Psikosomatis, mari kita kenal dahulu sedikit arti dari Psikosomatis itu sendiri. Menurut Atkinson 1999, istilah psikosomatis berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan soma berarti badan.Â
Sebelum berlanjut lebih jauh tentangSecara sederhana, kita sudah dapat menarik benang merah bahwa Psikosomatis adalah gangguan yang terjadi pada tubuh yang dipengaruhi oleh pikiran. Tetapi saat melakukan pemeriksaan medis tidak ditemukan gangguan atau penyakit apapun.
Dr. Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Psikologi Abnormal bahwa psikosomatisme adalah bentuk macam -- macam penyakit fisik yang di timbulkan oleh konflik -- konflik psikis atau psikologis dan kecemasan kronis. Dan juga psikosomatis adalah kegagalan sistem syaraf dan sistem fisik yang di sebabkan oleh kecemasan -- kecemasan, konflik -- konflik psikis dan gangguan mental.
Menurut buku yang pernah saya baca berjudul The Miracle of Mindbody Medicine dijelaskan bahwa pengaruh pikiran terhadap tubuh bisa positif maupun negatif. Bila pengaruhnya positif, tubuh kita sehat dan kuat sebaliknya bila pengaruhnya negatif, fungsi tubuh akan terganggu, bahkan kita bisa sakit, dan kondisi ini yang disebut dengan penyakit psikosomatis.Â
Kata psikosomatis sendiri sebenarnya netral. Sedangkan kondisi sebaliknya, yaitu tubuh mempengaruhi pikiran, disebut dengan somatopsikis atau somatopsychic. Salah satu contoh somatopsikis adalah terapi pijat atau massage. biasanya setelah di pijat tubuh menjadi rileks pikiran juga ikut rileks dan nyaman.
Lalu apa salah satu contoh nyata psikosomatis? Misalnya yang saya alami sendiri. Setiap kali membaca berita terkait bencana gempa bumi, saya akan merasa pusing, demam dan kepala berputar-putar seperti vertigo padahal keadaan tubuh saya baik-baik saja.Â
Pun, anda mungkin pernah merasakan sesak nafas, demam, tenggorokan gatal sesudah membaca berita seputar COVID-19 tetapi suhu dan keadaan tubuh normal itu adalah psikosomatis.
Pasti anda bertanya-tanya, bagaimana psikosomatis bisa timbul? Apa kolerasinya? Ya sesuai definisi psikosomatis, gangguan yang terjadi disebabkan oleh pikiran bukan gangguan yang terjadi pada organ tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal atau lainnya. Dalam hal inilah amygdala mengambil peran.Â
Sekelompok jaringan saraf yang terletak di sisi lobus otak berbentuk seperti kacang almond. Amygdala merupakan bagian otak yang berperan dalam mengolah rasa cemas, rasa takut, dan emosi lainnya. Juga merupakan tempat dimana pusat memori otak menyimpan memori tentang segala sesuatu yang pernah terjadi.
Sesuatu apapun yang kita terima akan diolah oleh otak dan kemudian disaring oleh Amygdala. Apabila yang kita terima bertentangan dengan yang kita percaya, amygdala akan menolaknya, tidak akan diproses dan berhenti hanya sampai situ. Sebaliknya, jika sesuatu yang kita terima berhubungan erat dengan kebiasaan atau lingkungan kita, maka akan berlanjut diproses otak dan diterima oleh diri kita.Â
Lalu, amygdala akan melepaskan senyawa glutamat yang yang berperan untuk merespon rasa takut dan memicu gerak refleks lainnya. Itulah sebabnya kalau sekarang kita sering membaca berita COVID-19, kita akan merasakan gejalanya padahal keadaan tubuh kita normal.
Keluhan-keluhan psikosomatis yang dirasakan dapat berupa, jantung berdebar-debar, sesak nafas, demam, batuk, pilek, susah tidur, tidak nafsu makan dan lesu. Keluhan-keluhan tersebut bisa terjadi berulang kali dan mengganggu aktivitas sehingga perlu melakukan pemeriksaan.
Terdapat tujuh hal yang bisa mengakibatkan penyakit psikosomatis yang pernah di tulis oleh David Cheek M.D. dan Leslie LeCron dalam buku mereka :
- Internal Conflict, konflik diri yang melibatkan minimal 2 part atau ego state.
- Organ Languange, bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam mengungkapkan perasaannya
- Motivation / Secondary Gain, keuntungan yang bisa di dapat seseorang dengan sakit yang dideritanya, misalnya perhatian dari orang tua, suami, istri, atau lingkungannya, atau menghindar dari beban tanggung jawab tertentu.
- Past Experience, penglaman di masa lalu yang bersifat traumatic yang mengakibatkan munculnya emosi negative yang intens dalam diri seseorang.
- Identification, penyakit muncul karena klien mengidentifikasi dengan seseorang atau figur otoritas yang ia kagumi atau hormati. Klien akan mengalami sakit seperti yang di alami oleh figur otoritas itu.
- Self Punishment, pikiran bawah sadar membuat klien sakit karena punya perasaan bersalah akibat dari melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang klien pegang.
- Imprint, program pikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar saat seseorang mengalami emosi yang intens.
Sedikit tips untuk mengendalikan psikosomatis yaitu dengan cara menjaga pola tidur teratur, mengonsumsi makanan sesuai pedoman gizi seimbang, berolahraga atau meditasi untuk menenangkan pikiran, melakukan aktivitas yang menyenangkan agar terciptanya energi positif, membatasi mencari informasi negatif dan tetap berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, teman, dan orang sekitar.
Boleh panik tapi jangan berlebihan. Boleh mencari informasi untuk kewaspadaan tapi harus bersumber dari situs terpercaya. Yuk kendalikan psikosomatis pada diri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H