Mohon tunggu...
Elsa Dwi Yulianti
Elsa Dwi Yulianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Universtas Muhammadiyah Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peperomia Watermelon

6 Januari 2022   17:26 Diperbarui: 6 Januari 2022   17:39 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: Elsa Dwi Yulianti

"apa-apaan ini...."

Tanaman kesayanganku terjatuh dari rak bunga. Aku langsung masuk ke rumah. "Siapa yang menjatuhkan tanaman Peperomia Watermelon di teras!" Tanyaku dengan nada keras. Semua orang yang ada di rumah hanya diam kebingungan. "Tadi aku lihat ayam bertengkar di teras rumah, mungkin tak sengaja disenggol ayam kak" saut adikku.

"Kurang ajar ayam itu, harus dikasih pelajaran" gumamku dalam hati. Aku langsung telfon Putra dan bercerita kalau bunga yang kemarin dibeli jatuh disenggol ayam. "Tok..tok..tok.." adikku masuk ke kamarku dan bekata, "kak udah aku rapihkan tanaman kesayangan kaka".

"Serius, dek?" aku langsung memeluk adikku. Sekarang tanaman hias kesayanganku ku simpan di tempat yang sedikit aman dari gangguan ayam nakal. Delapan minggu kemudian, aku mengecek daun Peperomia Watermelon yang dulu aku stek, apakah sudah muncul akar atau belum. Aku kaget dan sedikit tidak percaya ketika melihat hasil stek daun yang ku praktekkan. Ternyata sudah tumbuh 2 daun kecil di sana, "wahhh ternyata aku berhasil" ucapku dengan gembira. Aku benar-benar tidak menyangka kalau stek daun ini akan berhasil. Keberhasilan ini membuatku ingin terus mempraktekkan stek daun pada tanaman hias Peperomia Watermelon, aku ketagihan untuk melakukannya lagi.

Aku memilih daun Pepeomia Watermelon yang sudah tua kemudian aku petik dan menyisakan batangnya kurang lebih 1 cm. Aku memetik 4 daun yang sudah tua dan ku tanam setengahnya ke dalam tanah. "Kalau begini caranya, pasti aku akan memiliki lebih banyak tanaman hias Peperomia Watermelon ini" ucapku sambil menanam. Kini teras rumahku bisa dikatakan sebagai taman bunga. Ada yang merambat di dinding, ada yang menggantung dan ada juga yang ku tanam dengan media air. Selain untuk mempercantik rumah, tanaman juga bisa menghasilkan oksigen. Aku tidak pernah bosan memandang tanaman hiasku yang tumbuh dan hidup di teras rumahku. Akan selalu ku jaga dan ku rawat sepenuh hati. Lagi-lagi terlintas dipikiranku, kalau nanti sudah mulai kuliah offline aku sedikit khawatir dengan tanamanku. Bisa saja tanamanku akan kekeringan dan bahkan akan mati. Walaupun ada ibuku dan adikku tapi aku tidak yakin akan merawat tanamaku dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun