Mohon tunggu...
Elmoudy Freez
Elmoudy Freez Mohon Tunggu... profesional -

membuat lembaran kisah yang mungkin seru. sisi lain www.elmoudy.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi-Mahfud MD atau Jokowi-JK: Pilah-pilih Cawapres Tulen?

15 April 2014   15:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_331744" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi: texaspowertosave.net"][/caption]

Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengesampingkan peluang capres lain, Prabowo atau Aburizal Bakrie. Tetapi ini hanya semata-mata insting penulis yang berkelabat di tengah malam dan sayang kalau tidak ditulis. Moga di lain tengah malam, ada sekelebatan ide untuk menulis tentang prediksi capres lainnya. Sebelum menulis lebih lanjut, saya kutipkan dongeng yang bersumber dari acch.kpk.go.id. Begini penggalannya:

"Di zaman dahulu kala, hiduplah seorang maharaja yang sangat sombong, dan selalu membayangkan dirinya sebagai seorang bangsawan yang berpakaian paling indah. Ia membuat sebuah sayembara, bahwa siapapun yang bisa membuat baju yang terbuat dari kain yang paling sempurna, akan mendapatkan hadiah. Seorang penjahit misterius maju ke depan, dengan tawaran membuatkan pakaian yang terbuat dari kain yang sangat halus. Penjahit itu berkata bahwa kain itu adalah terbaik dari yang paling baik, sangat halus dari yang paling halus, sehingga tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasakan oleh kulit. Maharaja sangat gembira sekali. Ketika pakaian itu tiba, para pembantu baginda raja hanya dapat menyatakan rasa kagum dan termangu terhadap selera maharaja. Ketika maharaja itu keluar dengan menunggang kuda untuk memperlihatkan kepada rakyatnya, mereka hanya berani bertepuk tangan. Sampai pada akhirnya terdengar suara polos seorang anak kecil yang tidak berdosa, “Kenapa maharaja tidak memakai baju apapun?” (David C. Korten, 1999)

Kisah di atas terasa mengiang di benak kepala. Ada bagian menggelitik yakni letupan anak kecil yang terdengar lugu, kalem tapi menggemparkan. Yaa..menggemparkan sekaligus menjengkelkan bagi mereka, penguasa yang suka bohong, membodohi rakyat, pelupa, dan korup. Sulit rasanya untuk tidak mengatakan bahwa kisah "maharaja dengan baju istimewanya" sangat mirip dengan tingkah polah para anggota parlemen yang duduk di Senayan. Tertidur, bangun, lalu berantem, korupsi, dan ngomong berbusa-busa sambil sesekali pasang mimik alay-alay. Sedih.

Dan benar, itulah dinamika demokrasi di Indonesia yang fenomenal sekaligus kocak, proses tumbuh-kembang "politisi kanak-kanak" yang sejatinya masih butuh waktu untuk menjadi dewasa dan matang. Seperti halnya pesan moral Gus Dur untuk menilai sisi mental politisi yang ada/nantinya ada di gedung DPR. Patut untuk dimaklumi sajalah, karena bisa jadi di alam demokasi ini, para politisi itu masih di bangku PAUD sehingga perlu pendidikan politik yang memakan waktu puluhan tahun lagi, dan suatu waktu bisa kena jewer kalau sudah tidak ada malunya.

Pileg telah usai dan pilihan telah kita jatuhkan pada caleg "setengah gila", tapi pengharapan lebih besar terletak pada satu pertanyaan, "Siapakah the next President?"

Jawabannya masih teka-teki, tapi bagi alam sadar masyarakat hal itu bukanlah persoalan yang memusingkan. Cukup dengan parameter sederhana. Lihatlah kembali kisah di atas tentang suara polos anak kecil yang tidak berdosa, lalu persandingkan dengan suasana batin para politisi untuk memproyeksikan sosok Presiden-Wapres seperti apakah yang sanggup menjadi "playmaker".

Di tengah hiruk pikuk keriuhan gedung DPR kemarin dan nantinya, serta curat-carut ketua partai politik yang sedang menunggu harap-harap cemas tawaran kursi menteri, maka negeri ini membutuhkan sosok Presiden yang punya karakter polos, jujur, cerdas, amanah dan berani. Seperti yang dikisahkan dalam dongeng di atas, kepolosan dan keberanian menjadi modal untuk membuat perubahan lebih berarti. Tentunya bukan asal kepolosan dan keberanian, tetapi tersirat kadar kecerdasan intelektual dan emosi, kematangan jiwa dan spiritual sang Presiden.

Adalah Jokowi, sosok capres yang paling diincar oleh masyarakat Indonesia, setidaknya begitulah hasil dari berbagai survei. Jokowi selalu difavoritkan oleh masyarakat untuk jadi the next President. Tetapi siapakah wakilnya yang tepat. Menilik dari Pilkada DKI Jakarta, dimana Jokowi menggandeng Ahok - sosok yang sebelumnya tidak dikenal - ternyata punya daya gedor yang dahsyat. Artinya, Jokowi begitu piawai dalam memilih wakilnya ketika ia menjadi apa-siapa. Maka , Jokowi kemungkinan besar tidak akan salah pilih wakilnya.

Mengadopsi dari skema Gubernur-Wagub DKI Jakarta, maka Jokowi sepertinya tetap berpijak pada sosok wakilnya yang mampu mengurusi tata kelola pemerintahan, reformasi birokrasi, ditambah aspek penegakan hukum. Jokowi yang berlatar belakang pengusaha mebel dan seorang insinyur kehutanan, memiliki mindset taktis/efektif dalam membuat gebrakan, jujur apa adanya dalam bersikap, tetapi kurang kuat dalam aspek penegakan hukum. Reformasi birokrasi menjadi sandungan paling besar sehingga diperlukan sosok wakil yang kuat dan kompeten dalam tata kelola negara dan penegakan hukum.

Maka dari itu, ada baiknya penulis coba mengutak-atik, meng-guthak-gathuk-kan, siapakah yang paling tepat untuk mendampingi Jokowi. Jika kemarin (14/4), PDIP bilang ada 5 nama yang telah dikantongi, maka penulis cukup mengerucutkan menjadi 2 nama: Mahfud MD (MMD) atau Jusuf Kalla (JK).

Seandainya dengan JK, mereka berdua sama-sama berlatar belakang pengusaha tulen, serasa akan ada matahari kembar. Dua-duanya punya gaya permainan yang sama, bertindak taktis dan simpel. Tidak, ini bukan gaya Jokowi dalam memilih wakilnya.

Jokowi sepertinya akan lebih pas dengan Mahfud MD. Kapasitas dan kredibilitas MMD dalam bidang tata kenegaraan, hukum, dan reformasi birokrasi sudah cukup matang. MMD juga jauh lebih diterima di kalangan warga Nahdliyin daripada Muhaimin Iskandar apalagi Rhoma Irama.  Selain itu aspek kejujurannya masih cukup teruji saat ada badai korupsi di MK. Daya ingat masyarakat juga masih cukup kuat saat MMD menjadi Ketua MK bertindak sebagai "whistleblower" dengan membongkar konspirasi transkrip rekaman kasus kriminalisasi KPK. Dengan gayanya yang rileks tapi berani, mengingatkan pada sosok dongeng anak kecil yang dengan lugunya "menelanjangi" maharaja.

Sekali lagi, ini hanya utak-atik, mencoba memasangkan puzzle yang berkelindan di papan catur. Dalam prediksi penulis, Jokowi-Mahfud MD bakal berpeluang besar memenangkan Pilpres, dan akan mampu menjadikan Indonesia lebih baik.

Tetapi tetap saja, Jokowi-lah yang paling paham siapa wakilnya yang tepat. Ataukah, akan ada "kuda hitam" wapres?

salam kopi anget,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun