Dengan berat hari akhirnya Lendra beranjak juga dari duduknya. Dia segera ke kamar dan dengan handuk yang menggantung di bahunya, Lendra langsung menuju kamar mandi.
Air hangat dengan irisan lemon itu masih tak juga disentuh Lendra. Sintia hanya menarik nafas berat melihat semua itu. Diangkatnya air yang sudah mulai dingin itu dan membawanya kembali ke dapur. Segera dia mengganti dengan segelas kopi panas kesukaan suaminya.
"Mas mau ke mana?" tanya Sintia begitu melihat Lendra sudah rapi. Dari pakaian yang dikenakannya, Sintia yakin bahwa Lendra tidak akan di rumah seperti biasanya.
"Aku mau ke rumah Ibu," jawabnya.
"Boleh aku ikut, Mas?"
"Gak usah, aku gak lama. Lagian kamu juga gak ada kepentingan di sana." Sintia hanya diam.
"Apa salahnya mengunjungi mertua? Apa harus ada kepentingan baru datang ke rumah mertua?" Sintia menggerutu sendiri dalam hatinya. Tetapi hanya di hati saja. Pada akhirnya Lendra tetap pergi sendiri. Sedangkan Sintia ditinggal sendiri.
Selama mereka membina rumah tangga tak pernah Lendra bersikap dingin kepadanya. Lendra termasuk suami yang perhatian, hangat dan bertanggung jawab. Jadi, aneh saja rasanya bagi Sintia saat tiba-tiba dia merasakan perubahan sang suami sangat kentara.
'Ah! Sudahlah. Nanti juga moodnya baik sendiri,' batin Sintia.
***
"Assalamu'alaikum..." suara dari arah pintu.