Mohon tunggu...
Ell Nur
Ell Nur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

4/11

23 November 2016   01:29 Diperbarui: 23 November 2016   01:46 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hari ini aku terkagum seru melihat sahabat dalam balutan putih bersih bersama ribuan lainnya berseru menyebut namaMu

Mengagungkan namaMu Yang Besar

Hatiku berbisik kenapa wajah sahabat tidak bersinar

Kemuraman penuh kemarahan dibalik teriakan menggelegar atas asmaMu

Aku bersimpuh menyeruMu inikah wajah asliku

Terselimut pakaian indah menutup busukku

Hatiku terkoyak ketika mereka menyeru namaMu tetapi kebencian membelenggu

Inikah damai untukku?

Tidak! Bukan ini yang kucari

Aku mencari Tuhan Yang Maha Besar

Pegangan hidup yang bersinar

Tulisan yang memberiku kehidupan

Aku bukan mereka

Karena

Tuhanku bukan Tuhan yang lemah

Agamaku bukan pegangan yang rapuh

Bahkan ketika para bajingan mencoba mengoyaknya

Aku tidak perlu marah bahkan membencinya

Akan kubilang, sungguh kasihan semoga terbuka pikiranmu dan aku maafkan

Ketika sahabat mengajak teriak

Mencoba bergerak dengan pedang terhunus membelaMu

Aku hanya tersenyum, tapi itu bukan seperti yang kuyakini

Bahkan sahabat menyumpahku, “engkau sungguh murtad tak membela agamamu, kafir busuk yang selayaknya mati bersimbah darah”

Akan kubilang, sungguh kasihan semoga terbuka pikiranmu dan aku maafkan

Aku bukan mereka

Karena

Aku percaya Tuhanku Maha Besar, Maha segalanya

Agamaku adalah pegangan yang kuat

yang menulis kata-kata indah karuniaNya untuk kehidupan yang memberi rahmat bagi semesta alam

Bahkan ketika mungkin hatiku sedikit ragu

Aku bersimpuh dan berseru padaMu

Kan kubuka goresan tanganMu

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

Yang selalu kuseru disetiap langkahku

Aku malu

Aku bukan mereka

Karena surga bukan miliku, tanah yang kupijak, udara yang kuhirup, bumi yang kunikmati, jiwa yang melekat, semua adalah titipan, lalu kenapa murka

Mereka yang mencoba mengambil semua itu, sudah mencoba menjadi diriMu

Mereka lupa bahwa engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Aku bukan mereka, karena

Aku yang berserah diri…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun