Dalam bukunya, Zhu (2015) telah menyandingkan antara 5 (lima) karakteristik kepemimpinan digital dengan tantangan VUCA. Lima hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: (1) Pemikiran, untuk mengatasi hambatan Volatility; (2) Kreatif, untuk mengatasi hambatan Volatility; (3) Visioner, untuk mengatasi hambatan Ambiguity; (4) Rasa ingin tahu, untuk mengatasi hambatan Uncertainty; dan (5) Profound Leader, untuk mengatasi hambatan Complexity.
Pemikiran, yaitu pemimpin digital yang mampu menghadapi tren serta persaingan di pemerintahan dan menghasilkan suatu kebijakan atau perilaku cepat tanggap terhadap suatu issue di pemerintahan. Kreatif, yaitu pemimpin digital yang memiliki pola pikir kreativitas serta inovasi untuk merumuskan ide baru menjadi sebuah kenyataan yang mempermudah dan mempercepat layanan pemerintah kepada masyarakat atau membangun suatu tools yang berguna bagi masyarakat. Visioner, yaitu pemimpin digital yang memiliki kemampuan memberikan arahan dan bertransformasi digital untuk tujuan pembangunan daerah melalui koordinasi terhadap semua OPD di bawahnya. Rasa ingin tahu, yaitu pemimpin digital yang selalu terbuka terhadap ide baru, berani melakukan pendekatan baru, dan beradaptasi menggunakan teknologi dan informasi (TIK) untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi. Profound Leader, yaitu pemimpin digital sapujagat, yaitu pemimpin yang memiliki ilmu dan pemahaman mendalam, dan menggunakan pengetahuannya untuk interpretasi, serta berpikir sintesis dalam mengambil keputusan.
Demikian pula dengan penggunaan teknologi internet yang dipahami sebagai bentuk peralihan dari manual ke penggunaan digital, maka seorang pemimpin harus mampu memimpin dan memanfaatkan teknologi digital dalam peningkatan kinerja organisasi (Wasono & Furinto, 2018). Dengan mengadopsi AI pada pemerintahan, maka akan membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan. Kemampuan e-leadership juga dapat didefinisikan sebagai cara para pemimpin menggunakan teknologi informasi untuk mencapai tujuan pemerintah. Implementasi e-government (digital dalam sektor pemerintahan) akan memudahkan serta mempercepat proses layanan publik maupun pengambilan keputusan.
Hasil penelitian Yudha & Susanto (2019) menunjukkan bahwa terdapat komponen yang dapat dilakukan untuk mewujudkan keberhasilan e-government, yaitu (1) Kepemimpinan yang kuat, (2) Visi dan misi, (3) Komitmen, 4) Menyelaraskan sasaran teknologi informasi dan strategi, dan (5) Fungsi kepemimpinan.
Konsep pengkolaborasian kedua gaya kepemimpinan diatas adalah kepemimpinan Adaptif Digital dan jika diterapkan oleh pemimpin dengan dualisme jabatan di Era VUCA dan Society 5.0, maka diharapkan terjadi pengefektifan kinerja organisasi melalui digitalisasi. Pemimpin dapat lebih banyak mendengarkan dan menerima aspirasi bawahannya atau bahkan dari masyarakat dan menterjemahkannya dalam suatu kebijakan, menjadi mentor yang baik bagi bawahannya, dan melakukan perubahan dalam pelayanan publik (sesuai dengan kebutuhan). Pemimpin pun dapat menyesuaikan diri dengan budaya organisasi yang pasti berbeda dari beberapa organisasi yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin dengan dualisme jabatan dapat lebih bijak mengatur strategi organisasi di bawahnya.
Selain itu, pemimpin juga akhirnya mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk proses kerja yang lebih efisien dan efektif serta dekat kepada bawahannya atau bahkan masyarakat, baik secara fisik (offline) atau melalui jaringan internet (online). Hal ini akan sangat mendukung pemimpin dengan dualisme jabatan dalam melaksanakan Planning, Organizing, Actuating, and Controlling (POAC). Artinya ketidakhadiran pimpinan (pada suatu keadaan) di organisasi, tidak akan menghambat pencapaian target kinerja organisasi tersebut.
Kabupaten Kotawaringin Barat saat ini sedang mengalami kekosongan untuk posisi Sekretaris Daerah. Posisi sementara disebut Pelaksana harian (Plh.) Sekretaris Daerah dan diisi oleh Prof. (H.C.) Dr. Ir. Juni Gultom, ST, MTP. Beliau juga menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Kotawaringin Barat. Untuk mempercepat pengambilan kebijakan di Bappedalitbang, Sekretariat Daerah, dan Perangkat Daerah lainnya di Kabupaten Kotawaringin Barat, maka Kepemimpinan Adaptif Digital adalah konsep gaya kepemimpinan yang disarankan dan lebih relevan diterapkan oleh pemimpin di Kabupaten Kotawaringin Barat yang dualisme jabatan di era VUCA dan Society 5.0 ini. Hal ini juga bertujuan untuk meminimalisir kerugian yang terjadi pada satu atau dua atau bahkan lebih OPD yang dibawahinya karena dengan menerapkan konsep ini pada OPD tersebut akan mengefektifkan dan mengefisienkan kerja OPD dan mempercepat pencapaian target kinerja OPD.
Referensi:
https://www.selfgrowth.com/articles/calbano.html. Diakses pada 26 Oktober 2023.
Mwita, M. M., & Joanthan, J. (2019). Digital leadership for digital transformation. Electronic Scientific Journal, 10(4), 2082-2677.
Sagbas, M., & Erdogan, F. A. (2022). Digital leadership: a systematic conceptual literature review. stanbul Kent niversitesi nsan ve Toplum Bilimleri Dergisi, 3(1), 17-35.