Menjadi seorang guru adalah cita-citanya. Beliau menginginkan agar semua anak memperoleh hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang baik. Inspirasinya timbul sewaktu beliau mengajar di Al Izhar Pondok Labu tahun 1992, saat beliau sempat mengajar Mas Mentri kita yang sekarang (Nadim Makarim), di kelas 4 SD.
Pada tahun 1996, beliau  membuat kursus aritmatika. Enam bulan buka, muridnya cuma 3 orang. Tahun 1998 beliau menulis dan membuat buku sendiri dengan harga 10 rb tentangÂ
Mulai membuat dan merintis sekolah pada tahun 2003 hingga sampai sekarang mengelola jenjang KB - TK dan SD, yakni di bawah yayasan Insan Kamil.Â
"Sebenarnya manfaat yang dapat kita raih dari membuat sekolah itu bukan hanya untung uang, tapi banyak hal yang didapat. Saya bisa jadi guru teladan, kepala sekolah berprestasi dan juga juara interpreuner tingkat jawa barat untuk kalangan guru paud itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Yah, kalo bonus nya itu, namanya juga bonus, hehe".
Hingga saat ini, cabang sekolah beliau di bekasi ada 24 cabang. Pada suatu  ketika, salah satu cabang beliau ada yg ingin membuka TK. Beliau diajak kerjasama karena sudah punya yayasan.Â
Awalnya beliau sedikit  takut untuk buka sekolah. Karena desakan teman, akhirnya beliau mau bekerjasama dengan mengontrak sebuah rumah. Berjalan 3 bulan, temannya mundur karena merasa rugi. Akhirnya beliau teruskan sendiri. Setahun ngontrak, ada rezeki dan ada yg jual/over rumah, akhirnya dibeli.Â
Mulai dari rumah itu dan didukung oleh perumahan tersebut, kembalilah semangat membara. Apalagi mendapat support dari perumahan tersebut, yaitu masuk ke dalam kalender perumahan,lumayan promosi bareng.
Mengelola Sekolah Di Masa PandemiÂ
Nah kan temanya tentang bagaimana program selama pandemi ini, kata beliau sebelum mengawali materi. "Mungkin yang  saya lakukan sama dengan sekolah ibu bapak semua.Â
Kita melakukan Daring selama 3 bulan kebelakang, walau lokasi sekolah saya Zona Hijau selama ini. Alhamdulillah tidak pernah ada yang kena covid 19.Â
Selama Daring materi tidak hanya pelajaran saja tapi kami juga menugaskan kegiatan rumah (life skill dan karakter). Alhamdulillah masih berhasil walau untuk tingkat KB dan TK sudah mulai bosan. Mereka pengen ketemu gurunya".