Mohon tunggu...
Suryan Masrin
Suryan Masrin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis Pemula, Guru SD Negeri 10 Muntok (sekarang), SD Negeri 14 Parittiga, pemerhati manuskrip/naskah kuno lokal Bangka, guru blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Peradong" dalam Bingkai Historis: Sebuah Catatan Sejarah Lokal

18 Januari 2021   20:12 Diperbarui: 18 Januari 2021   20:36 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku Peradong dalam Bingkai Historis, sumber: Penerbit Tata Akbar Bandung

Sambutan

Rupain, S.Sos (Kepala Desa Peradong):

Kehadiran buku Peradong dalam Bingkai Historis yang ditulis oleh Suryan Masrin sangat bermanfaat untuk menjadi bahan bacaan dan rujukan para peminat sejarah. Disamping itu, buku ini pun berguna bagi pengembangan kepariwisataan sejarah dan menambah wawasan bagi masyarakat. Penulis menyajikannya dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dan memiliki kekuatan bukti sejarah yang masih terjaga. Itu berarti penulis memahami benar kondisi sejarah di desa ini. 

Dengan demikian, pengembangan pariwisata sejarah bisa terus dikembangkan sehingga potensi wisata di Desa Peradong khususnya dan Bangka Barat umumnya dapat terus diberdayakan dan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga bisa menghargai sejarah.

Berangkat dari peninggalan sejarah yang masih ada dan kemampuan penulis berkomunikasi dengan berbagai sumber, penulis seakan memberikan pandangan bahwa sejarah itu tidak pernah hilang atau bahkan mati, implementasi untuk seterusnya menjaga pengetahuan sejarah yang ada. Dengan demikian, informasi yang masih ditemukan bisa menjadi referensi dalam menemukan juga informasi lain terkait peninggalan sejarah di daerah.

Melalui bahasa yang mudah dicerna para pembacanya serta dikuatkan dengan tulisan asli peninggalan sejarah, buku ini menjadi lebih berdaya untuk mampu menguak kondisi perjalanan penyebaran islam dan adat budaya pada masanya sehingga mampu memberikan warna lain dalam memberikan pengetahuan kepada para pembacanya. Dengan cara seperti ini seharusnya mampu menjadi penghubung antara cerita masa lalu dan masa kini. Dampak positifnya, dengan adanya bukti sejarah yang masih dijaga, menyadarkan masyarakat bahwa ilmu yang diabadikan dalam tulisan akan terus membuat penulisnya bisa diingat di masyarakat dan dicatat dalam sejarah, meskipun tinggal nama.

Oleh Suryan Masrin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun