Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di tengah perbukitan, hiduplah seorang pemuda bernama Giandra Lingga. Giandra memiliki bakat alami dalam bermain gitar. Suaranya yang merdu dan jari-jarinya yang lincah mampu menciptakan melodi indah yang membuat siapa pun yang mendengarnya terpesona. Sayangnya, Giandra tidak memiliki gitar sendiri. Namun, kekurangan ini tidak pernah menghalanginya untuk mengejar mimpinya.
Setiap hari, Giandra pergi ke toko musik lokal di desanya, di mana pemilik toko, Pak Agus, memiliki gitar terbaik yang pernah ada. Ia selalu berdiri di depan toko itu dan menatap gitar-gitar yang terpajang di jendela, terutama satu gitar klasik tua yang selalu menjadi mimpinya. Gitar itu memiliki warna kayu yang tua, mengkilap, dan terlihat seperti seorang penyihir telah menyihirnya dengan suara ajaib. Giandra menyebutnya "Gitar Harmoni."
Meskipun Giandra tidak pernah memiliki gitar sendiri, dia memiliki kemampuan luar biasa untuk memainkan setiap gitar yang pernah dia pegang. Setiap kali dia memasuki toko Pak Agus, dia akan duduk di salah satu kursi di sudut dan mulai memainkan gitar-gitar dengan penuh gairah. Pelanggan lain dan pemilik toko sendiri seringkali terpesona oleh musik yang dikeluarkan Giandra.
Suatu hari, ketika Giandra sedang memainkan Gitar Harmoni dengan penuh semangat, seorang pria kaya dan terkenal di desa itu, Pak Dharma, mendengarnya. Pak Dharma adalah seorang kolektor gitar yang suka mengoleksi gitar langka dan mahal. Dia merasa terpukau oleh suara yang muncul dari toko musik itu.
Pak Dharma masuk ke dalam toko dan melihat Giandra memainkan Gitar Harmoni dengan mata terpejam, sebagai seorang musisi yang sepenuh hati menciptakan musiknya. Dia mendekati Giandra dan bertanya, "Hai, anak muda, apakah kamu tahu betapa mahalnya gitar ini?"
Giandra membuka mata dan tersenyum. "Saya tahu, Pak Dharma. Gitar ini sangat langka dan mahal. Harganya bahkan melebihi banyak tahun pendapatan saya."
Pak Dharma tertawa dan berkata, "Benar sekali. Gitar ini adalah salah satu dari koleksi saya, tetapi saya merasa bahwa gitar ini harus diberikan kepada seseorang yang benar-benar menghargainya dan mampu membawanya hidup dengan musik. Saya ingin memberikan gitar ini kepada Anda, Giandra."
Giandra terkejut. Dia tidak bisa percaya apa yang baru saja dia dengar. "Apakah Anda serius, Pak Dharma? Gitar ini sangat berharga."
Pak Dharma mengangguk dan berkata, "Saya serius. Saya percaya bahwa gitar ini akan berada di tangan yang tepat. Saya ingin Anda melanjutkan perjalanan musik Anda dengan Gitar Harmoni ini."
Giandra sangat bersyukur kepada Pak Dharma dan mulai merasakan getaran emosi dalam dirinya. Dia merasa bahwa mimpinya menjadi pemain gitar profesional sekarang semakin dekat. Setelah menerima Gitar Harmoni dari Pak Dharma, Giandra mulai berlatih dengan giat. Dia menghabiskan berjam-jam setiap hari memainkan gitar tersebut dan menciptakan musik yang mengalir begitu alami.
Pengaruh Gitar Harmoni terasa dalam setiap melodi yang diperdengarkannya. Giandra sering memainkan musik di desanya, dan orang-orang menjadi penggemar setianya. Suaranya yang merdu mengisi udara di sekitar desa, dan musiknya seperti benang yang mengikat hati semua pendengarnya.
Giandra juga mulai menerima tawaran untuk tampil di berbagai acara dan konser di luar desanya. Dia bepergian ke berbagai kota dan desa untuk memainkan gitar dan berbagi keindahan musiknya dengan dunia. Setiap kali dia memegang Gitar Harmoni, dia merasa bahwa dia benar-benar hidup.
Namun, semakin banyak penggemar yang datang untuk melihatnya bermain, semakin besar tekanan yang dia rasakan. Giandra khawatir bahwa satu kesalahan kecil saja bisa merusak karirnya. Kecemasan itu mulai merasuki pikirannya dan memengaruhi permainannya.
Suatu malam, sebelum tampil di salah satu konser terbesarnya, Giandra merasa sangat tegang. Dia duduk di ruang ganti, memegang Gitar Harmoni, dan mencoba bermain, tetapi suaranya tidak lagi seindah biasanya. Dia merasa bahwa Gitar Harmoni tidak mengenalinya, dan dia merasa seperti orang asing di tangan yang sama yang telah membawanya ke puncak kesuksesan.
Saat itulah, seorang wanita muda yang bernama Maya, seorang penari yang akan tampil bersamanya di konser, masuk ke dalam ruang ganti. Dia melihat kebingungan di wajah Giandra dan bertanya, "Apa yang terjadi, Giandra?"
Giandra menjelaskan kecemasannya dan bagaimana Gitar Harmoni tampaknya tidak mengenalinya lagi. Maya tersenyum dan berkata, "Mungkin yang perlu Anda lakukan adalah mengingat alasan mengapa Anda mulai bermain gitar. Ingatlah betapa Anda mencintai musik dan betapa Anda terhubung dengan Gitar Harmoni. Cobalah untuk bersatu lagi dengan gitar itu melalui perasaan Anda."
Giandra merenung sejenak, dan kemudian dia mengikuti saran Maya. Dia menutup mata, merenung sejenak, dan merasakan getaran musik yang ada dalam dirinya. Ketika dia membuka mata, dia merasa lebih tenang. Dia memainkan Gitar Harmoni dengan penuh emosi dan mengingat semua alasan dia jatuh cinta pada musik. Suaranya kembali bersinar, dan Gitar Harmoni kembali menjadi sahabatnya.
Konser itu sukses besar. Giandra dan Maya menghadirkan pertunjukan yang tak terlupakan, dan Gitar Harmoni bersinar di atas panggung. Giandra tidak hanya memainkan gitar dengan indah, tetapi dia juga menghadirkan musik dengan jiwa yang mendalam.
Setelah konser, Pak Dharma datang menemui Giandra dan Maya. Dia tersenyum bangga dan berkata, "Saya tahu bahwa Gitar Harmoni telah menemukan rumah yang sebenarnya. Giandra, Anda adalah musisi yang luar biasa, dan saya senang saya bisa memberikan gitar ini kepada Anda."
Giandra bersyukur kepada Pak Dharma dan menyadari bahwa gitar itu bukan hanya benda berharga, tetapi juga lambang dari impian dan perjalanan hidupnya. Giandra terus tampil di berbagai tempat, dan Gitar Harmoni menjadi semakin terkenal. Meskipun dia sekarang memiliki gitar sendiri, dia tidak pernah melupakan waktu ketika dia tidak memiliki gitar dan terus mencari cara untuk berbagi musiknya dengan orang lain.
Kisah Giandra adalah cerminan dari kekuatan tekad dan semangat seseorang untuk mengikuti impian, bahkan ketika tantangan datang. Meskipun awalnya dia tidak memiliki gitar sendiri, dia tidak pernah kehilangan keyakinan dalam cinta dan hasratnya terhadap musik. Dan akhirnya, dia menemukan harmoni yang sejati, bukan hanya dalam musiknya, tetapi juga dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H