Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pernikahan Lelaki Itu

29 Juli 2018   19:24 Diperbarui: 29 Juli 2018   20:45 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: unsplash.com

Hari ini benar-benar terjadi, sekarang  laki-laki itu bersanding dengan wanita lain, mereka bak ratu-dan  raja. Mereka terlihat amat bahagia dipelaminan  yang dipenuhi bunga-bunga, duduk dikursi mewah dan sekarang lihatlah mereka akan bernyanyi, bernyanyi untuk berbagi kebahagian kepada para tamu undangan. Lagu yang mereka nyanyikan amat pas "Bukan Cinta Biasa" dari Siti Nurhaliza. Gemuruh tepuk tangan dari tamu undangan, cepat-cepat kamera mengabadikan nyayian romantis mereka. Ratu dan raja bernyanyi sambil berpegangan tangan, perempuan itu bernyanyi memegang tangan laki-laki itu sambil memegang satu buket bunga mawar merah, pemandangan yang mendatangkan haru sekaligus cemburu.

Mata nanar dan panas melihat pemandangan itu, suasana hati sulit dijelaskan marah, ingin berteriak, menangis . Kemana perasaan laki-laki itu? tidakkah dia melihatku yang duduk dikursi tidak jauh dari pelaminannnya, apa selama ini dia tidak menganggap Aku sama sekali. Laki-laki itu benar-benar tenggelam dengan kebahagianya. Seharusnya Aku tidak datang ke pesta ini, Aku seharusnya tidak disini!. Aku terlalu bodoh dan naif terbujuk dengan permohonannya sore tadi lewat telpon.

"Datanglah, mohon dengan sangat datang sekali ini saja"

"Nanti ada mobil yang akan menjemput"

"Akad nikahnya setelah magrib"

 Entah setan apa yang mendorong tiba-tiba saja Aku sudah berada di tempat nereka ini, tempat pesta pernikahan laki-laki itu.Menyaksikan betapa meriahnya pesta pernikahan laki-laki itu, sebagai tamu yang diundang dengan spesial  Aku hanya duduk diam dan sakit hati. Aku sedang tidak duduk dikursi tamu undangan, aku duduk ditepi jurang curam. Sebelum mereka berfoto mengabadikan kenangan indah mereka , Aku lebih  dulu  mengabadikannya  dalam bingkai sakit hati. Penghianatan ini  untuk yang kedua kalinya, yang pertama ia lakukan dengan cara diam-diam tahu-tahu sudah beranak-pinak dengan perempuan lain. Setelah dia memutuskan untuk kembali dan melayangkan surat cerai dengan perempuan keduanya, walupun dengan berat hati Aku coba menerimanya kembali. 

Belum lama waktu berselang setelah kembali, Aku sudah mendengar desas-desus laki-laki itu sudah main perempuan lagi. Tetangga sudah ramai menggosipkannya. Gosip itu sering terdengar ketika mamang sayur komplek menjajalkan jualannya

"Aku harus bersabar"

"Seiring waktu Aku yakin dia akan berubah"

Sampai tiba waktunya Aku sadar bahwa laki-laki itu tidak akan pernah berubah, tidak akan pernah!. Aku percaya  itu. Setelah hari ini mataku panas dan hati remuk menyaksikan pernikahannya yang gemerlap sekaligus Aku tertawa geli ketika mendengar para undangan menggosipkan bahwa si pengantin perempuan sudah hamil tiga bulan. Entah apa yang ingin kupastikan, setelah acara selesai Aku berbicara sebentar dengan laki-laki itu dikamar pengantinya selagi istrinya sedang tertawa denga sahabat-sahabatnya yang datang

"Tadi Aku mendengar dari para tamu"

"Dia sudah ?"

Sepertinya laki-laki itu sudah tahu maksud perkataanku, dia benar-benar laki laki  gila  yang tidak  pernah  memakai  nuraninya . Dia  hanya  hidup  mengandalkan kelaminnya saja.

"Ya, dia sudah hamil tiga bulan"

"Sudah malam, yang mengantarmu pulang sudah menunggu".

Setelah kejadian malam itu ternyata kesedihan masih belum beranjak dari kehidupanku. Sekitar jam empat sore setelah pulang kerja seperti biasa Aku selalu diantar oleh rekan kerjaku dengan mobil

"Ada pesta ya?  rekanku bertanya

 Kulihat gang rumah   sudah dihiasi dua janur kuning, banyak mobil parkir didepan rumah. Turun dari mobil warga sekitar rumah memandangku dengan pandangan mencibir sekaligus kasihan. Ternayata penyebabnya pesta pernikahan anak konglomerat, anak haji dan hajah, yang tidak jauh dari rumah. Pesta pernikahan laki-laki itu tidak cukup sekali saja, kali ini laki-laki   itu mengadakan pesta untuk kedua kalinya di rumah orang tuanya yang tidak jauh dari rumahku. 

Sehabis  magrib  sebelum  pesta  pernikahan  itu  dimulai  Bi  Sumi pembantu rumah laki-laki itu mengentuk pintu rumah dan membawa bingkisan cantik entah apa isinya.

"Ini baju kebaya dari ibu, mohon diterima"

"Ibu ngundang, bajunya dipake ya"

Apa? datang kepesta dengan baju kebaya ini? mendengar perkataan Bi Sumi hatiku mendidih. Ya tuhan tidak saja laki-laki itu yang tidak berperasaan ternyata Si hajah ibu kandungnya  sama, sama-sama tidak berperasaan!.

"Bilang sama yang ngasih ini"

"Cari orang lain untuk memakainya, saya tidak sudi"!

Aku mengusir Bi Sumi dengan bantingan pintu, kulihat dari jendela tetangga keluar rumah dan keget melihat Bi Sumi lari terbirit-birit membawa bingkisan. Sekitar setengah jam Aku membanting pintu ada yang mengetok lagi, ternyata Si Ibu Haja, ibu laki-laki itu.

"Saya minta maaf"

"Tidak tahu kalau pestanya akan besar seperti ini"

"Apa? maaf?!."

Malam itu mata terbelalak menatap langit-langit rumah, gerak jantungku seirama dengan dentuman suara musik pesta pernikahan laki-laki itu. Ingin cepat terlelap tidur berharap esok Aku bisa melupakan semua kesakitan yang diberikan laki-laki itu.

                                                                                                                

                                                                                                        ****

Malam   ini   Aku   merasakan   apa   yang   dirasakan   laki-laki   itu   duduk dipelaminan,  diantara  bunga-bunga  diperlakukan  bak  ratu  dan  raja kerajaan. Aku menjadi pusat perhatian, orang-orang yang menyayangiku  hadir memberikan doa Ibu, adik-adik ku serta sahabat-sahabat ikut berbahagia. Mereka tersenyum melihatku duduk dipelaminan. Menyaksikan ijab kabulku berlangsung khidmat dan haru air mata bening keluar dari kelopak mata ibu yang sudah mengeriput. Ibu begitu bahagia melihat putri sulungnya menemukan laki-laki yang akan memberikanku kebahagian. Ibu berharap   laki-laki yang menikahi ku bisa menghapus sakit hati yang ditancapkan laki-laki itu. Sebab kata ibu ia belum bisa menghapus kesengsaraanku yang dianugerahkan laki-laki itu walupun tahun-tahun sudah terlewati

  

                                                                                                     ********

Saat pertama kali membuka mata Aku melihat dua bayi mungil, satu tidur terlelap disampingku dan satunya lagi sedang digendong ibu

"Bu kemana bapaknya anak-anak ku"

"Kenapa ibu menangis?"

Tangis ibu pecah, air matanya menetesi muka bayi mungilku

"Bu, ada apa"?

sambil menangis dengan suara terbata-bata, ibu mengeluarkan kata-kata yang sulit ku mengerti

"Suamimu sudah meninggal dua hari yang lalu nak"

Ternyata saya sudah pingsan dua hari

"Apa maksud ibu?"

"Setelah mengantarmu kerumah sakit dia langsung pergi katanya ada seseorang yang ingin ditemui, lalu.....?"

"Lalu apa bu?"

"Lalu...."

"Ada telpon dari kantor polisi mobil suamimu masuk jurang dan  korban didalamnya meninggal"

Mendengar perkataan ibu mulutku jadi kaku, napas sesak

"Syukurlah kamu sudah sadar nak"

Aku berharap ini hanya mimpi, Aku berpura-pura tidak mendengar perkataan ibu

"Nak jawab ibu, jangan diam saja"

"Ini anak-anakmu"

Ibu  menyodorkan  bayi  yang digendongnya kehadapanku,  tanpa  sadar  air  mataku  jatuh membayangkan anak-anakku akan tumbuh tanpa seorang ayah.

"Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan sama kamu nak"

Aku tetap diam tapi air mataku bercucuran

"Suami mu tidak meninggal sendiri, didalam mobil polisi menemukan dua mayat lelaki"

"Suami mu meninggal dengan laki-laki  itu, laki-laki yang telah menyakiti ibu, laki-laki yang telah menumbuhkan dendam dihatimu"

"Maafkan ibu nak"

"Ini semua salah ibu"

Mendengar    semua    itu,    ingatanku    kembali.    betapa    bejatnya    laki-laki    itu memperlakukan Aku, ibu dan adik-adikku

"Apa maksud ibu"? 

"Kenapa laki-laki itu bu"

"Apa dia yang sudah membunuh suamiku"

"Jawab bu....!?"

Sementara Aku berteriak histeris bayiku juga menangis

"Ternyata suami mu itu"

"Suamiku kenapa bu"

"Suami mu anak laki-laki itu"

"Suami mu,  anak ayah kandungmu"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun