Sebelumnya, Markas Ahli Menteri Pertanian dan Kehutanan Bambang juga mengakui bahwa potensi perkebunan seperti kakao, kopi, kelapa sawit dan teh sangat besar. Menurut Kementerian Perdagangan , nilai pasar minyak sawit di Indonesia sekitar $3,1 miliar, dan ada lima pasar: China, India, $2,3 miliar, Pakistan, sekitar $1,17 miliar, dan Malaysia. US$820,9 juta, Bangladesh - mencapai US$710,8 juta. Contoh lain adalah kakao. Ekspor juga sedikit meningkat pada tahun 2018, dari $1,22 juta pada tahun 2017 menjadi $1,25 juta pada tahun 2018, menurut laporan Direktorat Perkebunan (Ditjenbun) Departemen Pertanian (Ditjenbun 2019).
Ekspor tidak kecil, tetapi sebagian besar atau sekitar 97% adalah pertanian kecil dan hanya 3% yang dikembangkan oleh swasta besar dan perusahaan milik negara. Seorang pejabat dari Bambang menjelaskan, "Ini berarti kakao memainkan peran strategis yang sangat penting tidak hanya sebagai sumber pendapatan untuk ekspor, tetapi juga sebagai mata pencaharian utama 2 juta petani dan sebagai bahan baku industri." Oleh karena itu, Bambang mengatakan bahwa dengan fortifikasi, peremajaan dan pengembangan kakao sebagai tanaman antara untuk tanaman budidaya lainnya, dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil, hasil dan kualitas kakao. Ini termasuk perluasan lahan hutan sosial, serta kelapa dan karet.
Pemerintah bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait untuk menyediakan fasilitas budidaya, irigasi, distribusi dan perawatan pasca panen. Kegiatan perluasan, penguatan dan penanaman kembali dipantau secara ketat untuk memastikan bahwa petani selalu menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk budidaya kakao dengan benar. Pendekatan 40 pemberdayaan masyarakat mendorong petani untuk meningkatkan kemandirian, meningkatkan budaya kerja, dan menerapkan manajemen usaha kakao berbasis teknologi yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Direktur Biro Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Dr. Kasan menambahkan, minyak mentah dan turunannya memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas. Misalnya, antara Januari dan Mei 2020, ekspor CPO dan turunannya sebesar USD 7,6 miliar yang dapat berkontribusi pada ekspor non-gas. -12,5% dari ekspor minyak. Dari sisi nilai, ekspor meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, periode 2017-2019, Porsi ekspor menurun. "Kita perlu mewaspadai tren penurunan pangsa ekspor sawit Indonesia yang terjadi dalam tiga tahun belakangan ini," tutur Kasan. Sementara total ekspor bulanan CPO dan produk turunannya Indonesia tercatat anjlok semenjak merebaknya wabah virus korona (Covid19), dimana ekspor CPO dan produk turunannya ke dunia melemah sejak awal Januari 2020. Kondisi demikian menyebabkan penurunan yang cukup dalam jika dibandingkan bulan Desember 2019 lalu. Lebih lanjut kata Kasan, tercatat nilai ekspor minyak sawit Indonesia dan turunannya pada 2019 lalu mampu mencapai US$ 15,98 Miliar, atau sekitar 53,5% pangsa pasar dunia, nilai ini turun 12,32% dibanding pada periode yang sama tahun lalu, sementara tren ekspor sepanjang periode 2015-2019 tercatat melorot 0,04%. Melihat fakta ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menilai bahwa dalam dua tahun ke depan, bisnis yang masih bisa berjalan dengan baik adalah bisnis di sektor pertanian. Hal ini terlihat pada data ekspor. "Kontribusi terbesar adalah produk perkebunan Rp 138,76 triliun. Produk utamanya adalah minyak sawit, karet dan kakao.
Dapat disimpulkan bahwa, peluang ekspor tidak hanya di 3 provinsi ini masih banyak peluang ekspor yang kita masih terus bisa gali, banyak membaca berselancar didunia maya pun menambah wawasan dan informasi kita khususnya dibidang ekspor. Penulis mendapatkan banyak sekali permasalahan yang menyangkut terhentinya roda perekonomian rakyat paska pandemik ini, 3 lokasi tersebut diatas hanya contoh kecil yang terdampak pada kegiatannya, saat kunjungan dilakukan ke 3 lokasi ini bersuasana sepi dari kegiatan yang semestinya. Banyak yang diambil dari pengamatan ini diantara produk yang dipasarkan menurut penulis tidak kalah berkualitas tinggi yang layak jual keluar kota Surakarta bahkan di dunia. Penulis berkeinginan membuat portal atau sejenis starup / e-comerce sebagai salah satu solusi 32 untuk membuka portal eksport dan pasar partai besar. Dalam bahasan lain akan dibuat system model e-commerce ini. Detail mengenai ecomerce penulis bahas di Makalah SKB (Study Kelayakan Bisnis ).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H