Mohon tunggu...
Latatu Nandemar
Latatu Nandemar Mohon Tunggu... Relawan - lahir di Pandeglang Banten

Lahir di Pandeglang, Banten. seorang introvert yang bisa menjadi extrovert ketika situasi mengharuskan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Payung Merah Patah Tangkai

27 Juni 2024   14:09 Diperbarui: 27 Juni 2024   14:18 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelaki yang kelak menjadi Ayahku itu (untuk mempersingkat kata-kata, kita sepakati saja lelaki yang kelak menjadi Ayahku itu dengan sebutan Ayahku) mohon pamit sambil kembali bersiap mengangkat payungnya melindungi kepala, caranya berpamitan sangat elegan, mencerminkan seorang lelaki tegas penuh percaya diri yang penuh kelembutan.

Dan Ibu segera bersikeras mengajaknya bersama-sama melewati hujan dengan mobilnya. Terlebih setelah sebelumnya ketika menembus hujan itu, ayahku secara tak sengaja memberi informasi bahwa mereka searah jalan pulang.

Dalam perjalanan pulang, Ayahku benar-benar membuat Ibu  jatuh cinta. Komunikasinya mencerminkan memiliki wawasan yang luas, pintar, dan seperti mengerti akan segala hal. Termasuk juga tentang ilmu keuangan, di mana Ibu sekarang menjabat posisi tersebut pada sebuah perusahaan sepatu merk terkenal. Dan kemampuan tersebut dibalut oleh fisik yang benar-benar rupawan. Tak ada wanita yang tak mungkin mengakui itu jika melihat Ayah.

Ayahku sendiri pada saat itu mengaku bekerja sebagai sales sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan. Dan pada saat itu, Ayah minta diturunkan di pinggir jalan tepat pada sebuah halte. Ayah mengatakan pada Ibu bahwa tempat dia mengontrak rumah tidak bisa dilalui oleh mobil, jadi Ibu tidak bisa mengantar sampai tepat pada tujuan.

Tetapi sebelum berpisah, Ayah sempat meminta nomor ponsel ibu dan meninggalkan payung merahnya sebagai bentuk terima kasih karena sudah mengantarnya, begitu Ayah berkata waktu itu. Sejak itu, payung tersebut selalu tergantung di tempat yang bisa selalu terlihat. Pada dinding dekat pintu masuk rumah yang juga masih dalam proses angsuran yang belum selesai. Entah kenapa Ibu memilih memiliki rumah terlebih dahulu daripada menikah? Sejak saat itu, mereka semakin dekat dan semakin sering bertemu.

Dan dapat ditebak. Dari beberapa kali pertemuan yang terjadi, akhirnya sebuah pesta pernikahan terwujud. Tetapi sebelum menikah, Ayah berkata pada Ibu bahwa dia sedang dalam posisi sulit. Dia baru saja terkena PHK oleh perusahaannya karena tidak mampu mengejar target penjualan yang diinginkan perusahaan. Ditambah semua tabungannya sudah terlanjur habis karena terkena tipu oleh kawannya yang meminjam dalam jumlah besar, tetapi kawannya itu kini entah di mana?

Ibu yang sudah dimabuk cinta malah semakin bersimpati dengan keadaan yang menimpa Arjunanya. Maka, jadilah mereka menikah dengan seluruh biaya resepsi pernikahan dari uang milik Ibu. Setelah pernikahan yang lumayan menghabiskan uang di sebuah gedung, mereka tinggal di rumah Ibu. Ibu sangat bahagia, dan pasti begitu juga dengan ayah.

Tetapi, posisi Ayah yang belum juga mendapatkan pekerjaan malah seperti terus-menerus diperpanjang olehnya. Setiap kali Ibu menanyakan hal itu, Ayah akan menjawab dengan permintaan kepada Ibu untuk mengerti akan posisinya yang begitu kesulitan mendapat pekerjaan. Maka, Ibu akhirnya tetap menjadi seorang tulang punggung yang merangkap sebagai tulang rusuk. Bahkan sampai saat aku lahir pada tahun kedua pernikahan mereka.

Selepas cuti hamil dan melahirkan aku, anak perempuan mereka, Ayah berkata kepada Ibu bahwa mereka harus memiliki pengasuh bayi, karena Ayah akan mulai mencari pekerjaan. Ibu yang tak mau aku diasuh oleh orang lain akhirnya memutuskan untuk menitipkanku kepada Ibunya, yaitu Nenekku, yang lokasi rumahnya satu arah dengan tempatnya bekerja dan tinggal bersama adik bungsu Ibuku. Jadi, pada setiap hari kerja, Ibu akan mengantarku terlebih dahulu untuk kemudian lanjut bekerja.

Tetapi, hingga saat aku masuk Sekolah Dasar, Ayah tak pernah bekerja. Pernah Ibu memergoki Ayah berada di rumah ketika siang hari Ibu harus pulang mengambil berkas yang tertinggal. Padahal pada pagi harinya Ayah sempat pamit dengan membawa uang ongkos dari Ibu dan berkata akan pulang sore karena  ada wawancara kerja di sebuah perusahaan yang cukup jauh.

Tetapi Ibu selalu kembali luluh oleh Ayah seberapa pun besarnya kesalahan Ayah untuk urusan yang satu ini. Karena walaupun Ayah tidak mau mencari kerja, dia tetaplah lelaki penawar penat ketika ibu pulang kerja, memiliki pengetahuan luas karena sering menonton berita sepanjang hari di televisi, dan selalu mampu menjadi tempat berkeluh kesah karena benar-benar seorang pendengar yang baik. Intinya, Ayah adalah sosok yang selalu ada untuk Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun