Mohon tunggu...
Wulan Rahmadani
Wulan Rahmadani Mohon Tunggu... -

menyejarah melalui kata.. menjadi insan bermakna.. ^_^

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar Dari Penjual Rujak

25 Mei 2013   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:01 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="258" caption="Ilustrasi (pict source: google)"][/caption]

Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Sore ini, langit Jogja terlihat begitu cerah. Seolah memberikan senyuman kepada setiap yang memandangnya. Subhaanallah indahnyaa. Hmm tiba-tiba rasa lapar menggangguku. Baik, ku putuskan untuk keluar mencari makan..

….

Setelah bersiap, aku pun bergegas keluar mencari warung makan, syukurlah di depan asrama tempat ku tinggal, banyak rumah-rumah makan, jadi tinggal pilih saja. Hehee.. dan kupilih rumah makan yang terdekat..

***

Setelah kenyang, aku pun bergegas pulang, namun tidak dengan mataku. Mataku tertuju pada gerobak rujak yang terdapat persis di depan asramaku. Rasa ingin tahuku akhirnya mengajakku untuk mencicipi rujak yang satu ini, karena memang sering kulihat rujak yang satu ini selalu ramai oleh pembeli.

***

"Assalamu'alaikum, pak! masih ada rujaknya ??"

"wa'alaikumsalam, masih non!”

“aku beli 1 porsi yaa pak!”

“ok, di tunggu saja yaa non”

“ok, pak!”

****

“hmm kalo sering aku liat, yang beli rujak bapak rame terus yaa pak??” tanyaku membuka pembicaraan.

“wah, Alhamdulillah non.” Jawab si Bapak penjual rujak.

“udah lama bapak jualan rujak disini??” tanyaku lagi.

“yaa semenjak UMY pindah disini, saya jualan disini non. Waktu UMY masih di Wirobrajan juga saya jualan disana. Saya kan setia sama UMY.. hehee” jawab si Bapak sambil asyik menguliti buah.

“ooh, wah si Bapak bisa aja.. heheee.. Trus kalo jualan rujaknya udah lama pak??”

“hmm saya jualan rujak udah dari tahun ’82, non”

“waah, udah lama juga yaa pak. Trus nih, kalo misalnya Bapak sakit, kan ga jualan tuh, nah trus gimana itu pak??”

“hmm pernah sih non kaya gitu.. yaa kalo saya sakit, yaa berarti kan ga ada income. La wong kan saya tulang punggung keluarga.” Jelas si Bapak.

“ooh gitu. Bapak kalo jualan disini sampe jam berapa pak??”

“biasanya sih sampe Isya’ non, tapi kalo misalnya non pas jam shalat saya ga ada disini, berarti saya lagi di warung bakso depan itu non.”

“ooh gitu. Warung bakso yang depan itu pak??” tanyaku seraya menunjuk warung bakso yang dimaksud si Bapak.

“iya, non. Numpang shalat. Kan biarpun kita sesibuk apa, ga boleh lupa sama Allah. Makanya sebisa mungkin saya coba ngejaga waktu shalat saya, tujuannya kan yaa biar Allah ridho, non.” Jelas si Bapak lagi.

“Subhaanallah, wah pantes pelanggan bapak rame terus. Jarang-jarang lho pak pedagang sekarang kaya gitu..” jawabku.

“Alhamdulillah. “ (lalu si Bapak mengutip sebuah hadits dengan melafalkan Bahasa Arabnya, tapii afwan, saya lupa. Hehee…)

“wah, walau sambil jualan, dakwah ga ketinggalan yaa pak?!”

“yaa siapapun kita, kan sampaikanlah walau 1 ayat..” jawab Bapak sambil tersenyum.

“hmm bener banget tuh pak. Wah tambah banyak aja deh ini bapak pelanggannya..hehee..”

“hehee.. Aamiin. Pelanggan banyak atau engga itu bukan prioritas utama saya non. Lebih baik pelanggan sedikit tapi tetap kan, daripada banyak tapi sesaat..?? jujur, saya bukan tipe pedagang yang kapitalis non. Kan kebanyakan yang cara dagangnya beli bahan baku semurah mungkin trus dijual semahal mungkin. Nah kalo prinsip saya, beli bahan baku dengan kualitas yang sebaik mungkin, di jualnya juga dengan harga yang relative sebanding sama kualitasnya. Dan menurut saya, kepercayaan pelanggan itu penting non. Makanya, kalo misalnya abis terima uang atau ambil kembalian, saya usahain cuci tangan sebelum pegang buah lagi.” Papar si Bapak.

“ooh, wah bener tuh pak, bener. Hehee.. ga kaget deh kalo banyak pelanggannya.”

“yaa tapi ada konsekuensinya juga, ‘Innallaaha ma’ash shoobiriin’, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Nah, pelanggan yang mau beli kudu sabar nunggu antrian, yaa ga banyak, paling 5 atau 6 orang. Hehee..”

“waduwh?? Kalo 5 atau 6 orang ga banyak, gimana banyak nya pak??”

“yaa kan bapak bilang, itu udah konsekuensinyaa. Hehee..”

“non, cabe nya mau berapa?? Bapak kasih 5 yaa??” seling si Bapak.

“hmm, yang pedes pokoknya pak. Kalo bisa tambahin ya pak cabe nya. Hehee yang pedes yaaa pak..” jawabku.

“ok, non. Bapak bersyukur walau cuma bisa jualan rujak ini. Alhamdulillah, buah-buahan kan bagus buat kesehatan. Ni cabe kan vitamin C, kedondong juga, mangga, nanas, trus banyak juga yang vitamin C.”

“hah?? Cabe vitamin C pak?? Baru tau saya.. hehee..”

“iiyaaa, cabe vitamin C non. oiya, Bapak tambahin timun yaa??”

“hmm sedikiit aja ya pak, sedikiiiiiit ajaa.” Jawabku.

“ok, nih udah sedikiiiiiit aja (jawab si Bapak memperagakan gaya bicaraku), timun itu juga bagus buat netralisir racun yang ada di dalam tubuh juga lho, non..”

“nah, udah selesai. Ga terasa kan?! Ngobrol, ngobrol, ngobrol, ehh selesai. Hehee itulah kelebihan saya. Eh.. Astaghfirullah, jadi sombong. Padahal kan manusia ga pantes buat sombong yaa,non?!”

rayt wajah si Bapak langsung berubah.

“hehee si Bapak khilaf. Berapa ini pak??”

“hmm 3 juta aja non.. (3 ribu maksudnyaa. Hehee)”

“ooh, ok. Ini pak uangnya.” Jawabku seraya menyerahkan uang.

“ok, ini kembaliannya 2 juta (baca: 2 ribu). Makasih yaa non..”

“hehee iyaa sama-sama pak, semoga makin lancar yaa pak usahanya, semoga berkah. Assalamu’alaikum, pak..” seruku mengakhiri pecakapan.

“Aamiin, Insya Allah,.. wa’alaikumsalam.. hati-hati non..”

***

Aku pun pulang kembali ke asrama, kulihat antrian pelanggan si Bapak masih panjang.

“Ya Allah, berkahilah usaha nya. Berilah ia kesehatan agar dapat terus menafkahi istri dan anak-anaknya..”

do’aku dalam hati di perjalanan pulang.

***

Sahabatku, Akhii wa ukhtifillah,

Mungkin dialog singkat diatas tak berarti apa-apa jika tak kita pahami maknanya.

Namun, bagiku dialog singkat ini sangat menyadarkanku akan beberapa hal : 

1. Pentingnya memanfaatkan sisa waktu yang tersisa untuk kita

Kita tidak tahu, kapan waktu kita berakhir. 1 detik kemudian, 1 menit kemudian, 1 jam, dst. Tidak ada yang dapat memastikan apakah kita masih memiliki nafas ini atau tidak. Coba tanyakan dalam diri “Apa yang sudah diri ini siapkan untuk bekal di akhirat nanti?? Sudah cukupkah bekal kita??”

Kita tidak tahu, Allah memanggil kita ketika kita sedang dalam keadaan yang bagaimana. Tentunya kita semua berharap Husnul Khotimah bukan??

Jadi, marilah kita isi, kita manfaatkan sedikit waktu yang tersisa untuk kita ini, tarikan nafas yang tersisa untuk kita ini, sebagai modal untuk terus mendekati-Nya, dan merangkai jalinan indah ketaatan kepada-Nya.

“Semoga kita semua termasuk orang-orang yang pandai memanfaatkan waktu, semoga Allah memanggil kita kelak dengan cinta-Nya.”

Aaamiiin Allahumma Aaamiiin..

2. Pentingnya menjaga waktu shalat

Coba kita lihat lagi bagaimana si Bapak penjual rujak tadi menjaga waktu shalatnya. Subhaanallah. Jujur, aku sangat iri melihat Bapak ini bisa dengan baik menjaga waktu shalatnya. Pekerjaan ia tinggalkan, demi memenuhi panggilan Allah, demi bersujud kepada-Nya. Si Bapak tidak takut rugi atau kehilangan pelanggan, karena beliau yakin, Allah sudah mengatur semuanya. Kalaupun akan kehilangan pelanggan, toh Allah sudah pasti mengganti dengan yang lebih baik. Bukankah janji Allah itu pasti?? Bukankah rencana Allah itu indah?? Bahkan lebih indah dari yang kita bayangkan??

Meski hanya seorang penjual rujak, tidak salah jika kita belajar dari beliau.

“Ya Allah, ampuni diri yang hina ini, yang senantiasa melalaikan kewajiban kami senagai hamba-Mu, yang senantiasa mengabaikan panggilan-Mu..”

Astaghfirullahal’adziiim…

Astaghfirullahal’adziiim…

Astaghfirullahal’adziiim…

3. Pentingnya mensyukuri ni’mat yang telah Allah beri pada kita

Tak sadarkah kita, sudah berapa sering kita mengkufuri ni’mat-Nya??

Ada yang mengeluhkan tak memiliki wajah tampan/cantik. Wahai akhi, wahai ukhti, kau tampan, kau cantik.. kau memiliki bentuk tubuh yang sempurna, coba kau bayangkan jika ada salah satu anggota tubuhmu yang tidak ada, alangkah mengerikan bukan?? kenapa harus meninginginkan sesuatu yang sebenarnya kita memiliki yang lebih dari itu?? Mungkin jika kau tampan, mungkin jika kau cantik, kau akan terus memperlihatkan keindahan rupamu itu tanpa ingat bahwa yang kau tampakkan itu sebenarnya aurat yang wajib ditutup, dan mungkin kau hanya akan menjadi bahan konsumsi untuk ‘mata-mata mereka yang nakal’.. syukuri yang Allah beri padamu, karena tentulah itu yeng terbaik untukmu..

Banyak yang mengeluhkan mengapa ujian hidup seberat ini. Sahabatku, azzamkan dalam hati, Allah telah mengatur semuanya. Allah pasti punya jawaban atas semua pertanyaan dalam benak kita. Rencana Allah itu indah..Dibalik semua kesulitan, pasti akan kita temukan kemudahan, itu janji Allah. Tetapkan Allah di hati kita..

Hmm coba bayangkan, bila hidup kita selalu bahagia tanpa pernah ada masalah, tanpa pernah ada ujian?? Akan jadi manusia yang seperti apa kita?? Di dunia yang hanya  sementara ini merasakan kesenangan, tapi di akhirat yang kekal kelak, merasakan adzab-Nya yang begitu pedih.. Na’udzubillah..

Coba kita kembali pada dialog dengan Bapak penjual rujak tadi, alangkah bahagia nya ia, menjalani hidup yang tanpa beban, ikhlas walau ia hanya seorang penjual rujak. Itulah kebahagiaan sejati, dimana kita dapat mensyukuri apa yang Allah tetapkan pada kita. Percayalah, dengan senantiasa bersyukur, dan dengan keikhlasan dalam menjalani setiap drama kehidupan yang telah Allah tuliskan, hidup akan tetap terasa lebih indah..Insya Allah.. ^_^

“Ya Allah, masukkan kami ke dalam golongan hamba yang senantiasa mensyukuri ni’mat-Mu…”

maaf jika ada kesalahan, karena saya juga masih belajar.. ^_^

kesempurnaan datangnya dari Allah, kesalahan pastilah milik saya..

*smoga bermanfa'at....*


Wulan Rahmadani
Yogyakarta, 20 Desember 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun