"Bilang sama yang ngasih ini"
"Cari orang lain untuk memakainya, saya tidak sudi"!
Aku mengusir Bi Sumi dengan bantingan pintu, kulihat dari jendela tetangga keluar rumah dan keget melihat Bi Sumi lari terbirit-birit membawa bingkisan. Sekitar setengah jam Aku membanting pintu ada yang mengetok lagi, ternyata Si Ibu Haja, ibu laki-laki itu.
"Saya minta maaf"
"Tidak tahu kalau pestanya akan besar seperti ini"
"Apa? maaf?!."
Malam itu mata terbelalak menatap langit-langit rumah, gerak jantungku seirama dengan dentuman suara musik pesta pernikahan laki-laki itu. Ingin cepat terlelap tidur berharap esok Aku bisa melupakan semua kesakitan yang diberikan laki-laki itu.
                                                        Â
                                                    ****
Malam  ini  Aku  merasakan  apa  yang  dirasakan  laki-laki  itu  duduk dipelaminan,  diantara  bunga-bunga  diperlakukan  bak  ratu  dan  raja kerajaan. Aku menjadi pusat perhatian, orang-orang yang menyayangiku  hadir memberikan doa Ibu, adik-adik ku serta sahabat-sahabat ikut berbahagia. Mereka tersenyum melihatku duduk dipelaminan. Menyaksikan ijab kabulku berlangsung khidmat dan haru air mata bening keluar dari kelopak mata ibu yang sudah mengeriput. Ibu begitu bahagia melihat putri sulungnya menemukan laki-laki yang akan memberikanku kebahagian. Ibu berharap  laki-laki yang menikahi ku bisa menghapus sakit hati yang ditancapkan laki-laki itu. Sebab kata ibu ia belum bisa menghapus kesengsaraanku yang dianugerahkan laki-laki itu walupun tahun-tahun sudah terlewati
 Â