Mohon tunggu...
EmThree .
EmThree . Mohon Tunggu... -

biasa aja tidak ada yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Don't Believe Me...!

3 Oktober 2010   08:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga tahun aku bersama mereka. Suka-duka, pahit- manis telah dilewati bersama, hingga akhirnya kami sampai pada detik-detik perpisahan. Hujan air mata tidak bisa dipawang pada saat itu, kami tidak bisa menerima kalau kami harus berpisah dengan guru-guru tercinta kami dan adik-adik kelas kami, kasih sayang mereka tidak bisa dengan mudah kami lupakan, pengorbanan yang sudah membatu sulit kami hancurkan, mungkin satu detik kami langsung bisa mengingat semua pengorbanannya, namun untuk melupakannya butuh waktu berabad-abad bahkan tidak ada batas waktunya. Namun, beginilah hidup, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Akupun harus kuat mengahadapi detik perpisahan ini, meski harus berpisah dengan orang yang kucinta dan kusayang.

Sejak saat itu, kamipun laksana padang sahara yang dihembus angin entah kemana. Sebagian kecil ada yang memilih untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, dan sebagian besar memilih melanjutkan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi, termasuk aku, temanku yang sopan, dan teman-temanku yg nakal. Aku melanjutkan studiku kepesantren, sebagian dari teman-temanku yang nakal mengikuti langkahku, sementara si Sopan memilih untuk melanjutkan studinya ke SMA  Waru Pamekasan dan diikuti juga oleh sebagian teman-teman yang nakal.

***

Setelah tiga tahun aku berada di pesantren, akhirnya aku bisa merasakan tempat yang sedari dulu  kuimpikan, Mesir. Tempat yang dulu tidak percaya bisa kurasakan ternyata bisa kutempati juga. Tetangga-tetanggaku sempat tidak percaya kalau aku bisa melanjutkan studiku sampai ke mesir, bahkan sebagian keluargaku juga merasakan hal yg sama. Tapi, inilah skenareo Tuhan, manusia tidak akan pernah bisa mengetahuinya. Dialah yang memenej semua apa yang terjadi pada diriku, dirimu, dan diri kita semua.

Universitas Al Azhar adalah pilihanku. Universitas tertua sedunia yang telah menjadi pusat intelektul muslim di penjuru dunia. Dalam sejarahnya, “Al-Azhar” berasal dari sebuah masjid bernama Al-Azhar yang dibangun Panglima Besar Dinasti Fathimiyah, Jauhar As-Shaqaly, 359 H sebagai tempat ibadah, enam tahun kemudian mulai dibangun tempat kegiatan belajar dan majelis ilmu pengetahuan bermazhab Syi’ah Ismailiyah. 12 tahun kemudian, tepatnya 378 H/988 M, Al-Azhar telah berkembang menjadi universitas besar dan berpengaruh. Dengan demikian, berdiinya Universutas Al Azhar memainkan peranan yang sangat signifikan dalam sejarah peradaban islam. Begitulah sekilas sejarah tentang Universitas Al Azhar.

Hari terus barjalan, tak terasa tubuh mongilku berumur satu bulan. Jejaring sosial, mulai dari Yahoo Messengger, Facebook, dan Twitter telah kumiliki dan kutelusuri. Tiap hari, bahkan sampai sehari semalam aku duduk di depan komputer mengaktifkan jejaring sosial, hanya sekedar untuk meng-add dan mengkonfermasi, menulis status, catatan, menunggu komentar status yang kutulis, mengomentari status orang lain, atau hanya menyapa orang yang tidak kukenal sebelumnya.

***

"...

Me : kuliah dmn neng?

Nada: q kulaih di UIN jkt...

Me: waw! kren ya bs kul di UIN jkt, ambl jur pa neng???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun