Roh leluhur diyakini terus hadir dan mempengaruhi kehidupan mereka sebagai bentuk penghormatan, mereka mengadakan ritual adat seperti pesta ulat sagu yang melibatkan penyembelihan babi sebagai simbol persembahan.
Bahasa yang digunakan
Bahasa yang di gunakan suku korowai adalah Bahasa Korowai atau Kolufauf  yang merupakan sebuah bahasa yang ada dalam rumpun bahasa Papua. Seiring berjalannya waktu bahasa Suku Korowai berkembang secara mandiri, sehingga bahasa yang mereka gunakan memiliki ciri khas sendiri yang berbeda dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Bagi masyarakat suku Korowai, bahasa korowai bukan sekedar alat komunikasi tapi juga sebuah hal yang mencerminkan cara hidup dan budaya masyarakat suku Korowai. Seperti yang telah kita ketahui suku korowai terkenal dengan rumah pohon mereka yang unik, Bahasa Korowai mempunyai kosakata khusus untuk penyebutan aktivitas yang di lakukan di dalam rumah pohon dan bagian-bagian dari rumah pohon itu sendiri. Bahasa Korowai juga mempunyai peribahasa dan ungkapan yang berisi kearifan lokal dan nilai luhur masyarakat susku korowai. Selain itu pengetahuan tentang tumbuhan dan hewan suku Korowai lebih mendalam karena mereka hidup berdampingan dengan alam. Struktur bahasa suku korowai bisa di bilang sangat rumit dengan kalimat dan pola kata yang unik. Walaupun dalam satu bahasa, terdapat beberapa varian bahasa Korawai dari antar kelompok masyarakat di wilayah yang berbeda. Seiring dengan berkembangnya zaman dan banyaknya kontak dengan masyarakat luar  yang luas, jumlah penutur asli dari bahasa korowai semakin menurun, sedangkan penggunaan bahasa Indonesia terus meluas di kalangan anak muda suku Korowai.
Sistem Pengetahuan
Suku korowai  memiliki sistem penegtahuan tradisional yang unik dan berkaitan erat dengan alam. Pengetahuan ekologi Suku Korowai mencakup pemahaman mendalam tentang alam sekitar mereka. Mereka memiliki kemampuan untuk membedakan berbagai pohon, tanaman obat, dan tanaman pangan yang tumbuh subur di hutan. Selain itu, mereka sangat menghargai keseimbangan alam. Untuk menjaga kelestarian pohon dan regenerasi hutan, mereka menerapkan sistem pemanfaatan sumber daya yang tidak merusak, seperti rotasi penggunaan lahan untuk sagu. Dalam sistem ini, satu wilayah akan "dibiarkan istirahat" selama beberapa tahun setelah panen sagu, memungkinkan pemulihan alami tanah dan tanaman. Lalu mereka juga memiliki pengetahuan teknis yang tinggi tentang material hutan ditunjukkan oleh keahlian mereka dalam memilih kayu yang kuat dan tahan lama. Ada pula sistem pengetahuan mengenai pengobatan tradisional.Mereka tahu tanaman apa yang dapat menyembuhkan luka, demam, infeksi, dan penyakit lainnya. Misalnya, kulit pohon tertentu digunakan sebagai obat alami untuk mengobati luka, dan daun-daunan tertentu digunakan untuk mengurangi panas. Pengetahuan empiris ini diperoleh dari pengamatan langsung dan pengalaman selama berabad-abad. Ritual atau praktik spiritual seringkali dikaitkan dengan proses penyembuhan, di mana seorang tokoh adat atau "dukun" memimpin proses dengan doa atau mantra. Ini menunjukkan sistem pengetahuan yang tidak hanya teknis tetapi juga terkait dengan kepercayaan budaya mereka.
Sistem Teknologi dan Peralatan
Suku korowai ini menggunakan berbagai peralatan dan teknologi untuk bertahan hidup, di antaranya: Kapak batu, magha, lembing, tombak, panah, Jala, kail, dan Perahu. Selain itu alat-alat rumah tangga yang digunakan juga Sebagian besar terbuat dari kayu dan anyam-anyaman. Namun kini, Suku Korowai bisa menikmati jaringan komunikasi. Hal itu diungkapkan Kepala Distrik Korowai, Buluanop Paulus Garuntop. Paulus mengatakan, ada dua dari tujuh kampung di wilayah Distrik Korowai yang sudah bisa menggunakan akses komunikasi, yakni Kampung Banum dan Mabul. Sekadar informasi, Distrik Korowai merupakan wilayah otonomi baru yang dimekarkan dari Distrik Kolovbrasa sejak 2016.
Mata Pencaharian Suku Korowai
Demi mempertahankan jumlah populasi yang mereka miliki, mata pencaharian dan gaya hidup mereka pun menyesuaikan dengan lingkungan alam sekitar. Mata pencaharian utama suku Korowai ini, dibagi menjadi 3 jenis yaitu berburu, meramu, dan bercocok tanam.
1. Berburu
Karena lingkungan yang mereka tinggali merupakan daerah hutan lebat, maka dari itu perburuan yang mereka lakukan adalah menangkap hewan-hewan yang liar seperti babi hutan, burung, rusa, bahkan kasuari menjadi salah satu hewan yang mereka buru. Peralatan tersebut antara lain panah, busur, tombak, dan senjata lainnya.
2. Meramu
Sementara para pemuda melakukan perburuan, para wanita suku Korowai meramu segala jenis obat-obatan dan makanan. Mereka mengumpulkan berbagai jenis buah-buahan di hutan serta umbi-umbian untuk dijadikan ramuan masakan. Makanan pokok suku Korowai adalah sagu, mereka mengambil sagu dari pohon sagu yang banyak tumbuh di wilayah mereka.
3. Bercocok tanam
Meskipun lingkungan yang ditinggali oleh suku Korowai merupakan daerah hutan lebat, suku Korowai juga menerapkan sistem cocok tanam agar hasil panen yang mereka dapatkan lebih bervariasi dan bisa memanen lebih banyak lagi. Mereka memanfaatkan lahan-lahan kecil disekitar rumah mereka untuk dijadikan ladang. Tanaman yang biasanya mereka tanam seperti pisang, ubi jalar, dan keladi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H