Sistem Kemasyarakan
Masyarakat Korowai dikenal  dengan kebiasaan berpindah pindah atau nomaden sehingga mereka disebut klufo fyumanop.dengan pola pemukimannya yang terpisah-pisah, dimana setiap keluarga tinggal di rumah-rumah pohon yang terpisah jauh, dengan jarak yang bisa mencapai beberapa ratus meter hingga kilometer antara rumah keluarga yang satu dengan yang lainnya. Rumah pohon Suku Korowai adalah contoh arsitektur unik yang mencerminkan kearifan lokal dan hubungan erat mereka dengan alam. Tujuan dibuatnya rumah pohon ini adalah untuk menghindari ancaman dari binatang buas, roh jahat, serta serangan dari suku lain. Pembangunan rumah ini menggunakan bahan alami yang tersedia di sekitar mereka, seperti kulit pohon, daun sagu, dan rotan. Struktur sosial Suku Korowai didasarkan pada hubungan kekerabatan yang sangat kuat, di mana setiap keluarga inti memiliki peran yang jelas dan diakui oleh masyarakatnya. Dalam setiap keluarga, rumah pohon menjadi pusat aktivitas yang menyatukan anggota keluarga dan tempat untuk mengajarkan nilai-nilai serta tradisi yang telah ada sejak lama. Pembagian kerja dalam masyarakat Korowai mengedepankan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun ada unsur patriarki, perempuan juga terlibat dalam kegiatan berburu, berkebun, dan mengurus anak, sehingga menciptakan keseimbangan dalam peran gender dan memperkuat hubungan antar anggota keluarga. Dalam hal kepemimpinan, Suku Korowai tidak mengenal struktur hierarkis yang tetap, seperti kepala suku atau pemimpin yang dominan sedangkan dalam pengambilan keputusan mereka mengutamakan musyawarah. Persepsi masyarakat mengenai praktik kanibalisme suku Korowai seringkali keliru. suku korowai seringkali diasumsikan mengonsumsi daging manusia secara rutin dalam kehidupan sehari-hari. tapi yang sebenarnya terjadi di suku korowai bukan seperti itu namun mereka melakukan kanibalisme kepada orang-orang tertentu yang diduga sebagai dukun atau Khakhua. budaya kanibalisme ini merupakan sistem peradilan pidana Suku Korowai.
Sistem Religi
Suku Korowai ini memiliki sistem religi yang kompleks dan kaya. Yang mencerminkan perpaduan dimana kepercayaandan prakti spiritrual mereka tidak hanya berfungsi sebagai pedoman moral, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia spiritual.Â
1. Animisme dan DinamismeÂ
Mereka memandang alam sebagai entitas yang memiliki jiwa dan kekuatan spiritual, setiap elemen alam sperti pohon, sungai, dan batu diyakini memiliki roh penjaga. Sebagai contoh, sebelum berburu atau menebang pohon, mereka melakukan persembahan sederhana untuk meminta izin kepada roh penjaga.
2. Totemisme
Totem yang berupa hewan dan tumbuhan berfungsi sebagai simbol pelindung individu atau komunitas dan diyakini memiliki kekuatan magis yang memberikan perlindungan dan kekuatan kepada pemiliknya. Misalnya, burung kasuari sering dijadikan simbol keberanian dan kekuatan dalam komunitas mereka.
3. Pengaruh Agama dari Luar
Agama kristen mulai diperkenalkan oleh misionaris pada masyarakat korowai sejak tahun 1970-an, meski banyak sebagian komunitas yang mengadopsi agama baru, mereka tetap mempertahankan elemen elemen tradisional dalam praktik keagamaan mereka.
4. Roh Leluhur dan Ritual Adat