Perekonomian ASEAN telah menjadi tujuan yang menarik untuk investasi asing dalam beberapa tahun terakhir. Negara-negara di kawasan ini secara luas mengalami pertumbuhan PDB yang lebih cepat daripada rata-rata, yang mencerminkan adanya ledakan populasi dan kebijakan perdagangan yang semakin liberal. Perusahaan multinasional semakin melihat Asia Tenggara sebagai pusat produksi alternatif, memiliki upah buruh yang kompetitif, regulasi dan infrastruktur bisnis yang membaik, dan peningkatan daya beli masyarakatnya.
Indonesia sendiri menerima investasi asing sekitar US$43 miliar pada tahun 2022, tertinggi dalam sejarah investasi negara. Untuk tahun 2023, pemerintah menargetkan peningkatan target investasi asing dan dalam negeri menjadi US$92 miliar atau Rp1.400 triliun. Indonesia adalah satu-satunya anggota G20 di ASEAN, dan dengan sumber daya alam yang melimpah dan pasar domestik yang besar sebesar 260 juta, negara ini menawarkan peluang investasi jangka panjang (Dezan Shira et. al., 2023).
Terobosan baru: Investasi Kendaraan Listrik
Salah satu sektor investasi yang mendapat perhatian pemerintah adalah sektor otomotif, yang dalam hal ini berkaitan dengan kendaraan listrik. Program kendaraan bermotor listrik adalah salah satu proyek yang diluncurkan pemerintah melalui kementerian perindustrian tahun 2018. Dalam dokumen resminya yang berjudul Making Indonesia 4.0, pemerintah ingin memfokuskan pembangunan lima sektor manufaktur dengan daya saing regional.Â
Salah satu dari lima sektor tersebut adalah sektor otomotif, dimana Indonesia ingin menjadi produsen mobil terbesar di ASEAN. Â Indonesia sendiri adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki penjualan kendaraan listrik terbesar kedua pada kuartal ketiga tahun 2022 setelah Thailand.
Untuk mendukung rancangan tersebut, pemerintah Indonesia memperkuat landasannya dengan menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019 Tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.Â
Bahkan di tahun 2020, Presiden Jokowi mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel dan mendorong adanya pembangunan smelter pengolahan mineral. Indonesia adalah rumah bagi sumber daya mineral berkualitas tinggi, terutama nikel dan kobalt, yang merupakan komponen kunci dalam produksi baterai lithium. Baterai lithium sendiri adalah bagian yang tak terpisahkan dari kendaraan bermotor listrik.Â
Penggunaan baterai ini mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun. Dari tahun 2021 ke 2022 saja, penggunaan baterai lithium ini meningkat sebesar 7 juta. Hal ini tentu terjadi karena permintaan akan kendaraan listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun.