KAPITA SELEKTA PENULISAN SEJARAH LOKAL 2020
1.
Para Pembela Republik dari Mentok; Catatan atas aktivitas kaum republiken di Mentok pada kronik revolusi kemerdekaan RI tahun 1945-1949
Oleh: Babang Haryo SusenoÂ
2.
Jejak pendidikan dikalangan peranakan Tionghoa Bangka Barat (Mentok, Jebus, dan Parittiga)
Oleh: Suwito Wu
3.
Benteng masa Kesultanan Palembang di Bangka Barat;Â
Studi sejarah dan struktur pada benteng seribu benteng tempilang dan benteng sungai Buluh
Oleh: Muhammad Ferhad Irvan
4.
A.M. Joesoef Rasidi;Â
Penjaga Sangsaka Merah Putih
Oleh: Agung Purnama
5.Â
Jejak tarekat sammaniyah di Bangka;
Mentok, Simpang Teritip, Jebus, dan Parittiga Bangka BaratÂ
Oleh: SuryanÂ
6.
Sejarah Kerkhof Muntok
Oleh: Fakhrizal Abubakar
Para Pembela Republik dari Mentok; Catatan atas aktivitas kaum republiken di Mentok pada kronik revolusi kemerdekaan RI tahun 1945-1949
Oleh: Babang Haryo Suseno
![Para pembela republik dari Mentok, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/18/20201218-210443-5fdcba2cd541df38ac39da23.jpg?t=o&v=770)
Tulisan ini berupaya mengungkap kiprah kaum republikan di mentok pada tahun 1945 sampai 1949 dalam upaya membangun semangat republiken  dan aktivitas mereka bersama para tokoh RI selama pengasingan di Bangka.
Para pembela Republik dari mentok layak disematkan kepada para kaum penyongkong berdirinya negara Republik Indonesia. Mereka telah menunjukkan tindakan nyata dalam kebersamaan dan upaya patriotik atas kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Semangat ikut serta menyokong berdirinya Republik sudah ada sejak 1945, 4 tahun sebelum kedatangan para pemimpin Republik yang diasingkan Belanda di mentok.
Hal itu yang membantah persepsi bahwa masyarakat mentok Pro Belanda dan tidak berpihak kepada berdirinya Republik Indonesia. Catatan atas aktivitas kelompok nama tokoh dan kejadian yang ada di mentok Pada kurun waktu 1945 sampai 1949 menegaskan keberpihakan kepada Republik titik Kedatangan para pemimpin RI ke Bangka semakin menurut api semangat Pro republiken bagi masyarakat.
Bahwa di mentok pada era 1945 sampai 1949 terdapat peran dari kelompok tokoh dan peristiwa sejarah yang penting untuk terus digenerasikan sebagai bagian dari melestarikan semangat nasionalisme dan menumbuhkembangkan kecintaan generasi muda atas daerahnya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jejak pendidikan dikalangan peranakan Tionghoa Bangka Barat (Mentok, Jebus, dan Parittiga)
Oleh: Suwito Wu
![sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/18/20201218-210409-5fdcbab4d541df55232aed72.jpg?t=o&v=770)
Tulisan ini menguraikan sejarah perjalanan pendidikan di kalangan orang Tionghoa, khususnya komunitas Tionghoa Bangka Barat (Mentok, Jebus, dan Parittiga). Selain itu, tulisan ini juga menguraikan hubungan isu politik Indonesia dengan keberlangsungan lembaga pendidikan Tionghoa di Bangka Barat.
Pendidikan tradisional sudah dijalankan di Bangka Barat sejak akhir abad ke-20 titik sistem pendidikan modern mulai populer pada tahun 1920-an. Gejolak politik Indonesia yang bersinggungan dengan ideologi Tiongkok pada akhir 1950 an berujung penutupan sekolah Tionghoa di Bangka
Benteng masa Kesultanan Palembang di Bangka Barat;Â
Studi sejarah dan struktur pada benteng seribu benteng tempilang dan benteng sungai Buluh
Oleh: Muhammad Ferhad Irvan
![Benteng Tempilang, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/18/20201218-210345-5fdcbb1b8ede48694b171433.jpg?t=o&v=770)
Pada pangkal yang dibangun kemudian diperkuat dengan kota atau benteng tanah untuk melindunginya dari serangan perompak dan bajak laut. Kota atau benteng adalah struktur yang penting untuk dilindungi seluruh penduduk suatu negeri titik pendirian benteng di pulau Bangka sekitar tahun 1768 sampai 1782 pada masa pemerintahan Sultan Ahmad najamuddin dan Sultan Muhammad Bahauddin dan Temenggung Dita Menggala di pulau Bangka.
Ini menampilkan cerita tentang benteng seribu, benteng tempilang, dan benteng sungai Buluh. Benteng seribu sebagai struktur pertahanan memanfaatkan posisi geostrategis dan tingginya terhadap tanah rendah di bawahnya. Pendiri kota 1000 memahami konsep dan ilmu perbintangan Melayu untuk pertahanan negeri dalam sudut pandang militer dan persenjataan kerajaan di nusantara periode 1740 sampai 1800.Â
Pada benteng tempilang, pangkal yang dibangun menjadi pusat pemukiman dan didirikan gudang sebagai tempat penyimpanan balok timah persediaan dan kebutuhan logistik penampang dan sebagai pusat administrasi pertambangan dan penduduk titik benteng sungai Buluh tidak melindungi gudang seperti benteng yang dibangun pada masa yang sama dengannya. Benteng sungai Buluh difungsikan seperti benteng 1000 yaitu untuk keamanan, pertahanan dan perlindungan untuk penduduknya.
A.M. Joesoef Rasidi; Penjaga Sangsaka Merah Putih
Oleh: Agung Purnama
![Joesoef Rasidi bersama 5 adiknya, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/18/20201218-210312-5fdcbb41d541df732f2754f3.jpg?t=o&v=770)
Berkat perjuangan dan kerja keras rakyat Indonesia dan para tokoh pemimpin bangsa airnya Republik Indonesia dapat memperoleh kemerdekaan seutuhnya dan memunculkan tokoh-tokoh republiken  di seluruh pelosok Indonesia.
Joesoef Rasidi adalah seorang tokoh Republik kan dari Muntok yang namanya mulai dikenal saat menjadi perwakilan Bangka pada saat penandatanganan piagam Republik Indonesia Serikat. Joesoef Rasidi memiliki andil yang cukup besar dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia di pulau Bangka.
Jejak tarekat sammaniyah di Bangka;
Mentok, Simpang Teritip, Jebus, dan Parittiga Bangka BaratÂ
Oleh: SuryanÂ
![Penisbatan nama Syekh Muhammad Samman dalam sebuah Manuskrip, dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/18/20180407-201017-5fdcbbecd541df0bfc2f0d92.jpg?t=o&v=770)
Bahwa pada masa kesultanan Palembang Darussalam, Abdul Samad al-Falimbani menjadi mufti kesultanan, dan beliau adalah murid yang sekaligus bergelar khalifah untuk meneruskan ajaran sammaniyah selepas Syekh Muhammad Samman wafat. Beliaulah yang menyebarkan tarekat sammaniyah di Sumatera Selatan (nusantara), selain Muhammad Nafis (Kalimantan Selatan), bahkan hampir di seluruh tanah Melayu. Bangka, yang kala itu telah di bawah kesultanan  Palembang, tentu secara lansung ataupun tidak juga telah bersentuhan dengan sammaniyah.
Berlanjut sejak kedatangan ulama Banjar semakin kuatlah persebaran tarekat sammaniyah di Bangka. Keluarga al-Banjari adalah penganut tarekat sammaniyah, dan ulama yang paling berpengaruh dari keturunan al-Banjari adalah Syekh Abdurahman Siddik dan peran tokoh lokal, yakni Haji Sulaiman.Â
Sejak itulah ajaran sammaniyah melekat dan menyatu dengan masyarakat  Bangka. Di antara pengaruh yang paling melekat dan menonjol hingga kini adalah tradisi pembacaan manaqib samman yang dibacakan setiap 2 hari bulan Zulhijjah hampir di seluruh pulau Bangka. Selain itu juga dibacakan apabila ada yang bernazar, ungkapan rasa syukur atas rizki, dan lain sebagainya.
Sejarah Kerkhof Muntok
Oleh: Fakhrizal Abubakar
![Peta kerkop Muntok yang dibuat Belanda tahun 1948, sumber Mrs. Margie Caldicott dalam sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/18/20201218-210222-5fdcbc418ede4834345eb2e3.jpg?t=o&v=770)
Kerkop Muntok digunakan oleh kolonial Hindia Belanda sejak tahun 1872 Roma meskipun baru terlihat pada peta topografi Muntok tahun 1935. hasil pemetaan berdasarkan tiang beton penanda wilayah, luas kerlip Muntok sekitar 17000 meter persegi. Kerkom untuk juga digunakan pasukan Jepang pada masa perang dunia 2 untuk menguburkan korban tawanan baik sipil maupun militer dari bangsa Belanda, Inggris, Australia dan Selandia baru.
Pada era tahun 1946 sampai 1963, di kerkop montok terdapat lebih dari 480 makam yang terdiri lebih dari 119 makam Belanda lama dan 361 makam korban Perang Dunia 2. Saat ini kerkop muntuk sudah menjelma menjadi perumahan kerkop, SPBU dan 156 makam yang hilang karena adanya pemindahan makam personel militer korban perang dunia 2 ke pulau Jawa pada tahun 2094 pembangunan rumah penduduk yang telah dimulai sejak tahun 1970 an dan pendirian SPBU pada tahun 1981.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI