Pendekatan berbasis aset(Asset-Based Thingking) ditemukan oleh Dr. Kathryn Cramer seorang ahli psikologi adalah pendekatan yang tepat digunakan untuk mengelola aset-aset yang ada di sekolahÂ
karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang tepat untuk mengelola aset sekolah karena pendekatan ini menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir yang mengajak untuk memusatkan perhatian pada cara bekerja untuk menjadi inspirasi , mencari kekuatan atau potensi yang positif yang dimiliki sekolah.
Sebelum ditemukan pendekatan berbasis aset untuk mengelola aset sekolah ini kita biasanya berfikir tentang kekurangan dan masalah-masalah yang sekolah hadapi dan mengidentifikasi apa saja kekurangan sekolah, isu-isu di sekitar sekolah sehingga seringkali untuk mencapai tujuan sulit rasanya untuk tercapai. Atau seringkali untuk mengatasi kekurangan dan sekolah mencari dana sponsor, bantuan atau intuisi lainnya.
Pada pendekatan berbasis asset ini kebalikan yang terjadi. Pendekatan ini focus pada asset dan kekuatan yang dimilki sekolah. Selalu berfikir positif dengan berfikir tentang  kesuksesan dan bagaimana menggunakan kekuatan dengan mengorganisasikan kompetensi yang dimiliki sumber daya asset yang ada untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Asset apa saja yang dimiliki sekolah  yang akan digunakan sebagai kekuatan tersebut? Menurut Green dan Haines(2002) dalam asset building and community development, terdapat 7 aset sebagai modal kekuatan sekolah, antara lain:
- Modal manusia ( kompetensi, pengetahuan, ketrampilan dan bakat attitude)
- Modal sosial (norma, aturan jaringan/network, komunitas yang berdampingan, asosiasi(kegiatan dan fisik)
- Modal fisik ( bangunan dan sarpras)
- Modal lingkungan (potensi yang belum diolah dan pemanfaatannya).
- Modal finansial (dukungan keuangan, tabungan, investasi dan pengetahuan konten, pengetahuan proses dan hasil pengelolaan sumber daya)
- Modal politik ( hubungan komunitas dan keterlibatan sosial lembaga pemerintah dengan lembaga sekolah)
- Modal agama dan  budaya ( empati, karakter, moral, kebudayan yang unik)
Ke tujuh asset tersebut akan sia-sia tidak berarti jika tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sumber daya manusia adalah penentu utama untuk mendorong pengelolaan ke enam sumber daya lainnya. Pola piker (mindset) positif adalah titik awal suatu perubahan. Maka merubah mindset warga sekolah adalah langkah pertama yang harus dilakukan.
Kedua, menciptakan perubahan yang positif dengan cara memulai dengan perbincangan yang sederhana dimana terjalin komunikasi efektif  dan saling menghargai. Dari perbincangan sederhana tersebut dapat merangsang berfikir bersama untuk mencetuskan/memulai suatu tindakan. Yaitu tindakan untuk bersama-sama mengidentifikasi aset apa saja yang dimilki sekolahnya dan bersama-sama mencari cara bagaimana memanfaatkan aset tersebut.
Ketiga, Mengupayakan bertanya positif. Dalam proses perbincangan guna melakukan suatu tindakan dengan memberikan pertanyaan yang dapat mendorong energy dan kreativitas komunitas. Contoh pertanyaannya yaitu: Apa yang sudah berhasil anda lakukan? Apa  yang anda lakukan supaya lebih berhasil lagi?
Keempat, Jika seluruh warga sekolah berkolaborasi dan berupaya melakukan perubahan tersebut sesuai kompetensi dan kekuatan yang dimiliki maka perubahan tersebut pasti akan terjadi. Karena perubahan besar berasal dari perubahan kecil yang dilakukan secara gotong royong.
Kelima, rasa tanggung jawab dari setiap individu yang ada di lingkungan sekolah. Tanggung jawab atas apa yang sudah direncanakan bersama, tanggung jawab pada apa yang telah dimulainya bersama komunitasnya.
Keenam, membangun dan membina hubungan dua arah antar warga sekolah. Dimulai dari guru, kepala sekolah, murid, staf sekolah. Hubungan ini sangat penting karena dari hubungan dua arah ini akan tercipta sekolah yang sehat dan inklusif. Dan hal ini dapat terjadi dimulai dengan keselarasan cara pandang, tujuan yang sama dan cara berfikir yang positif.