waktu ada kucing rescue yang menghadirkan kisah seperti Oki, berlalu terlalu cepat dalam kehidupanku, aku bisa merelakannya dan meneguhkan kebersamaanku dengan mereka dalam ingatan terbaik. Agar aku tidak rentan mengalami depresi dan terjebak pada kecenderungan menyalahkan diri.
Selamat jalan Oki. Selamat pulang ke alam keabadian. Aku (orangtuamu) beserta keluarga kucing yang kamu tinggalkan akan selalu mengenangmu dalam ingatan terbaik. Engkau tidak akan jauh dariku, Oki. Sebab alam keabadian itu adalah hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H