Mohon tunggu...
Elsa Rahima
Elsa Rahima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Welcome to my account, call me Ca, my hobby is traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Potong

16 Januari 2023   16:12 Diperbarui: 16 Januari 2023   20:49 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI POTONG 

Nurazizah1, Taufiq Hidayat2, Elsa Rahima3 , Ine Seltia4 , Adil, S.E.,M.M5

Universitas Muhammadiyah Palopo, Jl. Jend. Sudirman No.03, Binturu, Palopo City, South Sulawesi, Indonesia.

E-mail : elsarahimakumullah@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to evaluate the management of beef cattle in nearby farms. An area which is an agricultural area and has the potential to increase the productivity of beef cattle. For example, in Tanah Datar district, more than 70% of the population works in the agricultural sector (food crops, plantations, fisheries and animal husbandry). The problem in livestock farming is the lack of public knowledge about nursery management which causes sub-optimal production. Good farming practices such as breeding, feeding, health management and waste management will result in high productivity. There are 70% of farmers who feed their livestock with a combination of cultivated grass and weeds. There are 90% of farmers who own agricultural land with a distance of more than 5 meters from their house. There are 95% of farmers who use Artificial Insemination (AI) and the other 5% use natural insemination. Good management is expected to improve biosafety and biosecurity in this area.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan sapi potong di peternakan di sekitar. Wilayah yang merupakan wilayah agraris dan berpotensi meningkatkan produktivitas sapi potong. Contohnya Di Kabupaten Tanah Datar, lebih dari 70% penduduk bekerja di sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan). Permasalahan dalam budidaya ternak adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen pembibitan yang menyebabkan produksi tidak optimal. Praktik bercocok tanam yang baik seperti pemuliaan, pemberian pakan, pengelolaan kesehatan, dan pengelolaan limbah akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Ada 70% peternak yang memberi makan ternaknya dengan kombinasi rumput budidaya dan gulma. Terdapat 90% petani yang memiliki lahan pertanian dengan jarak lebih dari 5 meter dari rumahnya. Ada 95% petani yang menggunakan Inseminasi Buatan (IB) dan 5% lainnya menggunakan inseminasi alami. Pengelolaan yang baik diharapkan dapat meningkatkan biosafety dan biosecurity di kawasan ini.

Pendahuluan

Pada tahun 2008 tercatat populasi sapi potong sebanyak 11.869.000 ekor. Jumlah tersebut naik sebesar 7,82% dari tahun 2001. Khusus untuk daging sapi dengan kontribusi terhadap kebutuhan daging nasional sebesar 23% dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk, perbaikan ekonomi masyarakat serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani (Badan Pusat Statistik, 2009). Ditambah lagi dengan daya beli dan perbaikan ekonomi masyarakat sehingga mereka bisa mencukupi kebutuhan konsumsi protein hewani. Saat ini umumnya pemeliharaan ternak dilakukan petani/ peternak masih seadanya baik dalam pemberian makanan maupun dalam manajemen pemeliharaan pada umumnya. Penyediaan pakan dari segi kualitas, kuantitas maupun dari kesinambungan di daerah ini sangat fluktuatif. Lebih lanjut, pengetahuan peternakan akan reproduksi ternak / deteksi kebuntingan dini ternak juga rendah. Rendahnya pengetahuan peternak akan pakan dan deteksi kebuntingan dini sehingga akan berdampak terhadap produktivitas sapi. 2 Produktivitas ternak sangat bergantung pada tiga faktor utama yaitu perkawinan (breeding), pemberian pakan (feeding), dan manajemen. Rendahnya pengetahuan peternak produktivitas ternak sehingga menyebabkan terkendala dalam pengembangan usaha peternakan sapi. Penyuluhan dan pendampingan teknis budidaya sapi potong yang tepat yang memenuhi standar Good Farming Practice (GFP). Disamping itu, manajemen reproduksi merupakan faktor yang tidak kalah penting dibandingkan pemeliharaan itu sendiri. Untuk mendapatkan manajemen reproduksi yang optimal dibutuhkan metode deteksi kebuntingan yang efektif dan efisien pada ternak dalam meningkatkan produktivitas ternak. Salah satu penyedia daging untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia adalah dari para peternak yang memelihara bangsa sapi lokal dan sapi hasil persilangan sapi lokal dengan sapi impor. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam mengembangkan dan meningkatkan produktivitas sapi-sapi lokal dan sapi impor tersebut seperti manajemen pemeliharaan yang baik. Peningkatan populasi sapi potong disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan informasi mengenai dunia peternakan, sementara peningkatan populasi penduduk juga semakin meningkat sebagai pangsa pasar bagi peternak sehingga peternak bergairah dalam memelihara sapi potong sebagai mata pencaharian mereka. Disamping itu, deteksi kebuntingan ternak merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan setelah ternak dikawinkan. Secara umum, deteksi kebuntingan dini diperlukan dalam hal mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau inseminasi, sehingga waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat seperti ternak harus dijual atau dilakukan culling. Hal ini bertujuan menekan biaya pada program breeding dan membantu manajemen ternak secara ekonomis (Samsudewa et al., (2003); Syaiful dkk (2018). Pengelolaan bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian dengan teknologi amoniasi, silase dan fermentasi dapat meningkatkan kualitas limbah pertanian tersebut dan apabila dikonsumsi oleh sapi akan memberikan nilai biologis yang relative tinggi.  Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang potensial untuk membangun usaha peternakan sapi terutama sapi potong, salah satunya adalah di Kecamatan Rambatan yang memiliki potensi besar, pemeliharaan sapi potong karena didukung oleh sumberdaya lahan yang cukup memadai dan penduduk yang berpengalaman dalam usaha budidaya sapi potong serta tersedianya banyak hijauan makanan ternak. Selain itu, sisa produk hasil pertanian juga menjadi pakan alternatif bagi masyarakat sekitar seperti jerami padi dan singkong. Ada beberapa penyebab yang membuat Kabupaten Tanah Datar belum optimal dan maksimal sebagai sentra produksi sapi potong diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat dalam manajemen pemeliharaan sapi potong, sosialisasi yang kurang terhadap masyarakat dan pemeliharaan sapi secara konvensional (pemeliharaan sapi secara tradisional dengan manajemen pemeliharaan yang masih sederhana).

Kajian Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun