Mohon tunggu...
ELPIDA YANTI
ELPIDA YANTI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah salah satu cara mengungkapkan isi hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang Kampung

11 Februari 2023   23:54 Diperbarui: 11 Februari 2023   23:57 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gak usah dulu, ya sayang. Kan hujan... Yuni gak mau sakit perut kan?" Bujuk Yuna. 

Gadis kecil itu cemberut. Dia sudah membayangkan enaknya rasa es krim, tetapi tak diijinkan sang ibu. Melihat wajah putrinya yang cemberut, akhirnya Yuna membelikan mereka es krim. Tanpa memperdulikan hujan yang dingin, ketiganya terlihat lahap menyantap es krim. Hanya Yuna yang semakin erat memeluk kedua tangannya di dada, karena tubuhnya mulai menggigil kedinginan.

Akhirnya bis yang di tunggu datang juga. Betapa bahagia ketiga bocah itu. Dengan tidak sabar mereka naik dan mencari posisi yang paling bagus untuk mereka berempat. Tak menunggu lama, bis pun penuh dan melaju menuju kampung halaman tercinta.  Tak lama ketiga bocah itu pun tertidur dalam perjalanan. Maklumlah, mereka dibangunkan sangat pagi oleh Yuna. Dengan sedikit kerepotan Yuna membenahi ketiga anaknya yang tertidur pulas dengan posisi yang tak nyaman. 

Tiga jam perjalanan telah mereka lewati untuk sampai ke kampung. Dan itu  lumayan melelahkan. Dengan wajah kusut dan kucel ketiga bocah tersebut mengiringi langkah Yuna yang menyeret koper. Akhirnya mereka sampai juga di rumah nenek. Tidak ada hujan di sini.

Yuna mengetuk pintu rumah orang tuanya. Awalnya tak ada yang menyahut. Yuna mengulang kembali. Pintu terkuak. Seorang wanita sepuh berdiri dibalik pintu. Matanya seketika berbinar melihat siapa yang ada di depan pintu.

"Yuna...., anakku. Kamu pulang, Nak."

"Iya, Bu. Ini aku Yuna," jawab Yuna sembari menghambur ke pelukan ibunya. Menghujani pipi keriputnya dengan ciuman.

Seketika mata tua itu berembun dan meneteskan air mata. Kerinduan yang telah dipendamnya begitu lama, dihempaskannya dalam pelukan erat pada sosok anak yang dirindukannya itu. Begitupun dengan Yuna, dia tak bisa membendung air matanya yang dengan derasnya mengalir di pipinya. Ucapan kerinduannya kepada sang ibu hilang begitu saja dalam pelukan panjang wanita sepuh itu. Kata-kata sepertinya tak penting lagi bagi mereka. 

Setelah pelukan yang cukup lama itu, akhirnya Bu Tini tersadar, ada bocah kecil dibelakang Yuna yang dengan keheranan dan saling pandang, menunggu kedua wanita itu melepas pelukannya.

"Oalah..., ternyata kamu pulang tak sendiri, toh. Ada cucu-cucu ibu di sini." Wanita tua itu segera mengulurkan  tangannya yang disambut hangat oleh ketiga bocah itu. 

"Gadis manis ini siapa namanya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun