Mohon tunggu...
El Sanoebari
El Sanoebari Mohon Tunggu... Penulis - Salah satu penulis antologi buku "Dari Pegunungan Karmel Hingga Lautan Hindia".

Menyukai pekerjaan literasi & kopi | Suka buku filsafat, konseling dan Novel | Jika harus memilih 2 hal saat jenuh saya akan makan banyak dan traveling | Suka belajar hal yang baru | Saya suka berpikir random, demikian dalam menulis | Imajinatif | Saya suka menulis Puisi dan cerpen sejak SD, yang terkubur di dalam laptop | Bergabung menjadi kompasianer merupakan tantangan yang menyenangkan | Saya suka segala hal yang menantang | Cukup ya, terlalu banyak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Delapan Larik

8 November 2022   08:07 Diperbarui: 12 November 2022   09:31 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pagi yang menghangatkan pikirannya itu, Burnoi terus bergelut menggores lebih banyak, lebih tajam dan meluas sehingga followers pun merangkak naik. Alih-alih puas dengan pengikut yang banyak, ia tanamkan di hatinya bahwa apa yang ditulis lebih penting daripada siapa yang mengikutiku. Meski menulis terlalu banyak membuatnya nyaris kehabisan ide, Burnoi tak habis akal, Burnoi malah berpikir untuk menjadi penerjemah sastra-sastra Barat. Tapi segera ia menyadari bahwa ide terbaik dalam menulis datang dari dirinya sendiri, "lagipula aku bisa terjebak dalam plagiasi", nasehatnya pada diri sendiri. Tidak, bukan pekerjaan menjadi penerjemah yang menjadikanya seorang plagiat tetapi mencuri ide dari penulis-penulis itu bisa menjadi jebakan.

Ya, kau paham seorang yang terbiasa dengan berbagai bacaan bertahun-tahun dan seorang penulis sangat benci dengan plagiasi.

Kinner mengangguk.

Di saat gamang seperti itu, Burnoi justru mulai diincar oleh banyak media cetak, membuatnya berpikir untuk memasang tarif dari tulisan-tulisannya. Ia sadar berapa banyak tenaga yang ia habiskan untuk menghasilkan sejumlah karya hingga saat ini. Munculnya karya-karya Burnoi di Media Cetak menimbulkan prestise yang berarti baginya sekaligus dorongan untuk menjadi lebih berfaedah dalam banyak hal. Lebih ternama tentunya. 

Secangkir kopi masih diseruputnya sore itu.

Burnoi mendapat surat elektronik dari sebuah Penerbit terkenal yang menjadi target penulis-penulis kawakan akan berlomba, bukan,_merekalah yang dikejar penerbit.

"Kami akan menerbitkan sebuah antologi dari tulisan-tulisan Anda di website yang sudah sering kami kunjungi. Berkenanlah kiranya untuk sepakat dengan kami, karena tulisan-tulisan Anda penuh makna. Hubungi kami segera, respon Anda melengkapi kebahagiaan kami-"

Ttd-Penerbit Glosari

"Ajaib." celetuk Kinner

Tentu ini kinerja yang tak dapat dipungkiri dan berkesan seumur hidup Burnoi. Ia pun mengabarkan berita baik ini kepada Alberto dan Winnier yang saat ini tinggal di Pulo Gadung. Burnoi tidak ingin menanggung perasaan ini sendiri. Oleh karena merekalah ia mengalami banyak hal mengagumkan dalam hidupnya. Kini ia layak disebut seorang penulis berpengalaman. Mungkin.

"Aku tidak pernah bermimpi sejauh ini, Ayah, Ibu." Ia bercerita haru mengingat masa kecilnya yang selalu dipaksa untuk membaca dan menghasilkan dirinya sebagai penulis sejauh ini. Burnoi tak lupa berterimakasih kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun