Kawanan suara ayam jago pagi saling bersautan membuat tidurku semakin enggan untuk bangun ketambah aku juga lagi nggak sholat. Aku menarik slimut tebalku dan mencari posisi ternyaman. Aku mimpi bertemu dengan laki-laki yang ku temui di pasar kemarin sore. Di dalam mimpiku aku berboncengan dengannya dan merencanakan untuk pergi ke  suatu tempat yang ada di Jogja. Aku pergi ke Malioboro dengannya, ketika sampai di sana sialnya suara klakson tukang sayur membuatku terbangun. "ahh sial aku benci suara klakson tukang sayur itu, padahal mimpiku lagi asyik" gumamku sambil melihat jam di HP. Tak lama kemudian suara teko berbunyi menandakan air sudah mendidih  dan beriringan dengan suara ibuku yang menyuruhku untuk mematikan kompor. "padahal masih ingin memanjakan tubuhku yang masih malas untuk bangun" ucapku sambil melipat selimut.
Kegiatanku setiap pagi sebelum membantu ibuku yaitu menyiram tanaman dan merawatnya. Entah kenapa sejak adanya penghijauan di desa, aku perlahan menyukai tanaman. Sejak saat itu, aku mulai membeli pot bunga dengan berbagai ukuran. Tanaman yang pertama kali aku tanam adalah jenis keladi sebanyak 3-4 pot. Â Setiap pagi aku rawat dengan sepenuh hati sampai tidak ada satupun rumput yang kubiarkan tumbuh di pot itu. Sempat viral disosial media mengenai tanaman jenis aglonema, janda bolong, dll. Sebenarnya aku ingin memilikinya tapi harganya membuat dompetku menangis. "Besok saja lah nunggu ada tetangga yang beli, nanti aku minta hehehe" ucapku dalam hati. Karena melihat tanaman yang tumbuh subur dan cantik dipandang ibuku juga tertarik dan mulai menyukai tanaman. "Mba Ibu mau ke rumah saundara dulu nanti kalau sudah jam 3 Ibu belum pulang, Ibu minta tolong anterin adik ke TPQ ya" Ibu bicara dengan suara yang sedikit terganggu suara motor. Jam menunjukkan pukul setengah tiga, adikku sudah pulang dari mainnya. "De mandi dulu, bentar lagi berangkat ngaji" ucapku dengan nada lembut. Setelah adikku siap, aku bergegas mengantar adikku ke TPQ. Sepulang dari mengantar adik, Â ternyata Ibuku sudah pulang dari rumah saudara. "Pulang jam berapa Bu?" tanyaku sambil meletakkan kunci motor ke meja. "Baru aja sampai, itu Ibu bawain bunga di kantong kresek warna hitam, tadi minta di rumah saudara". Karna penasaran dengan bunga yang di bawa Ibu, aku bergegas menuju ke teras dan mencari kantong kresek hitam yang berisi bunga. Alangkah terkejutnya aku ketika melihat tanaman janda bolong dan aglonema yang ku idamkan selama ini akhirnya kudapatkan juga. Tak menunggu lama aku langsung mencari tanah dan mengambil pot untuk menanamnya. Tiba-tiba terlintas dipikiranku "bagaimana kalo teras rumahku dipenuhi dengan tanaman pasti akan terlihat asri".
"Kring-Kring-Kring" HP ku berbunyi, ternyata kekasihku telfon dan mengajakku untuk bertemu besok pagi. Di dalam telfon, aku bercerita kalau aku sekarang mulai menyukai tanaman hias dan aku juga menceritakan tentang ide yang tadi terlintas dipikiranku. Keesokan paginya aku bangun dan bergegas untuk mandi. Keluar dari kamar mandi Ibuku bilang  "itu udah ditungguin di depan". Spontan aku lari dan hampir saja menabrak sepeda milik adikku. "aduh aku belum nyetrika baju lagi, jadi gugup" ucapku lirih. Lima belas menit kemudian aku keluar dari kamar dan menuju ke halaman rumah. "lama ya?" ucapku sambil tersenyum malu. "lumayan si" saut Putra. Aku dan Putra jalan-jalan mengelilingi kota sambil bercerita tentang sekolahku dan pekerjaan dia. Sampai akhirnya berhenti di depan toko tanaman hias. "Kok berhenti di sini? Bukannya tujuan kita mau ke Cafe? Tanyaku penasaran. "Kemarin kamu bilang katanya suka tanaman hias, ya sudah aku ajak kamu ke sini dulu".  Di toko ini aku serasa berada di surganya tanaman hias. Semua jenis tanaman hias yang ku inginkan ada di sini. Aku tertarik dengan tanaman hias yang ada di pojok sana. Ku ambil dan aku bertanya kepada penjaga toko ini, "Pak ini tanaman hias apa ya? Kok daunnya mirip seperti daun semangka?".
"Oh ini tanaman hias Peperomia Watermelon memang motif daun ini mirip seperti buah semangka, perawatannya juga cukup mudah" ujar sang penjaga toko ini. Tanpa berpikir lama aku langsung meminangnya dan Putra pun kelihatannya suka dengan tanaman hias ini. Sembari menunggu Putra membayar, aku menuju ke motor dan memakai helm. Sore menjelang malam aku tiba di rumah. "Makasih untuk hari ini Put, pulangnya hati-hati". Sambil menyerahkan bunga Putra menjawab, "Iya sama-sama".
Pagi buta aku bergegas menuju ke kebun depan rumah untuk mengambil tanah. Bajuku sedikit basah terkena embun pagi yang singgah di daun. Sayup-sayup  suara langkah kaki terdengar di belakangku, ternyata adikku menyusul. Hari ini aku sangat bersemangat untuk menanam. Tak terasa kantong kresek sudah penuh dengan tanah. "Dek, bantuin kaka bawain pisaunya ya". Dengan rambut yang masih acak-acakan dan muka baru bangun tidur, adikku hanya menganggukan kepala. Tanpa ku sadari ternyata tanaman hias yang kumiliki semakin banyak dan hampir memenuhi teras rumahku walaupun hasil minta ke tetangga hehehe. Aku menobatkan tanaman hias Peperomia Watermelon sebagai tanaman hias yang paling ku sukai, selain memiliki warna daun yang unik dan cantik tanaman hias ini juga Aku beli bersama kekasihku. Setelah beberapa hari ku tanam, tanaman hias Peperomia Watermelon ini tumbuh dengan subur dan daunnya semakin lebat. Sempat berpikir Aku ingin memilikinya dengan jumlah yang banyak.
Selama pandemi, perkuliahan dilaksanakan secara daring. Pagi sebelum perkuliahan di mulai aku langsung ke teras. Sepertinya kakiku sudah hafal dengan kagiatan rutin setiap pagi yaitu menyiram tenaman dan merawatnya. Terlintas dipikiranku tentang bagaimana cara memperbanyak temanan hias ini. Aku langsung bertanya kepada Mbah Google....
Setelah ku cari dan ku baca ternyata cara memperbanyak tanaman hias Peperomia Watemelon ini dengan cara stek daun. "Ohhh jadi gini caranya, pasti aku bisa" jawabku dalam hati. Seperti biasa adikku selalu menemani, aku langsung mencobanya dengan melihat langkah-langkah yang ada di Google.
"Kring...Kring..." Sudah 101 pesan di WAG organisasi. Karena minggu depan akan ada acara di kampus jadi sekarang sedang sibuk mempersiapkan. Rencananya aku berangkat sabtu sore dan menginap di kos temanku 2 hari ke depan. Hari Sabtu tiba, jam 3 sore aku berangkat menuju ke kampus. Belum ada setengah jalan hujan turun sangat deras. Aku menepi ke gubuk di tepi jalan, "untung tadi Ibu mengingatkan untuk membawa mantel, coba saja kalau gak bawa mantel aku pasti sudah seperti tikus got". Setelah selesai melaksanakan kegiatan dikampus aku pulang ke rumah.
"Astagaaaa"
"apa-apaan ini...."
Tanaman kesayanganku terjatuh dari rak bunga. Aku langsung masuk ke rumah. "Siapa yang menjatuhkan tanaman Peperomia Watermelon di teras!" Tanyaku dengan nada keras. Semua orang yang ada di rumah hanya diam kebingungan. "Tadi aku lihat ayam bertengkar di teras rumah, mungkin tak sengaja disenggol ayam kak" saut adikku.
"Kurang ajar ayam itu, harus dikasih pelajaran" gumamku dalam hati. Aku langsung telfon Putra dan bercerita kalau bunga yang kemarin dibeli jatuh disenggol ayam. "Tok..tok..tok.." adikku masuk ke kamarku dan bekata, "kak udah aku rapihkan tanaman kesayangan kaka".
"Serius, dek?" aku langsung memeluk adikku. Sekarang tanaman hias kesayanganku ku simpan di tempat yang sedikit aman dari gangguan ayam nakal. Delapan minggu kemudian, aku mengecek daun Peperomia Watermelon yang dulu aku stek, apakah sudah muncul akar atau belum. Aku kaget dan sedikit tidak percaya ketika melihat hasil stek daun yang ku praktekkan. Ternyata sudah tumbuh 2 daun kecil di sana, "wahhh ternyata aku berhasil" ucapku dengan gembira. Aku benar-benar tidak menyangka kalau stek daun ini akan berhasil. Keberhasilan ini membuatku ingin terus mempraktekkan stek daun pada tanaman hias Peperomia Watermelon, aku ketagihan untuk melakukannya lagi.
Aku memilih daun Pepeomia Watermelon yang sudah tua kemudian aku petik dan menyisakan batangnya kurang lebih 1 cm. Aku memetik 4 daun yang sudah tua dan ku tanam setengahnya ke dalam tanah. "Kalau begini caranya, pasti aku akan memiliki lebih banyak tanaman hias Peperomia Watermelon ini" ucapku sambil menanam. Kini teras rumahku bisa dikatakan sebagai taman bunga. Ada yang merambat di dinding, ada yang menggantung dan ada juga yang ku tanam dengan media air. Selain untuk mempercantik rumah, tanaman juga bisa menghasilkan oksigen. Aku tidak pernah bosan memandang tanaman hiasku yang tumbuh dan hidup di teras rumahku. Akan selalu ku jaga dan ku rawat sepenuh hati. Lagi-lagi terlintas dipikiranku, kalau nanti sudah mulai kuliah offline aku sedikit khawatir dengan tanamanku. Bisa saja tanamanku akan kekeringan dan bahkan akan mati. Walaupun ada ibuku dan adikku tapi aku tidak yakin akan merawat tanamaku dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H