Mohon tunggu...
fazlurrahman elrazie
fazlurrahman elrazie Mohon Tunggu... -

fazlurrahman elrazie. kini masih sebagai seorang mahasiswa yang mencari sebuah harapan, keinginan, mimpi dan cita-citannya didalam proses perjuangannya. tentang semua hal itu, kini ia siap terus berjuang dan berperang untuk menjadikannya harapan itu sebagai sesuatu yang akan nampak dipermukaan. go fight jurnalis muda!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nikmat Itu Hanya Sesaat*

15 Maret 2010   22:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sesalku, satu kata yang ingin ku letakkan diawal kalimat untuk hari ini. Rasanya baru beberapa detik lalu aku mengunyah bakso yang dari setiap butirannya terasa nikmat menggelinding ditenggorokanku. (Sejenak mengingat kejadian beberapa detik lalu) Kukunyah dengan begitu nikmatnya. "Hari ini adalah keberuntunganku" begitu kata hatiku untuk segala nikmat hari ini. Betapa tidak, hari ini aku dapat bakso gratis plus kemenanganku bermain poker (game online yang menawarkan sejuta harapan dengan gelontoran chipsnya). "yap! jika sudah 10M aku jual aja ah, lumayan dapat 100 ribu bisa buat makan, rokoan plus pacaran" otak kampunganku mulai bermain-main dengan segala harapan semu itu.

"Mang tambah baksonya mang, lima ribu lagi" lanjutku meminta mamang tukang bakso untuk menambahkan baksonya saja.

"Laper de?" sahut mamang bakso itu sembari tersenyum dan menambahkan baksonya dimangkok yang ku pegang kini.

"hehehe... iya nih mang laper abis kerja"

"kerja apa emang de?"

"engga sih, cuma abis menang jual chips aja" sahutku. Teringat baru saja aku menukarkan 1M chipsku dengan uang 10ribu. "lumayan masih sisa 7m nih! ntar kalo udah 10M langsung sikat jual ajalah!" gumamku dalam hati.

"chips? apaan itu de?" dengan nada penasaran dan penuh tanya mamang bakso itupun menanggapi.

"ya semacam taruhan gitu deh mang"

"wealah taruhan tho? kok ya disebutnya kerja, dosa lhooo de..." sahut mamang bakso bermaksud mengingatkan.

"hehehe" dengan muka tak berdosa aku diam tak berdaya untuk menjawab pertanyaan itu. Namun jauh dalam lubuk hatiku aku dirumitkan dengan berbagai pilihan untuk itu. Pilihan dengan salah satu opsi dosa yang ku anggap biasa. Suatu dilema besar ketika keberlanjutan hidup diarahkan pada hal-hal yang berbau dosa apa lagi jika dikaitkan lebih jauh yang pada akhirnya mendzalimi pihak lain. Namun itulah realitanya, akupun cuek aja jika nantinya ada pihak yang dirugikan. Toh ini hidupku, 100% yang berhak mengatur hanyalah aku. Satu yang pasti! "YANG PENTING AKU BISA BERTAHAN HIDUP".

"berapa mang semuanya?" sejurus kemudian setelah aku melahap habis bakso rasa poker ini.

"10ribu de..." mamang bakso itu kemudian menyahuti.

" nih mang uangnya" (sambil menjulurkan uang merah bergambar Sultan Mahmud Badaruddin)

" makasih yaaa de"

"iya sama-sama" tutup ku sambil bergegas meninggalkan mamang bakso itu menuju kos untuk melanjutkan perjuangan 10M.

Sesaimpainya di kos. Kubuka pintu kamarku, Ku nyalakan laptop lalu duduk nyaman didepannya untuk kemudian bermain poker lagi.

10 menit berselang...
Kondisi: Begitu cepatnya chipsku bertambah dari 7M kini 13M (melebihi target awal). Dengan harapan bisa lebih dari itu aku tetap memainkannya.

15 menit selanjutnya...
kondisi: Chipsku turun lagi menjadi 8M. Menyesal tentunya! (kenapa tadi enggak berhenti), marah (dengan renungan khasnya "aku iki kok goblok yooo?"), dongkol ( dengan alasan: giliran kartuku bagus musuhku ga ikut bertaruh). Tak jarang pula umpatan-umpatan tanda kekesalan bersautan dari mulutku yang tak tau dosa ini.

20 menit kemudian: Seisi kebun binatang telah ku sebutkan. Marah, sedih, menyesal atau apalah itu kini sudah tiada guna lagi. Yang tersisa hanya sebait puisi ini yang kutuliskan dikala kerakusan membawaku pada lembah penyesalan.

Berawal dari pengetahuanku akan dosa
kukayuh anganku pada lembah dusta
tegap berkata aku ini hidup
biarlah lain dari aku mati menguncup

Puisi yang buruk, bahkan sangat-sangat buruk secara bahasa, arti maupun maknanya. "Itulah aku!" 'Aku' yang hanya memperdulikan diri sendiri. 'Aku' yang rakus. 'Aku' yang menghalalkan segala cara. 'Aku' yang membodohi diri sendiri dan tak menutup kemungkinan membodohi orang banyak. Satu yang ku tau kini, NIKMAT ITU (hasil dari dosa) HANYA SESAAT.

* Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan cerita, nama tokoh atau apapun. Mohon maaf saya haturkan. Akhir kata, tulisan ini ku persembahkan untuk orang-orang terdekatku dan para wakilku.

tulisan ini juga diposting di: http://esperanzadelucha.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun